Sabtu, 15 Desember 2012

ASKEP LABIO PALATO



TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Labio palato adalah suatu kelaianan bawaan dimana terdapat cacat / celah pada bibir dan langit-langit (palatum) akibat fusi selama masa pertumbuhan kandungan. (http :// www.mediacastore.com)
Labio palato adalah malfarmasi yang disebabkan malformasi yang disebabkan oleh gagalnya proseseus nasal median dan aksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik (Donna L.Wong,2004)
Labio palato adalah keadaan ketika bibir atau langit gusi seseorang terbelah menjadi dua (http : www.info sehat.com).
Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa labio palato adalah suatu kelainan dimana terdapat cacat atau langit gusi seseorang terbelah menjadi dua
B. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trisemeter pertama kehamilan, prosesnya karena yang disebabkan oleh gagalnya proseseus nasal median dan maksilaris.tidak terbentukya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proseseus nasalis dan maksilaris) pecah kembali (http : // www.mediacastoer.com). Labio palato dapat disebabkan oleh berbagai macam antara lain karena kekurangan gizi. Infeksi janin yang terjadi pada janin pada usia kehamilan kurang mengkonsumsi asam folat yang amat berperan dalam pembentukan organ, kekurang seng dan keturunan ( kawin antara anggota atau kerabat ) sehingga pada saat pembentukan organ karena zat – zat yang diperlukan berkurang pada pembentukan organ labio dan palato menjadi terganggu, yakni tidak terbentuknya mesoderem yang menyebabkan terpecahnya proseseus nasalis dengan maksilaris yang menimbulkan celah pada bibir dan palatum. Sehingga akan timbul kesukaran menghisap pada bayi serta sering terjadi refluk susu kedalam hidung yang akan mengalami distres pada bayi dan akan terjadi komplikasi yaitu otitismedia berulang, ketulian yang sering kali terjadi, dan cacat wicara yang ditandai dengan pengeluaran udara melalui hidung dengan kualitas hipernasal dapat membuat suara tertentu.
C. Pentalaksanaan
Penatalaksanaan  menurut FKUI(1991), Susan Martin Tucker ( 1998 ) yaitu
1.Penatalaksanaan medik
-  Tindakan bedah efektif, serta kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara.
-  Diet dan pembatasan bila ada ( biasanya produk susu dihindari )
-  Restrein siku
-  Cairan parenteral segera pada pasca operasi sampai masukkan oral adekuat
-  Antibiotik sesuai kebutuhan
-  Sedasi ringan
-  Analgesik ( biasanya asitaminofen ) untuk ketidaknyamanan
2.    Penatalaksanaan keperawatan
-  Pemberian minum perlu diperhatikan 
-  Perhatikan refleks menelan dan refleks meghisap yang baik
-  Pemberian air susu ibu secara langsung
-  Mamakai botol peras untuk mengatsi gangguan menghisap.
D.    Konsep Tumbuh Kembang dan Dampak Hospitalisasi pada anak yang berumur 10  tahun.
Dibawah ini akan diuraikan mengenai konsep tumbuh kembang dan dampak hospitalisasi pada anak yang berumur 10 tahun. Pertumbuhan dan Perkembangan menurut Mary E. Muscari dan Aziz Alimul Hidayat    (2005).
1.Tumbuh kembang
Pada perkembangan motorik kasar. Anak sudah bisa bersepeda, menggunakan sepatu roda dan papan luncur. Secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi.
Pada motorik halus bisa menulis tanpa rangkaian huruf, menguasai lebih besar kemampuan dan video game, kemampuan bermain komputer ( kemampuan manual ).
Pada perkembangan bahasa anak sudah mengembangkan pola aktivitas orang dewasa formal pada usia 7 – 9 tahun. Anak belajar bahwa kata – kata dapat dirangkai dalam bentuk tekstruktur. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling penting dikembangkan oleh anaknya.
Perkembangan adaptasi sosial masa ujian sekolah merupakan periode dinamis dan pematangan seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih kompleks membuat keputusan dan kegiatan yang memiliki tujuan. Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru. Aktivitas kelompok termasuk tim olahraga, biasanya menghabiskan banyak waktu dan energi.

2.Bermain
Bermain menjadi lebih kompetitif dan kompleks selama periode usia sekolah, karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas ‘ geng ‘, Pramuka atau organisasi lain puzzel yang rumit, koleksi, permainan papan, membanca dan mengagumi pahlawan tertentu. Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan permainan. Mainan, permainan dan aktivitas yang meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan meliputi permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit, buku dan kerajinan tangan, musik dan seni, kegiatan olahraga (berenang), kegiatan tim.
3.      Nutrisi
Kebutuhan kalori harian anak usia sekolah menurun berhubungan dengan ukuran tubuh. Anak usia sekolah membutuhkan rata – rata 2400 kalori/hari. Pengasuh atau orang tua harus tetap menekankan kebutuhan terhadap diet seimbang yang sesuai dengan piramida makanan, tubuh menyimpan cadangan makanan sebagai sumber kebutuhan pertumbuhan yang meningkat saat remaja.
4.Dampak hospitalisasi
Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan terutam kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat dirumah sakit karena adanya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaualan sosial, perasaan takut mati, adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu mengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu dengan erat.
E.       Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan post operasi labio palato menurut Donna L. Wong ( 2003 ), Susan Martin Tucker ( 1998 ).
a. Lakukan pengkajian fisik
b. Inspeksi palatum, baik secara visual dan dengan menempatkan jari secara langsung diatas palatum.
c.  Observasi perilaku makan
d.                   Observasi interaksi bayi-keluarga
e.  Perdarahan berlebihan
f.  Jahitan utuh
g. Derajat ketidaknyamanan
h. Toleransi tekhnik pemberian makan
i.   Masukan cairan dan kalori

F.   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan menurut Donna L. Wong ( 2003 ), Susan Martin Tucker ( 1998 ), fitri purwanto ( 2001 ) sebagai berikut :
1.Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubngan dengan prosedur pembedahan
2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan tekhnik makan dan ketidakmapuan untuk menghisap secara efektif
3.Risiko infeksi berhubungan dengan trauma pada area dan mempengaruhi proses penyembuhan
4.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penggunaan restrein siku
5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kebutuhan perawatan dirumah
6.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi oral dan pembekakan area insisi
7.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan defek fisik, hospitalisasi
G.    Intervensi
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan intervensi, implementasi dan evaluasi untuk setiap keperawatan menurut Donna L. Wong (2003), Susan Martin Tucker ( 1998 ), fitri purwanto ( 2001 ) sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria evaluasi : Anak tampak nyaman, ekspresi wajah tenang, istirahat  dengan tenang
Intervensi : a) kaji dan kontrol tingkat nyeri dengan menggunakan skala 1-10 tiap 2 jam, b) kaji perilaku dan tanda-tanda vital untuk adanya tanda bukti nyeri, c) berikan analgesik atau sedatif sesuai intruksi, c) berikan posisi yang nyaman, d) berikan stimulasi belaian dan taktil, e) libatkan oarangtua dalam perawatan bayi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perbahan teknik makan
Tujuan : Klien dapat mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Kriteria evaluasi : Anak menunjukkan penambahan berat badan yang tepat, menerima masukan kalori sesuai usia, tetap terhidrasi, anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang adekuat
Intervensi : a) beri diet sesuai usia, b) berikan cairan parenteral, c) beri makan dalanm posisi duduk, d) timbang berat badan anak setiap hari, e) hindari pengguna produk susu
3.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada area dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi : garis jahitan pasien tetap bersih dan utuh, pasien tidak demam, orang tua dapat menjaga pada anak.
Intervensi : a) pantau suhu tiap 4 jam b) hindari penggunaan sedotan atau alat pemberi makan c) berikan anak air dalam jumlah sedikit tapi sering d) kaji anak terhadap perdarahan berlebihan dan bau mulut e) berikan antibiotik bila diresepkan f) berikan sedatif bila diresepkan f) kaji jahitan anak setelah makan g) ajarkan keluargacara merawat kebersihan mulut.

4.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penggunaan restrein siku
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi
Kriteria evaluasi : rentang gerak siku dipertahankan, pertumbuhan dan perkembangan normal ditingkatkan.
Intervensi : a) lepaskan restrein siku sekali – kali sedikitnya 8 jam b) priksa kulit dibawah restrein terhadap tanda iritasi c) lakukan latihan rentang gerak pada lengan d) tingkatkan perkembangan sesuai usia melalui stimulasi auditorius, visual dan taktil
5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kebutuhan perawatan dirumah
Tujuan : keluarga dapat mengetahui penyakit anaknya
Kriteria evaluasi : orang tua mengerti tentang tekhnik pemberian makan, orang tua dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang perawatan dirumah.
Intervensi : a) ajarkan tekhnik pemberian makan b) beritahu pasien pembatasan diet bila ada ( prodak susu ) c) demonstrasikan penggunaan restrein siku d) ajarkan orang tua cara menggunakan tekhnik pemberian makan pengganti e) ajarkan perawatan mulut dan bibir.
6.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi oral dan pembekakan area insisi
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria evaluasi : kaji TTV terutama Rr ( 20 – 30 x/mnt ), suara nafas vesikuler,    tidak ada dispnoe, dan sianosis, anak mampu mengeluarkan sekret, bunyi paru bersih, kedalaman nafas dalam.
Intervensi : a) kaji status RR tiap 2 jam b) suction bila terindikasi c) monitor pemberian minum bertahap c) terangkan untuk tidak minum dengan menggunakan sedotan d) berikan terapi tent lembab sesuai dengan pesanan e) jangan menghisap
7.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan defek fisik, hospitalisasi
Tujuan : klien mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria evaluasi : keluarga mengenal lingkungan rumah sakit, keluarga terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan anak, anggota keluarga mengungkapkan perasaan dan masalah.
Intervensi : a) kenalkan keluarga pada anggota – anggota staf yang signifikan b) terapkan perilaku yang menghargai c) libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan pasien d) berikan informasi yang dibutuhkan.
H.  Implementasi
Impementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter ( 2005 ) dan Tim Depkes RI       ( 1998 ).
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan klien dapat terpenuhi secara optimal dan dapat dilaksanakan sebagian oleh itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau mungkin bekerja sama dengan anggota kesehatan lainnya.
Metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan atau keperawatan antara lain :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan yang terbaik
4. Membantu dalam melakukan asuhan keperawatan langsung
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Menyuluh dan mengkonsulkan anak dan keluarga
Setelah implementasi, perawat menulis dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.  
I.     Evaluasi
Evaluasi keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter dan tim Depkes RI (1998).
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan atau menentukan respon klien terhadap tindakan keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan yang telah dipenuhi. Perawat dapat membandingkan respon klien terhadap tindakan keperawatan dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada perencanaan. Hasil yang diharapkan dinyatakan dalam uraian perilaku untuk menggambarkan efek yang diinginkan dari tindakan keperawatan, sebelum menetapkan hasil, seorang perawat perlu mengetahui indikator yang harus ditetapkan diantaranya :
1.Indikator kualitas atau ukuran kuantitatif dari suatau aspek penting pelayanan yang menentukan apakah kualitas pelayanan menegaskan kebutuhan
2.Indikator struktur adalah indikator untuk mengevaluasi struktur atau sistem untuk pemberian asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a. Indikator proses adalah untuk mengevaluasi cara bagaimana asuhan keperawatan diberikan
b.Indikator hasil adalah untuk mengevaluasi hasil akhir dari asuhan keperawatan yang diberikan
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.Mengumpulkan data perkembangan anak
2.Menafsirkan perkembangan anak
3.Membandingkan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4.Mengukur dengan membandingkan perkembangan anak dengan standar normal yang berlaku
Seorang perawat juga harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari masalah keperawatan klien untuk didokumentasikan yaitu:
1.Tujuan tercapai, yaitu bila anak menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.Tujuan tercapai sebagian, yaitu bila anak menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
3.Tujuan tidak tercapai, yaitu bila anak menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru. 


Daftar Pustaka


Google, 2008. bibir sumbing pada anak diambil tanggal 7 Juli 2008 pukul 18.00 WIB dari http : // www.JambiIndependent.com, http : // www.infosehat.com, www.mediacastore.com.

Hidayat, Azis Alimul. ( 2005 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi. 1. Jakarta : Salemba Medika.

Markum,H.A. ( 1991 ), Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : FKUI

Muscari, Mary E. ( 2005 ), Keperawatan Pediatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC

Nelson, Waldo E, MD. ( 1999 ). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). Edisi. 15. Jakarta : EGC

Purwanto, Fitri. ( 2001 ), Rencana Asuhan Keperawatan Bedah Anak, Jakarta : Amrata Jakarta

Supartini, Yupi. ( 2004 ), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC

Tucker, Susan Martin. ( 1998 ), Standar Keperawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis, dan evaluasi). Patient care standards, Nursing Process, Diagnosis and outcome), Vol. 4. Jakarta : EGC

Wong, Donna. L. ( 2004 ), Wong and Whale’y Clinical Manual of Pediatric Nursing (Monica Ester, penerjemah). Mosby. (sumber asli diterbitkan 1995)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar