TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Chronik
Kidney Desease adalah : kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi
ginjal). (Nursalam. 2006)
Chronik
Kidney Desease adalah: suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. (
Slamet Suyono, 2001).
Chronik
Kidney Desease adalah : gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metabolisme keseimbangan
cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah). (Brunner & Suddarth. 2002).
Chronik
Kidney Desease biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis dan
penyakit vaskular , penyakit agen nefrotik dan penyakit endokrin (Marlynn E.
Doenges. 2000)
Chronik
Kidney Desease adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih, ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit ginjal tahap akhir
dan kematian (Susan Martin Tucker, 1998).
Dari
kelima pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Cronik Kidney Desease
adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif irreversible yang disebabkan
oleh adanya penimbunan limbah metabolik di dalam darah, sehingga kemampuan
tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa- sisa sampah metabolisme dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
B. Patofisiologi
Menurut
Brunner dan Suddarth(2002),Slamet Suyono(2001) dan Sylvia A. Price,(2000)
adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab diantaranya
infeksi, penyakiy peradangan, penyakit
vaskular hipertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik
(penyalahgunaan analgesik), nefropati obstruktif(saluran kemih bagian atas dan
saluran kemih bagian bawah).
Pada
saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya di
ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam darah, sehingga terjadinya
uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh, akibat semakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik,
sehingga kerja ginjal akan semakin berat.
Banyak
masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan penurunan jumlah glomeruli
yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substansi darah yang seharusnya
dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu untuk memfiltrasinya. Sehingga
mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen, urea darah (BUN) meningkat.
Ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal. Sehingga tidak
terjadi respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium dan cairan. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Asidosis
metabolik dapat terjadi karena ketidakmampuan ginjal mengekspresikan muatan
asam yang berlebihan terutama amoniak (NH3) dan mengabsorpsi bikarbonat.
Anemia,
terjadi akibat berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan
eritropoisis pada sumsum tulang menurun,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik,
defisiensi besi, asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang,
perdarahan paling sering
pada saluran cerna dan kulit. (Slamet Suyono, 2001)
Ketidakseimbangan
kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan dalam metabolismenya. Dengan
menurunya filtrasi glomerulus dapat mengakibatkan peningkatan kadar fosfat
serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga menyebabkan perubahan bentuk
tulang. Penyakit tulang dan penurunan metabolisme aktif vitamin D karena
terjadi perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon
sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit tulang uremik)
Manifestasi
klinis, manifestasi kardiovaskuler, hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema
pulmonal, perikarditis. Gejala dematologis : gatal-gatal. Serangan uremik tidak
umum karena pengobatan dini dan agresif. Gejala gastrointestinal, anoreksia,
mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, kehilangan kemampuan
penghidu dan pengecap, stomatitis. Perubahan neuromuskuler : perubahan tingkat
kesadaran, ketidakmampuan berkonsentrasi, perubahan hematologis : kecenderungan
perdarahan, keletihan, letargi, sakit kepala, kelemahan umum secara bertahap
akan lebih mengantuk. Neurologi : kelemahan dan keletihan, disorientasi,
kelemahan pada tungkai, perubahan perilaku, rasa panas pada kaki. Muskuloskeletal
: Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, reproduktif : Amenore,
Atrofi Testikuler. (Brunner & Suddart. 2002).
Stadium
dari Chronik Kidney Disease ada 3 yaitu : stadium pertama dinamakan penurunan
cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN Normal,
Creatinin Clerance berkisar 40-70 ml/mnt. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut. Seperti,
tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan tes GFR yang teliti.
Stadium
kedua, perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak. (GFR besarnya 25% dari normal) kadar BUN
mulai meningkat diatas batas normal, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
melebihi kadar normal. Kegagalan ginjal pada stadium kedua dimana nilai
creatinin clearance 20-40 ml/mnt. Gejala nokturia dan poliuria timbul, gejala
ini timbul sebagai respon terhadap stres dan perubahan makanan atau minuman
secara tiba-tiba.
Stadium
ketiga, stadium akhir gagal ginjal proresif, disebut gagal ginjal stadium akhir
uremia, gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari masa nefron
telah hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai GFR hanya
10% dari keadaan normal dan creatinin clearance 5 ml/mnt. Pada keadaan ini
kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat menyolok sebagai
respon terhadap GFR yang mengalami penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal
penderita mulai mengalami gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal sudah
tidak sanggup lagi mempertahankan homoestasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. (Sylvia A. Price. 2000).
Komplikasi
dari chronik kidney desease yaitu : hiperkalemia perikarditis, efusi
perikardial, hipertensi, anemia dan penyakit tulang.
C. Penatalaksanaan
Menurut
Sylvia Price (2000) adalah sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan Medis
-
Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa
(Aldomet), propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai adalah furosemid
(lasix).
-
Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa
dan insulin intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau dengan
pemberian kalsium glukonat 10% intravena dengan hati-hati sementara EKG terus
diawasi. Bila kadar K+ tidak dapat diturunkan dengan dialisis, maka
dapat digunakan resin penukar kation natrium polistiren sulfonat (Kayexalate).
-
Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin
(r-EPO) secara meluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan
memperkecil kehilangan darah, pemberian vitamin, androgen untuk wanita,
depotestoteron untuk pria dan transfusi darah.
-
Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut
terjadi pada penderita yang sebelumnya sudah mengalami asidosis kronik ringan,
pada diare berat yang disertai kehilangan HCO3. Bila asidosis berat akan
dikoreksi dengan pemberian pemberian NaHCO3 parenteral.
-
Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir
difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair
menuju kompartemen lainnya.
-
Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari
hemodialisis pada penanganan gagal ginjal akut dan kronik.
-
Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan
mengalir ke dalam rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit.
Biasanya keseimbangan cairan dialisis dan membran semipermeabel peritoneal yang
banyak vaskularisasinya akan tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.
-
Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar
ginjal donor dan menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi kontralateral.
Dengan demikian ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal,
dan lebih mudah dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, penimbangan berat badan setiap hari, batasi
masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr, mengkaji daerah edema.
3. Penatalaksanaan diit
Tinggi
karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit rendah protein sampai
mendekati 1 g / kg BB selama fase oliguri. Untuk meminimalkan pemecahan protein
dan untuk mencegah penumpukan hasil akhir toksik. Batasi makanan dan cairan
yang mengandung kalium dan fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
Pemeriksaan diagnostik / laboratorium
Menurut
marilynn E .Doenges (2000) adalah sebagai berikut :
Urine
Volume
:
Biasanya
kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine tak ada (anuria)
Warna
:
Secara
abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemah, partikel
koloid, fosfat atau urat.
Berat
jenis :
Kurang
dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas
:
Kurang
dari 300 mosm / kg menunjukkan kerusakan tubular dan rasio urine serum sering 1
: 1.
Klirens
Kreatinin :
Mungkin
agak menurun.stadium satu CCT(40-70ml/menit), stadium kedua, CCT
(20-40ml/menit) dan stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)
Natrium
:
Lebih
besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium. (135-145
g/dL)
Protein
:
Derajat
tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus bila
SDM dan fragmen juga ada.
Darah
BUN/Kreatinin
:.................................................................................................
Meningkat,
biasanya meningkat dalam proporsi, kadar kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir
mungkin rendah yaitu 5
Hitung
darah lengkap :
Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang dari 7 –
8 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-16 g/dL)
SDM :
Waktu
hidup menurun pada defesiensi eriropoetin
seperti pada azotemia.
GDA :
PH :
penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein.
Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah (bila ginjal
”kehabisan” natrium atau normal
(menunjukkan status difusi hipematremia)
Kalium
:
Peningkatan
normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan dengan rotasi sesuai dengan perpindahan
selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM) pada tahap akhir
pembahan EKG mungkin tidak terjadi sampai umum gas mengolah lebih besar.
Magnesium
/ fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL), plasma (3 g/dL), cairan
intersisial (1,5 g/dL).
Kalsium
:
menurun.
Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL), cairan intersisial (2,5 g/dL)
Protein
(khususnya albumin 3,5-5,0 g/dL) :
kadar
semua menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine pemindahan
cairan penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena asam amino esensial.
Osmolalitas
serum :
lebih
besar dari 285 mos m/kg. Sering sama dengan urine Kub Foto : menunjukkan ukuran
ginjal / ureter / kandug kemih dan adanya obstruksi (batu)
Pielogram
retrograd :
Menunjukkan
abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
Arteriogram
ginjal :
Mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravakuler massa. Sistrouretrografi
berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih, refiuks kedalam ureter, rebonsi.
Ultrasono
ginjal :
Menentukan
ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
Biopsi
ginjal :
mungkin
dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis ginjal : keluar batu
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
EKG
:
Mungkin
abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit asam/basa.
Foto
kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan :
Dapat
menunjukkan deminarilisasi, kalsifikasi.
D. Pengkajian
Menurut
Susan Martin Tucker (1998) adalah sebagai berikut:
1. Neurologis
Sakit
kepala, penglihatan kabur, perubahan kepribadian, malaise, neuropatik perifer,
penurunan tingkat kesadaran.
2. Pernapasan
Sesak napas,
hiperventilasi, edema paru, pneumoni, napas cheyne stokes, napas berbau
amoniak.
3. Kardiovaskular
Hipertensi,
takikardi, disritmia, miokardiopati, perikarditis.
4. Cairan dan elektrolit
Oliguria,
anuria, edema : berat badan meningkat, dehidrasi : berat badan menurun,
hiperkalemia, hiperfostatemia, hipokalemia, hiperlipidemia, asidosis metabolik.
5. Gastrointestinal
Rasa
pahit pada mulut, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan hemoragik.
6. Integumen
Mulut
kering, kuku pucat, petekie, pruritus, memar dan lapisan uremik.
7. Hematologis
Anemia,
koagulasi, defisiensi trombosit.
8. Endokrin
Amenoria,
disfungsi seksual, infertilitas, hiperparatiriodisme, tidak toleransi terhadap
glukosa.
9. Imunologis
Peningkatan
suhu, leukosit tinggi, infeksi, toksisitas obat.
10.
Psikososial
Ansietas,
takut, tak berdaya, berduka, menyangkal, depresi dan gangguan hubungan dengan
orang lain.
E. Diagnosa
Keperawatan
Menurut
Brunner dan Suddarth (2002) dan Marilin E, Doenges (2002) adalah sebagai
berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
diet berlebihan dan retensi cairan serta
natrium.
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan
membran mukosa mulut.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan
program penanganan berhubungan dengan kurang informasi.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisis.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan
ketergantungan perubahan peran
6. Risiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan
vaskular sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia), akumulasi toksin (urea) klasifikasi jaringan lunak.
7. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan
dengan penekanan produksi / sekresi eritropoitin / penurunan produksi dan SDM
hidupnya gangguan faktor pembekuan peningkatan kerapuhan kapiler.
8. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis, akumulasi toksin asidosis metabolik, ketidakseimbangan
elektrolit, klasifikasi metabolik pada otak.
9. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas
kuit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi anemia dengan
iskemia jaringan dan sensasi (neuropati perifer), gangguan turgor kulit cedera
/ dehidrasi) penurunan aktivitas/metabolisasi akumulasi toksin dalam kulit.
10. Risiko tinggi terhadap perubahan membran
mukosa oral berhubungan dengan kurang / penurunan saliva, pembatasan cairan,
iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
F. Perencanaan
dan Kriteria Hasil
D X
I. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
Tujuannya : Mempertahankan berat badan
ideal tanpa kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil : Menunjukkan perubahan berat
badan yang lambat, mempertahankan pembatasan diet cairan, menunjukkan turgor
kulit normal tanpa ada edema, menunjukkan tanda–tanda vital normal, menunjukkan
tidak adanya distensi vena leher, melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas
atau tidak terjadi nafas pendek, melakukan oral hygiene dengan sering,
merupakan penurunan rasa haus, melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran
mukosa mulut.
Intervensi :
1.
Kaji status cairan : timbang BB harian, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher,
tekanan darah, denyut nadi dan irama nadi.
2.
Batasi masukan
cairan
3.
Identifikasi cairan potensial cairan : medikasi dan
cairan yang digunakan untuk pengobatan oral dan intravena, makanan.
4.
Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
cairan
5.
Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
6.
Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering
D X
2 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : mengkonsumsi protein yang
mengandung nilai biologis tinggi, memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan
dalam batasan diet, mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet,
mematuhi medikasi sesuatu jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak
menimbulkan rasa kenyang menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional
pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea, mengkonsumsi
daftar makanan yang dapat diterima, melaporkan peningkatan nafsu makan,
menunjukkan tidak adanya penambahan atau penurunan BB yang cepat, menunjukkan
turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma dapat diterima.
Intervensi :
1.
Kaji status nutrisi : perubahan BB, pengukuran
antropometrik, nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein,
transferin dan kadar bersih)
2.
Kaji pola diet nutrisi pasien : riwayat diet, makanan
kesukaan, hitung kalori.
3.
Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :
anoreksia, mual atau muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi,
kurang memahami, pembatasan diet, stomatitis
4.
Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batasan-batasan
diet
5.
Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi sel telur, produk susu dan daging
D X
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi
dan program penanganan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan
penanganan yang bersangkutan
Kriteria hasil : menyatakan hubungan antara
penyebab gagal ginjal dan konsekuensinya, menjelaskan pembatasan cairan dan
diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal menyatakan hubungan antara
gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri.
Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar,
menyatakan rencana melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin, menggunakan
informasi dan instruksi tertulis untuk mengklasifikasi pertanyaan dan mencari
informasi tambahan.
Intervensi :
1.
Kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal
konsekuensinya dan penanganannya : penyebabnya gagal ginjal pasien, pengertian
gagal ginjal, pemahaman mengenai fungsi renal, hubungan antara cairan
pembatasan diet dengan gagal ginjal, raional penanganan (hemodialisis, dialisis
peritorial, transplantasi)
2.
Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai
dengan pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar
3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi
hidupnya
4.
Sediakan informasi baik tertulis maupun secara oral
dengan tempat tentang fungsi dan kegagalan renal. Pembatasan cairan dan diet,
medikasi, melaporkan masalah tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut, sumber
dikomunitas pilihan terapi.
D X
4 . Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam
meningkatkan singkat aktivitas dengan latihan melaporkan peningkatan rasa
sejahtera melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian berpartisipasi
dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih.
Intervensi :
1.
Kaji faktor yang menimbulkan kelebihan : anemia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit/retensi produk sampah – depresi.
2.
Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi bantu jika keletihan terjadi.
3.
Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
4.
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis.
DX.
5. : Gangguan
harga diri berhubungan dengan ketergantungan perubahan penuh, perubahan citra
tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi pada koping
yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan
pananganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan, penggunaan tenaga yang
berlebihan), pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan
dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan. Mencari
konseling profesional jika perlu untuk menghadapi perubahan akibat gagal
ginjal.
Intervensi :
1.
Kaji respons dan reaksi pasien dan keluarga terhadap
penyakit dan penanganan
2.
Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga
terdekat
3.
Kaji pula kuping pasien dan anggota keluarga
4.
Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi
akibat penyakit dan penanganan perubahan-perubahan gaya hidup, perubahan dalam
pekerjaan perubahan seksual, ketergantungan pada tim tenaga kesehatan.
5.
Gali cara alternatif untuk ekspresi seksual lain selain
hubungan seksual
6.
Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan
dan kemesraan
D X.
6 : Risiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume
sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi,
irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipotesa) akumulasi
toksin urea klasifikasi jaringan lunak.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil : Mempertahankan curah jantung
dengan bukti TD dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan
sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi :
1.
Aukultasi bunyi jantung dan paru
2.
Kaji adanya / derajat hipotensi
3.
Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi radiasi,
dan beratnya.
4.
Kaji tingkat aktivitas, respons terhadap aktivitas
5.
Awasi pemeriksaan laboratorium : elektrolit
6.
Berikan obat anti hipertensi
D X.
7. Risiko tinggi terhadap Cedera
berhubungan dengan penekanan produksi sekresi eritropoitin, penurunan produksi
dan SDM hidupnya, gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil : Tak mengalami tanda / gejala
pendarahan, mempertahankan / menunjukkan perbaikan nilai laboratorium.
Intervensi :
1.
Observasi takikardi, Dispneu dan nyeri dada
2.
Evaluasi respon terhadap aktivitas
3.
Observasi perdarahan terus menerus
4.
lakukan penekanan lebih lama setelah menyuntikkan /
penusukan vaskuler
5.
Awasi pemeriksaan laboratorium : hitung DL
6.
Berikan obat sesuai indikasi
Dx.
8. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan perubahan fisiologis akumulasi toksin, asidosis metabolik,
ketidakseimbangan elektrolit, kalsifikasi metastatik pada otak
Tujuan : Pola pikir tidak terganggu
Kriteria hasil : Meningkatkan tingkat mental
biasanya, mengidentifikasi cara untuk mengoperasikan gangguan kognitif /
defisit memori.
Intervensi :
1.
Kaju luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori dan
orientasi
2.
Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien
3.
Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan
televisi, radio dan kunjungan
4.
Orientasikan kembali terhadap lingkungan orang dan
sebagainya
5.
Hadirkan kenyataan
secara singkat-ringkas dan jangan menantang dengan pemikiran yang tak logis
DX.
9. Risiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi
lanemia dengan iskemia jaringan dan sensasi (neuropati perifer), gangguan
turgor kulit ledema / dehidrasi penurunan aktivitas / mobilisasi, akumulasi toksin
dalam kulit
Tujuan : Tidak terjadi perubahan / kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil : Mempertahankan kulit utuh,
menunjukkan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan / cedera kulit
Intervensi :
1.
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor
2.
Inspeksi area tergantung terhadap edema
3.
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
mukosa
4.
Ubah posisi dengan sering
5.
Berikan perawatan kulit
6.
Pertahankan linen kering
7.
Selidiki keluhan gatal
D X.
10. Risiko tinggi terhadap perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan kurang / penurunan saliva, pembatasan
cairan, iritasi kimia perubahan urea dalam saliva menjadi amonia
Tujuan : Tidak terjadi perubahan membran mukosa oral
Kriteria hasil : Mempertahankan integritas membran
mukosa mengidentifikasi / melakukan intervensi untuk mengingkatkan kesehatan
mukosa oral.
Intervensi :
1.
Inspeksi rongga mulut
2.
Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang
ditentukan
3.
Berikan perawatan mulut
4.
Anjurkan hygiene gigi yang baik setelah makan dan saat
tidur
5.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
G. Implementasi
Menurut
Patricia A. Potter (2005) adalah sebagai berikut :
Tindakan
keperawatan adalah : melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan
tersebut dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri. Oleh perawat secara
mandiri atau mungkin dilakukan secara kerjasama dengan anggota team kesehatan
lain misalnya : Ahli gizi dan Fisiotherapist, hal ini sangat tergantung janis
tindakan, kemampuan / keterangan pasien serta tenaga perawat itu sendiri.
Proses pelaksanaan dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu :
1. Mengkaji Ulang Klien
Pengkajian adalah : suatu proses yang
berkelanjutan yang difokuskan pada suatu dimensi atau sistem. Setiap kali
perawat berinteraksi dengan klien, data tambahan dikumpulkan untuk mencerminkan
kebutuhan fisik, perkembangan intelektual emosional, sosial dan spiritual.
2.
Mencegah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang elah teridentifikasi selama pengkajian. Perubahan dalam status
klien mungkin mengharuskan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang telah
direncanakan.
3.
Mengidentifikasi bidang bantuan
Beberapa situasi keperawatan mengharuskan
perawat untuk mencari bantuan-bantuan dapat berupa tambahan tenaga
4. Mengimplementasikan intevensi keperawatan
Perawat memilih intervensi keperawatan
berikut metode untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yaitu : membantu dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, mengkonsulkan dan memberikan
penyuluhan pada klien dan keluarga, memberi asuhan keperawatan langsung,
mengawasi dan mengevaluasi kerja staf anggota yang lain.
5. Mengkomunikasikan intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan dituliskan akan
dikomunikasikan secara verval rencana perawatan biasanya mencerminkan tujuan
intervensi keperawatan. Setelah intervensi keperawatan, respons klien terhadap
pengobatan dicatatkan pada lembar catatan yang sesuai dengan menuliskan waktu
dan rincian tentang intervensi mendokumentasikan bahwa prosedur telah
diselesaikan.
Pada
waktu tenaga perawatan memberikan asuhan keperawatan proses pengumpulan data
analisa data berjalan terus menerus guna perubahan / penyesuaian tindakan
keperawatan. Beberapa faktur dapat mempengaruhi pelaksanaan keperawatan antara
lain: fasilitas / alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.
H. Evaluasi
Evaluasi
menurut Patricia A. Potter, (2005) adalah sebagai berikut :
Evaluasi
adalah : proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan langkah-langkah evaluasi terdiri dari mengumpulkan data
perkembangan pasien, menafsirkan (menginterprestasikan) perkembangan pasien
membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah di latapkan, mengukur dan
membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku. Ada tiga
alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Tujuan tercapai
Tujuan tercapai bila pasien menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Tujuan tercapai sebagian jika pasien
menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagai dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Tujuan sama sekali tidak tercapai
Tujuan sama sekali tidak tercapai, jika
pasien menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan
timbul masalah baru.
Evaluasi dari revisi rencana perawatan dan
berfikir kritis, sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian
terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Setelah melakukan
evaluasi keperawatan tahap selanjutnya adalah mencabut hasil tindakan
keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti jadi pelaksanaan
keperawatan yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan catatan
respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan atau reaksi klien
terhadap penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2000). Hand Book for Brunner
& Suddarth Text Book Medical Surgical Nursing. (Penerjemah Yasmin Asih,
S.Kp). Lipincott – Raven Publishers. (Sumber Asli diterbitkan tahun 1996).
Brunner and Suddarth. (2000). Texbook of Medical
Surgical Nursing. (Penerjemah Agung W). Philadelphia, Lipincott – Raven
Publishers. (Sumber Asli diterbitkan tahun 1987).
Doenges. Marilynn. E (2000). Nursing Care Plans
Guidelines For Planning and Documenting Patients. (Penerjemah : I Made
Kariasa, Ni Made Sumarwati). Philadelphia, F.A. Davis. (Sumber Asli diterbitkan
tahun 1993).
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal –
bedah. Vol. 1 / Barbara Engram : Alih Bahasa, Suharyati Samba ; Editor
Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta : EGC. 1998.
Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit : Pathophysiology. Clinical Concepts of Desease
Processes / Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson : Alih Bahasa,
Peter Anugerah ; Editor, Caroline Wijaya, - Ed.4 – Jakarta : EGC, 1995.
Suyono,
Slamet (2001). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Gaya Baru.
Tucker, Susan Martin. (1998). Patient Care Standards : Nursing Process,
Diagnosis and Outcome. Vol 3. (Penerjemah : Yasmin Asih Etal). (Sumber Asli
diterbitkan tahun 1992).
terimakasiih good bngt
BalasHapussama sama
HapusOke saya ngerti
BalasHapussemoga dapat membantu
HapusTerimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.
BalasHapus