Sabtu, 15 Desember 2012

ASKEP ASMA


Tinjauan Teori

A.          Pengertian
Asma bronchiale adalah  keadaan klinik yang ditandai oleh rasa penyempitan bronkhus yang reversible.
Asma Bronchoale adalah suatu keadaan yang dikarakteristikan oleh kontraksi yang dapat pulih dari otot halus bronchiale, hypersekresi, inflamasi mukosa serta edema ( E.Marilynn Doengoes, 2000)

B.           PAtofisiologi
Penyebab asma bronchiale  sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor resiko seperti : faktor allergi, infeksi saluran pernafasan,  tekanan jiwa, kegiatan jasmani & polusi udara sebagai faktor pencetus  asma bronchiale.
 Salah satu faktor tersebut diantaranya  yaitu alergi, yang tidak diketahui pada asma bronchiale terdapat ketidak mampuan mendasar mencapai angka aliran udara normal selama pernafasan (terutama pada cuspirasi). Hal ini dibuktikan dengan rendahnya volume udara yang dihasilkan sewaktu usaha membuang nafas, banyak saluran yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan dengan cepat, terjadilah alergi paru-paru yang tidak seimbang hilangnya ruang penyesusaian normal antara ventilasi & aliran darah paru-paru tergantung pada beratnya penyakit, gangguan ini mungkin tidak khusus akan tetapi karena hanya menimbulkan perasaan iritasi pada trakhea.
Penyebab asma yang lainnya adalah debu, asap, produk pembersih, udara dingin, selain oleh alergi asma juga dikarenakan adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas dan juga stres . muncul tanda dan gejala seperti dyspnoe, whezing, hyperdentilasi, pusing, sakit kepala, nousea, peningkatan nafas pendek, kecemasan dia phorosis & kelelahan.
Proses terjadinya (manifestasi klinik) pada klien asma bronchiale menunjukan gambaran kronis sbb : serangan seringkali terjadi pada malam hari ditandai dengan serangan sesak & rasa tertekan didada disertai batuk-batuk kering, bronchus posme dan penyempitan jalan nafas menyebabkan wheazing saat eksporasi.
Pernafasan meningkat & eksporasi memanjang, batuk-batuk disertai sekret kental & lengket. Biasanya serangan asma bronchiale berkurang setelah ½ jam sampai beberapa jam. Bila serangan asma bronchiale disertai dengan infeksi respiratorius maka serangan lebih berat-berat & menetap untuk beberapa hari.
Pada pemeriksaan fisik klien asma bronchiale sangat khas pada waktu mendapat serangan  dysponse dan berkeringat. Inspriasi pendek sedangkan ekspirasi panjang. Suara nafas vesikuler melemah & ekspirasi memanjang selama inpirasi ekspirasi terdengar whezing pada seluruh paru klien tampak menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas & mungkin membungkuk kedepan untuk bernafas dengan baik. Pada saat serangan dapat timbul cyanosis.
Serangan biasanya menghilang dalam waktu 30 sampai 60 dan diaphorosis biasanya terjadi karena pamakaian tenaga & kelelahan terjadi setelah serangan. Bila hal ini tidak segera diatasi akan timbul komplikasi seperti: kelelahan dehidrasi, infeksi saluran nafas cor pulinonal, pheumonia & alektosis.

C.          Penatalaksanaan
a.       Pemerikaaan diagnostik : tidak ada satu tes yang dapat menegakkan diagnosa asma bronchiale. Riwayat kesehatan yang lengkap termasuk keluarga, lingkungan dan riwayat pekerjaan dapat mengungkapkan faktor-faktor / substansi yang mencetuskan serangan asma. test kulit positif yang menyebabkan reaksi lepuh 2 hebat mengidentifikasi alergi spesifik. riwayat positif uewarga sering kali berkaitan dengan asma alergi. jumlah serbuk sari yang tinggi & jamur juga berkaitan dengan asma. perubahan iklim khususnya dingin dan polusi udara terutama sekali bverkaitan dengan pekerjaan yang telah menunjukan terjadinya asma termasuk garam,logam,debu,besi,kayu &obat-obatan secara episode akut , nitrogen dada dapat menunjukan hyperinflasi & pendataran diafragma. pemeriksaan sputum darah dapat menunjukan eosimofina ( kenaikan kadar eosinofil ) terjadi peningkatan kadar serum hemoglobin E ( IGE ) pada asma alergi.
b.      sputum dapat jernih / berbusa (allergi) atau kental dan putih ( Non Allergik ) & berserabut ( Non Allergik ).
c.       gas darah arteri menunjukan hypolesis selama serangan acut awalnya terjadi hypokapnoez respira tarik alkolosis & tekanan persial karbondioksida (PCO2) yang rendah.
Dengan memburuknya kondisi klien menjadikan letih PCO2 meningkat PCO2 yang normal dapat menunjukan gagal nafas yang mengancam karena PCO2 lebih dapat berdifusi dibanding dengan O2 adalah sangat jarang bagi PCO2 , untuk normal atau meningkat pada individu yang bernafas sangat cepat.
fungsi polmorak biasanya normal antar serangan selama serangan akut, terdapat peningkatan kapasitas total (TLC) dan volume reciducal fungsional (FRV) sekunder terhadap terjebabnya udara.
FEU dan kapasitas Vital Kuat (FVC) sangat menurun

Therapi ringkas/obat-obatan menurut Kapita Selekta Kedokteran:
1.                  Simpatominetik
a.             Epinefrin / adrenalin (broncodicator)
b.            Efedrin bersifat derivat nya: aktif pada pemakaian oral
c.             Obat-obat selektif terhadap beta 2 reseptor: metaprotenol, salbutamol dan terbutalin.
2.                  Bronkodikator lain
a.             Teofilin: khasiatnya sebagai bronkodicator + diuretik. Pemberian intraveno harus pelan-pelan selama 10 – 15 menit agar tidak terjadi hypotensi / cardiac arrest, diencerkan dengan Dex 5%
b.            Aminophilin (campuran chlensiomin + teofilin) pemakaian dapat oral dan parental (intra vena) dosis dewasa 250 – 500 mg (5-6mg/kg BB). Dosis anak tidak melebihi 3-5mg/kg BB. Efek samping: mual, muntah dan hypotensif.
3.                  Euspetoran
Mukus kental yang terbentuk harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, atelektasis dan mempercepat tumbuhnya bakteri.

4.                  Antibiotika
untuk mengatasi infeksi yang sering terjadi pada saluran pernafasan / paru-paru
5.                  Kostikostroid
Pengaturan Diet : Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)

ASUHAN KEPERAWATAN
1.                  Pengkajian
Pengkajian pada klien asma bronchiale menurut E . Marilynn Doengoes (1999), Bunner & Seddarha (1977) & Barbara C. Long (1996)
  1. Aktivitas / istirahat
Gejala
Keletihan / kelelahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas, perlu tidak dalam posisi duduk tinggi, dyspnoe pada saat istirahat
Tanda
Keletihan, Insomnia, kelemahan Umum / Kehilangan masa otot

  1. Sirkulasi
Gejala
Peningkatan pada eustrimitas bawah
Tanda
Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung, pucat menunjukkan anemi

  1. Integritas ego
Gejala
Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup
Tanda
Ansietas, ketakutan, peka rangsang
  1. makanon / carron
Gejala
Mual, muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, karena distress pernafasan, penurunan kulit

  1. Pernafasan
Gejala
Nafas pendek, rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas. Nafas biasanya cepat dan lambat, penggunaan otot bantu nafas, gerakan dada / diafragma minial, mengi sepanjang are paru pada ekspirasi

2.                  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut E. Marilynn Engoes (1999( Brunner & Suddarth (1977) dan Barbara C. Long (1996)
a.       ketidak efisienan bersihan jalan nafas pada bronkhuspasme
b.      kerusakan pertukaran gas dan gangguan suplai Oksigen
c.       resiko terjadinya infeksi bd masuknya MO
d.      perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Bd intake yang tidak adekuat
e.       intoleransi aktifitas Bd keletihan / kelelahan
f.       ansietas ep peningkatan frekuensi pernafasan

3.                  Intervensi
Dx I
Tujuan
Bersihan jalan nafas kembali efektif
K H
Jalan nafas bersih, menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas, misalnya: batuk efektif

Intervensi
1.            Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas imengi, krekels
2.            Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio ekspirasi / inspirasi
3.            Catat adanya dyspnoe, onsietas, distress pernafasan / penggunaan otot bantu pernafasan
4.            Kaji klien untuk posisi nyaman / aman
5.            Pertahankan polusi lingkungan, misalnya: debu, asap, buru bentol.
6.            Dorong / pantau latihan nafas abdomen / bibir
7.            Kolaborasi / pemberian obat sesuai indikasi dan inhalasi
Dx II
Tujuan
Pertukaran gas kembali normal
K H
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan Oksigenasi jaringan Adekuat denagn GDA berpartisipasi dalam program pengobatan

            Intervensi
1.      Kaji frekuensi kedalaman nafas
2.      tinggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas
3.      Kaji secara rutin warna kulit dan warna membran mukosa
4.      Dorong mengeluarkan sputum
5.      Polpasi Fremitus
6.      Aulkuitasi bunyi nafas
7.      Awasi tingkat kesadaran
8.      Evaluasi tingkat tolernasi aktivitas
9.      Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
Dx III
Tujuan
Resiko Infeksi tidak terjadi
K H
Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman; memahami penyebab / faktor resiko individu menigidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

Intervensi:
1.      Awasi suhu
2.      Kaji tanda-tanda infeksi seperti; merah, panas, bengkak pada daerah pemasangan infus
3.      Kaji tetesan infus
4.      Lakukan perawatan infus setiap hari dengan kasa steril
Dx IV
Tujuan
Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
K H
Menunjukkan peningkatan BB, menunjukikan perilaku / perubahan pola hidup
Intervensi
1.      Catat derajat kesulitan makan
2.      Auskultasi bunyi usus
3.      Berikan perawatan Oral
4.      Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Beri makan porsi kecil tapi sering
5.      Timbang BB sesuai indikasi
6.      Kolaborasi konsul gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, kaji pemeriksaan laboratorium
7.      Berikan Oksigen tambahan


DAFTAR PUSTAKA

A. Marilynn Doengoes (1999) Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documentating Patient Care (alih bahasa mode katara) seisi 3 Jakarta EGC
Brunner & Suddarth (1997) Buku Ajar Keperawatan Bedah Medikal vol 2 Jakarta EGC
Barbara c Long  (1996), Praktek keperawatan Medikal Bedah Jakarta EGC
Carpenito lynda Jvall (2000) Hand book of Nursing Diagnosis edisi 8 Jakarta EGC
Kapita Selekta Kedokteran
Price (Silvia Anderson (1995) Patofisiologi Clinical Concept Of Disease Proceses (alih Bahasa Peter Anugrah) edisi 4 Jakarta EGC (tahun asli 1992)

1 komentar: