Rabu, 24 Oktober 2012

ASKEP SEPSIS


TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang di derita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri di dalam darah (perawatan bayi resiko tinggi, penerbit buku kedokteran, Jakarta : EGC)
Sepsis adalah mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darahh ( Dorland, 1998)
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan (Muscari, Mary E. 2005)
B.     PATOFISIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:     
  1. Ketuban pecah sebelum waktunya    
  2. Perdarahan atau infeksi pada ibu.
  3. Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu:   
    1. Streptococus group B (SGB)       
    2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu  
    3. Virus herpes simplek        
    4. Enterovirus
    5. E. Coli      
    6. Candida   
    7. Stafilokokus.   
  4. Proses persalinan yang lama dan sulit
  5. Kelahiran kurang bulan
  6. trauma lahir, asfiksia neonatus.
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005)  
Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;
1.        Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menembus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.          
2.       Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
3.      Pascanatal          
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melalui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.         


Selain dari faktor patofisiologi ada beberapa faktor yang menyebabkan
yaitu :   
4.      Faktor predisposisi         
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis.
 Faktor tersebut adalah :
a.      Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan
  1. Perawatan antenatal yang tidak memadai     
  2. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus   
  3. Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
  4. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.  
  5. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.    
  6. Tidak menerapakan rawat gabung     
  7. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
  8. Ketuban pecah dini,    
MANIFESTASI KLINIS     
  1. Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema    
  2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali   
  3. Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
  4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi          
  5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol 
  6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000)    


Jika tidak segera di tangani dapat mengakibatkan adanya komplikasi yaitu:
a.       Dehidrasi
b.      Asidosis metabolik
c.       Hipoglikemia
d.      Anemia,
e.       Hiperbilirubin
f.       Meningitis

C.     PENATALAKSANAAN MEDIS
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.
Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum.
- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
- Pertahankan kepatenen jalan napas
- Observasi tanda-tanda syok septik
- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia



D.    TUMBUH KEMBANG
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat. Proses tumbuh kembang merupakan proses yang ber-kesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut.
Perkembangan mental, gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku dan bicara pada anak balita sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:
1.      Kesehatan dan gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan anak prasekolah.
2.      Simulasi/ rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas.
3.      Keluarga dan KIA-KB mempunyai peran yang penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita.

Perkembangan anak dari lahir sampai dengan 3 bulan, menurut
SKALA YAUMIL-MIMI, yaitu:
1.      Belajar mengangkat kepala.
2.      Belajar mengikuti obyek dengan matanya.
3.      Melihat ke muka orang dengan senyum.
4.      Bereaksi terhadap suara/ bunyi.
5.      Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
6.      Menahan barang yang dipegangnya.
7.      Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.




E.     PENGKAJIAN
a.       Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi
- Riwayat perawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
b.      Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambat
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c.       Riwayat tumbuh kembang
·         Anamnesis riwayat inkontipabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang di berikan ibu seelama hamil/ persalinan.
·         Riwayat neonatal ada ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat nafas, hepatitis neonatal, sianosis, infeksi pasca natal.
·         Riwayat imunisasi
d.      Riwayat  Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :
- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.

F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
2.      Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.
3.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.
4.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
5.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman
6.      Gangguan pola nafas b.d apnea
7.      Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.


G.    RENCANA KEPERAWATAN
1.      Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
Tujuan/ kriteria hasil : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )      
Intervensi :
·         Pantau suhu pasien         
R : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
·         Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
R : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
·         Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol   
R : membantu mengurangi demam
·         Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen
R : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus 

2.      Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.
Tujuan/ kriteria hasil : mempertahankan perfusi jaringan
Intervensi : 
·         Pertahankan tirah baring
R: menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen
·         Pantau perubahan pada tekanan darah   
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah
·         Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia         
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
·         Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas    
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
·         Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya         
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
·         Kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan   
R: mengetahui status syok yang berlanjut
·         Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral   
R: mempertahankan perfusi jaringan
·         Kolaborasi dalam pemberian obat
R: mempercepat proses penyembuhan     

3.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.
Tujuan/ kriteria hasil : terpenuhinya kebutuhan cairan di dalam tubuh.
Intervensi  :
·         Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya         
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
·         Pantau tekanan darah dan denyut jantung         
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
·         Kaji membrane mukosa   
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
·         Kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid        
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia 

4.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
Tujuan /Kriteria hasil : terpenuhinya oksigen dalam tubuh
Intervensi :
·         Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler 
R: meningkatkan ekspansi paru-paru
·         Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas     
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin
·         Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi         
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial
·         Catat adanya sianosis sirkumoral
R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate
·         Selidiki perubahan pada sensorium        
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
·         Sering ubah posisi
R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi        

5.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman
Tujuan/ kriteria hasil : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.
Intervensi :
·         Kaji intoleran terhadap minuman
·          Hitung kebutuhan minum bayi
·          Ukur masukan dan keluaran
·          Timbang berat badan setiap hari
·          Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat
·          Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
·         Ukur berat jenis urine
·         Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
·         Pantai distensi abdomen (residu lambung)

6.      Gangguan pola nafas b.d apnea
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria Hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
·         Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
·         Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
·         Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
·         Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik.
·         Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati.
·         Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
·         Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

7.      Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
·         Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
·         Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
·         Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
·         Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

H.    PELAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Mempertahankan tirah baring, membantu aktivitas perawatan.
2. Memantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut.
3. Memantau frekuensi dan irama jantung.
4. Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas.
5. Memantau suhu anak.
6. Mencatat pemasukan dan pengeluaran urin.
7. Memantau pemeriksaan laboratorium.
8. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.


I.       EVALUASI KEPERAWATAN
1. Suhu kembali normal.
2. Berat badan meningkat.
3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis.
4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA
Perawatan bayi resiko tinggi, Jakarta : EGC 2000
Wong L, Donna, Buku Ajar Keperawatan Peditrik. Jakarta: EGC, 2009
Carpenito, Lynda Jual, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC