Sabtu, 15 Desember 2012

ASKEP DIARE



TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya (Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak 1985)

Diare adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen paralitik (Donna L. Wong 2004).

Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari  biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, dkk 2005).

Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar yang tidak normal dengan konsistensi encer, frekwensi lebih banyak dari biasanya disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen paralitik


5
 
 

B.     Patofisiologi.
Penyebab terjadinya diare akut adalah virus ( enterovirus ), bakteri ( E.colli ) dan parasit / cacing sebenarnya etiologi diare dapat di bagi dalam beberapa faktor, faktor pertama infeksi yaitu infeksi enteral dan parenteral, kedua Faktor malabsorbsi yaitu malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein, ketiga faktor makanan yaitu makanan basi, beracun, alergi makanan, ke empat faktor psikologi rasa takut dan cemas. Virus, bakteri, parasit yang masuk ke dalam tubuh bisa melalui fekal / oral dari orang – orang dimana patogen – patogen tersebut menginfeksi sel – sel menghasilkan entrotoxin yang dapat merusak sel mukosa intestinal sehingga akan mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi cairan dan elektrolit sehingga tekanan osmotik meningkat yang akan menyebabkan penggeseran cairan / air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus mengeluarkannya dan akan timbul diare.
Adapun tanda dan gejala yang mungkin muncul pada klien dengan diare antara lain, konsistensi feases dan frekuensinya semakin sering, mual dan muntah, demam, kram abdomen, trismus, membrane mukosa kering, fontanel cekung pada bayi, berat badan turun, malaise dan penurnan tanda- tanda vital, nadi, pernafasan cepat, untuk dehidrasi ringan terjadi penurunan berat badan 3% - 5%.
Apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi antara lain : dehidrasi (ringan, sedang, berat, isotonic atau hipertonik, hipotonik) renjatan hipopolemik, hipokalemia dengan gejala muteorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi dan perubahan EKG jarang terjadi pada dehidrasi hipertonik, kejang terutama pada dehidrasi hipertonik, malnutrisi energi protein.


C.    Penatalaksanaan.
Menurut Cecily L. Bets ( 2002 ) Staf pengajar Ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran universitas indonesia ( 1985 ) penatalaksanaan pada klien dengan diare adalah :
1.      Penatalaksanaan medis diantaranya dengan :
a.       Pemberian cairan, pemberian cairan  pada anak diare dengan  memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum. Bila anak hanya menalami dehidrasi ringan dan sedang, rehidrasi dapat diberikan peroral  berupa cairan yang berisikan NaCL dan NaHC03, Kcl dan glucose. Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml) meski terdapat muntah. Dalam hal ini dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan terapi intravena (IV) jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam. Jika ada syok segera  dilakukan  resusitasi cairan  (20 ml / kg larutan salin normal atau larutan ringer laktat ulangi jika perlu). Bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intra venosus dapat dipakai untuk memberika cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia kurang dari 6 tahun, formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCL dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung berasgaram dan sebagainya untukpengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan. 
b.      Pengobatan dietetik  (cara pemberian makanan). Untuk anak dibawah 1 tahun dan diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
1)      Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron, atau sejenis lainnya.
2)      Makanan setengah padat (bubur)  atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena dirumah sudah biasa di beri makanan padat.
3)      Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang di temukan.
c.       Obat- obatan .Prinsip pengobatan diare adalah  menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat  lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). Obat anti sekresi seperti asetosal dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg, klorpromazin dosis :0,5 – 1 mg/kg BB/hari, obat anti spasmolitik pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare, pada umumnya anti biotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.
2.      Penatalaksanaan keperawatan
Penyakit diare walau tidak semua menular (misalnya diare karena malabsorbsi) tetapi perlu perawtan dikamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi (selalu sedia desinfeksi dan air bersih), serta tempat pakaian kotor tersendiri.

D.    Konsep Tumbuh kembang dan Dampak Hospitalisasi Anak Usia 1-4 bulan.
1)      Pertumbuhan dan perkembangan fisik     
Menurut A. Aziz Alimul Hidayat perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan pada usia ini,bila gizi anak baik maka perkiraan berat badan  akan mencapai 700-1000 gram/ bulan sedangjan pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak mengalami kecepatan, perkembangan motorik kasar memiliki kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan di topang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk merangkak. Perkembangan motorik halus dapat melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang benda kedalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun hanya sebantar. Pada perkembangan bahasa di tandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi hurup hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan brteriak, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. Perkembangan adaptasi sosial mulai untuk mengamati tangannya , tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak senyum , mengenal  ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, waktu tidur pada malam hari lebih sedikit dari pada waktu terjaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang di kenal dan tidak di kenal.    

E.     Konsep hospitalisasi pada anak.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan  yang berencana atau darurat. Mengharuskan anak untuk  tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Yupi, 2004).
Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres serta anak hanya bisa menangis.

F.     Pengkajian.
Menurut  Nursalam Dkk (2005) dan Donna L. Wong (2004), pengkajian pada anak diare adalah :
1.      Identitas pasien/ biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, suku bangsa, nama orang tua. 
2.      Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan / sedang), atau BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).
3.      Riwayat penyakit sekarang
a.       Mula-mula bayi / anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b.      Tinja makin cair mungkin disertai lendir dan darah, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c.       Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d.      Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e.       Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak.
f.       Deuresis terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/ BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi, urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang, tidak ada urine dalam waktu 6 jam dehidrasi berat.

4.      Riwayat kesehatan meliputi :
a.       Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak – anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
b.      Riwayat alergi terhadap makanan dan obat – obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c.       Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak  berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, fasingitis, bronkopnemoni dan ensefasilitis.
5.      Riwayat nutrisi.
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi :
a.       Pemberian ASI penuh pada anak umur 4 – 6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b.      Pemberian susu formula apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran.
c.       Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa) pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum.
6.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum :
1)      Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2)      Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
3)      Lesu, lunglai dan tidak sadar (dehidrasi berat).
b.      Berat badan anak  yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan, persentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat dirumah sakit sedangkan dilapangan untuk menentukan dehidrasi cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.
c.       Kulit untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilekukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan keedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik) berarti diare dengan dehidrasi ringan atau sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan lebih dari 2 detik) termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d.      Kepala anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun – ubunnya biasanya cekung.
e.       Mata anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apalagi mengalami dehidrasi ringan atau sedang, kelopak matanya cekung (cowong). Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
f.       Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), kering (dehidrasi ringan atau sedang), sangat kering (dehidrasi berat).
g.      Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus yang meningkat.
h.      Anus apakah ada iritasi pada kulitnya.
i.        Pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare yaitu :
1)      Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur.
2)      Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (PH, klinis test), lemak dan kultur urine.
3)      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
4)      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5)      Pemeriaksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

B.     Diagnosa keperawatan.
Menurut  Donna L. Wong (2004) dan Susan Marthin Tukker (1999), ditemukan diagnosa keperawatan  sebagai berikut :
1)      Kurangnya  volume cairan berhubungan dengan sering buang air besar dan encer.
2)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat.
3)      Resiko tinggi infeksi pada orang lain berhubungan dengan masuknya mikroorganisme yang menembus saluran gastrointestinal
4)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.
5)      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare.
6)      Cemas dan takut pada anak/ orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.

C.    Perencanaan.
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan intervensi untuk setiap diagnosa keperawatan.
1)      Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan : anak dapat menunjukkan tanda- tanda rehidrasi dan mempertahankan rehidrasi yang adekuat.
Ktriteria evaluasi :
a.       Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai usia, capillary kurang dari 2 detik, membrane mukosa lembab.
b.      Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
c.       Bab 1-2 kali perhari dengan konsistensi tidak cair.
d.      Intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1.      Kaji status hidrasi, ubun- ubun, mata, turgor kulit, membran mukosa, tingkat kesadaran, waktu pengisian kapiler beritahukan segera kepada dokter mengenai perubahan – perubahan signifikan pada status anak.
2.      Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan setiap shiff
3.      Monitor tanda – tanda vital tiap shiff.
4.      Timbang berat badan tiap hari.
5.      Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai program, elektrolit, Ht, ph, dan pemeriksaan kultur feses.
6.      Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit sesuai program (dengan oralit dan caiaran parenteral bila indikasi).
2)      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan kehilangan                                  caiaran melalui diare, masukan yang tidak adekuat
Tujuan : anak menkomsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia.
Kriteria  evaluasi :
a.       Anak dapat mengkomsumsi nutrisi yang ditentukan.
b.      Dapat mertahankan masukan atau asupan nutrisi yang adekuat.
c.       Dapat menunjukan penambahan berat badan atau stabil.
Intervensi :
a.       Timbang berat badan setiap hari.
b.      Observasi dan catat respon pemberian makanan.
c.       Lakukan kebersiahan mulut setiap habis  makan
d.      Monitor intake dan output tiap shiff.
e.       Intruksikan ibu menyetujui untuk melanjutkan  pemberian ASI.
f.       Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan susu formula yang rendah laktosa .
g.      Hindari pemberian diet dengan pisang, beras, apel atau the karena diet ini rendah energi, protein dan elektrolit, terlalu tinggi dalam karbohidrat.
3). Resiko tinggi infeksi pada orang lain berhubungan dengan masuknya mikroorganisme yang menembus saluran gastrointestinal
Tujuan : tidak terjadi penularan diare pada orang lain.
Kriteria  evaluasi :
      Infeksi tidak menyabar ke orang lain tidak ada tanda- tanda infeksi pada orang lain
Intervensi :
a.       Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung.
b.      Segera angkat dan bersihkan bekas bab dan tempatkan pada tempat yang khusus.
c.       Anjurkan orang tua untuk menggunakan popok sekali pakai.
d.      Upayakan untuk mempertahankan dan anak kecil dan menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
4).Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare .
Tujuan : kulit anak tetap utuh.
Kriteria evaluasi : anak tidak menunjukan tanda – tanda kerusakan kulit yang ditandai dengan kulit utuh, tidak lecet dan tidak merah.
Intervensi :
a.       Kaji kerusakan kulit dan iritasi setiap BAB .
b.      Ganti popok atau kain pengalas dengan sering setiap habis BAB/ BAK.
c.       Bersihkan bokong dengan perlahan – lahan dengan sabun lunak non alkalis.
d.      Biarkan daerah bokong terbuka terhadap udara sebanyak mungkin.
e.       Hindari penggunaan tissue basah yang dijual bebas yang mengandung alcohol pada kulit yang tereskoriasi.
f.       Berikan obat anti jamur yang tepat untuk melindungi kulit dari iritasi.
g.      Hindari penggunaan talk dan penggunaan pampers.
5). Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan perawatan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare berulang.
Tujuan : pengetahuan orang tua bertambah.
Kriteria evaluasi :
a. Orang tua dapat memahami cara perawatan anak dirumah.
b. Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawtan anak.
c. Dapat memahami kegunaan pemeriksaan medis lanjut.
Intervensi :
a.       Kaji tingkat pemahaman orang tua.
b.      Ajarkan prinsip diet dan control diare.
c.       Ajarkan pada orang tua akan pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.
d.      Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.
e.       Jelaskan pentingnya kebersihan.
6).Cemas dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.
Tujuan : cemas atau takut berkurang atau tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
a.       Anak atau orang tua menunjukan rasa cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak, bertanya pada perawat atau dokter  tentang kondisi dan klasipikasi dan anak tidak menangis.
b.      Anak menunjukan tanda- tanda kenyamanan.
c.       Keluarga berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak mungkin.
 Intervensi :
a.       Berikan rasa nyaman pada anak .
b.      Libatkan keluarga dalam  perawatan
c.       Ajak bermain dan berbicara pada anak sebanyak mungkin.
d.      Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya.

D.    Pelaksanaan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup : melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas sehari - hari, memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi kinerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawat kesehatan berkelanjutan dari klien. Selain itu juga implementasi bersifat berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan. Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu : mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi  area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan menggunakan beberapa metode implementasi mencakup supervise, konseling, dan evaluasi dari anggota tim perawat kesehatan lainnya. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskriptif singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon dari klien terhadap asuhan keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan keperawatan mungkin membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan dan personal.



E.     Evaluasi.
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan prilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan. Selama evaluasi perawat secara kontinyu perawat mengarahkan kembali asuhan keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi positif terjadi ketika hasil yang dinginkan  terpenuhi menemukan perawat untuk menyimpulkan bahwa dosis medikasi dan intervensi keperawatan secara efektif memenuhi tujuan klien untuk meningkatkan kenyamanan. Evaluasi negative atau tidak di inginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum diketahui. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi itu dinamis dan berubah terus tergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi klien. Hal yang lebih utama evaluasi harus spesifik terhadap klien. Evaluasi yang akurat mengarah pada kesesuaian revisi dan rencana asuhan yang tidak efektif dan penghentian terapi yang telah menunjukan keberhasilan.


DAFTAR PUSTAKA

Betz,Cecil L and Linda A.Showden. (2002). Buku Saku keperawatan Pediatric, Edisi 3. Jakarta : EGC
Doengoes,Marlyn E, dkk. (1998). Aplication Of  Nursing Process and Nursing                                                     Diagnosis An.Interactive Text for diagnostic Reasoning. (I Made Kariasa,penerjemah).Philadhelphia : F.A.Davis ( Sumber Asli di berikan 1995)
Hidayat, A.A.Alimul. (2005).Pengantar Kesehatan Anak 1, buku 1. Jakarta : FKUI
Nursalam. (2001) .Proses-proses Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A.. (2005). Fundamental of  Nursing Concepts, process, and Practice.
           ( Yasmin Asih, penerjemah). Missauri: Mosby. ( sumber asli di terbitkan tahun 1997).  
Tucker, Susan Martin (1998).Patient Care Standards Nursing ( Ahli bahasa,Yasmin Asih). Jakarta : EGC
Wong.Donna.L. (1995).Nursing Care Of  Infants and children. St.lovis Missouri : Mosby year book.   



1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus