TINJAUAN
TEORI
A.Pengertian
Labio
palato adalah suatu kelaianan bawaan dimana terdapat cacat / celah pada bibir
dan langit-langit (palatum) akibat fusi selama masa pertumbuhan kandungan.
(http :// www.mediacastore.com)
Labio
palato adalah malfarmasi yang disebabkan malformasi yang disebabkan oleh
gagalnya proseseus nasal median dan aksilaris untuk menyatu selama perkembangan
embrionik (Donna L.Wong,2004)
Labio
palato adalah keadaan ketika bibir atau langit gusi seseorang terbelah menjadi
dua (http : www.info sehat.com).
Dari
ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa labio palato adalah suatu
kelainan dimana terdapat cacat atau langit gusi seseorang terbelah menjadi dua
B.
Patofisiologi
Cacat
terbentuk pada trisemeter pertama kehamilan, prosesnya karena yang disebabkan
oleh gagalnya proseseus nasal median dan maksilaris.tidak terbentukya mesoderm
pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proseseus nasalis dan
maksilaris) pecah kembali (http : // www.mediacastoer.com).
Labio palato dapat disebabkan oleh berbagai macam antara lain karena kekurangan
gizi. Infeksi janin yang terjadi pada janin pada usia kehamilan kurang
mengkonsumsi asam folat yang amat berperan dalam pembentukan organ, kekurang seng
dan keturunan ( kawin antara anggota atau kerabat ) sehingga pada saat
pembentukan organ karena zat – zat yang diperlukan berkurang pada pembentukan
organ labio dan palato menjadi terganggu, yakni tidak terbentuknya mesoderem
yang menyebabkan terpecahnya proseseus nasalis dengan maksilaris yang
menimbulkan celah pada bibir dan palatum. Sehingga akan timbul kesukaran
menghisap pada bayi serta sering terjadi refluk susu kedalam hidung yang akan
mengalami distres pada bayi dan akan terjadi komplikasi yaitu otitismedia
berulang, ketulian yang sering kali terjadi, dan cacat wicara yang ditandai
dengan pengeluaran udara melalui hidung dengan kualitas hipernasal dapat
membuat suara tertentu.
C.
Pentalaksanaan
Penatalaksanaan menurut FKUI(1991), Susan Martin Tucker ( 1998 )
yaitu
1.Penatalaksanaan
medik
- Tindakan
bedah efektif, serta kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter
anak, dokter THT serta ahli wicara.
- Diet
dan pembatasan bila ada ( biasanya produk susu dihindari )
- Restrein
siku
- Cairan
parenteral segera pada pasca operasi sampai masukkan oral adekuat
- Antibiotik
sesuai kebutuhan
- Sedasi
ringan
- Analgesik
( biasanya asitaminofen ) untuk ketidaknyamanan
2.
Penatalaksanaan
keperawatan
- Pemberian
minum perlu diperhatikan
- Perhatikan
refleks menelan dan refleks meghisap yang baik
- Pemberian
air susu ibu secara langsung
- Mamakai
botol peras untuk mengatsi gangguan menghisap.
D.
Konsep Tumbuh Kembang
dan Dampak Hospitalisasi pada anak yang berumur 10 tahun.
Dibawah
ini akan diuraikan mengenai konsep tumbuh kembang dan dampak hospitalisasi pada
anak yang berumur 10 tahun. Pertumbuhan dan Perkembangan menurut Mary E.
Muscari dan Aziz Alimul Hidayat
(2005).
1.Tumbuh
kembang
Pada
perkembangan motorik kasar. Anak sudah bisa bersepeda, menggunakan sepatu roda
dan papan luncur. Secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi.
Pada
motorik halus bisa menulis tanpa rangkaian huruf, menguasai lebih besar
kemampuan dan video game, kemampuan bermain komputer ( kemampuan manual ).
Pada
perkembangan bahasa anak sudah mengembangkan pola aktivitas orang dewasa formal
pada usia 7 – 9 tahun. Anak belajar bahwa kata – kata dapat dirangkai dalam
bentuk tekstruktur. Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan paling
penting dikembangkan oleh anaknya.
Perkembangan
adaptasi sosial masa ujian sekolah merupakan periode dinamis dan pematangan
seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih
kompleks membuat keputusan dan kegiatan yang memiliki tujuan. Ketika anak usia
sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya, perkembangan sosial berpusat
pada tubuh dan kemampuannya. Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan
penting yang baru. Aktivitas kelompok termasuk tim olahraga, biasanya
menghabiskan banyak waktu dan energi.
2.Bermain
Bermain
menjadi lebih kompetitif dan kompleks selama periode usia sekolah,
karakteristik kegiatan meliputi tim olahraga, klub rahasia, aktivitas ‘ geng ‘,
Pramuka atau organisasi lain puzzel yang rumit, koleksi, permainan papan,
membanca dan mengagumi pahlawan tertentu. Peraturan dan ritual merupakan aspek
penting dalam bermain dan permainan. Mainan, permainan dan aktivitas yang
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan meliputi permainan kartu dan papan
bertingkat yang rumit, buku dan kerajinan tangan, musik dan seni, kegiatan
olahraga (berenang), kegiatan tim.
3.
Nutrisi
Kebutuhan
kalori harian anak usia sekolah menurun berhubungan dengan ukuran tubuh. Anak
usia sekolah membutuhkan rata – rata 2400 kalori/hari. Pengasuh atau orang tua
harus tetap menekankan kebutuhan terhadap diet seimbang yang sesuai dengan
piramida makanan, tubuh menyimpan cadangan makanan sebagai sumber kebutuhan
pertumbuhan yang meningkat saat remaja.
4.Dampak
hospitalisasi
Perawatan
anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang
dicintainya yaitu keluarga dan terutam kelompok sosialnya dan menimbulkan
kecemasan. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat dirumah sakit karena
adanya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada
perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia
biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaualan sosial, perasaan takut mati,
adanya kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan
ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah
mampu mengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu
dengan erat.
E.
Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan post operasi labio palato menurut Donna L. Wong ( 2003 ),
Susan Martin Tucker ( 1998 ).
a.
Lakukan pengkajian fisik
b.
Inspeksi palatum, baik secara visual dan dengan menempatkan jari secara
langsung diatas palatum.
c. Observasi perilaku makan
d.
Observasi interaksi bayi-keluarga
e. Perdarahan berlebihan
f. Jahitan utuh
g.
Derajat ketidaknyamanan
h.
Toleransi tekhnik pemberian makan
i. Masukan cairan dan kalori
F.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang ditemukan menurut Donna L. Wong ( 2003 ), Susan Martin Tucker
( 1998 ), fitri purwanto ( 2001 ) sebagai berikut :
1.Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubngan dengan prosedur pembedahan
2.Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan tekhnik makan
dan ketidakmapuan untuk menghisap secara efektif
3.Risiko
infeksi berhubungan dengan trauma pada area dan mempengaruhi proses penyembuhan
4.Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan penggunaan restrein siku
5.Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kebutuhan perawatan
dirumah
6.Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi oral dan pembekakan
area insisi
7.Perubahan
proses keluarga berhubungan dengan defek fisik, hospitalisasi
G.
Intervensi
Setelah
diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan intervensi, implementasi dan
evaluasi untuk setiap keperawatan menurut Donna L. Wong (2003), Susan Martin
Tucker ( 1998 ), fitri purwanto ( 2001 ) sebagai berikut :
1.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan
: Nyeri berkurang
Kriteria
evaluasi : Anak tampak nyaman, ekspresi wajah tenang, istirahat dengan tenang
Intervensi
: a) kaji dan kontrol tingkat nyeri dengan menggunakan skala 1-10 tiap 2 jam,
b) kaji perilaku dan tanda-tanda vital untuk adanya tanda bukti nyeri, c)
berikan analgesik atau sedatif sesuai intruksi, c) berikan posisi yang nyaman,
d) berikan stimulasi belaian dan taktil, e) libatkan oarangtua dalam perawatan
bayi
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perbahan
teknik makan
Tujuan
: Klien dapat mempertahankan nutrisi yang ade kuat
Kriteria
evaluasi : Anak menunjukkan penambahan berat badan yang tepat, menerima masukan
kalori sesuai usia, tetap terhidrasi, anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang
adekuat
Intervensi
: a) beri diet sesuai usia, b) berikan cairan parenteral, c) beri makan dalanm
posisi duduk, d) timbang berat badan anak setiap hari, e) hindari pengguna
produk susu
3.Resiko
infeksi berhubungan dengan trauma pada area dan mempengaruhi proses
penyembuhan.
Tujuan
: Infeksi tidak terjadi
Kriteria
evaluasi : garis jahitan pasien tetap bersih dan utuh, pasien tidak demam,
orang tua dapat menjaga pada anak.
Intervensi
: a) pantau suhu tiap 4 jam b) hindari penggunaan sedotan atau alat pemberi
makan c) berikan anak air dalam jumlah sedikit tapi sering d) kaji anak
terhadap perdarahan berlebihan dan bau mulut e) berikan antibiotik bila
diresepkan f) berikan sedatif bila diresepkan f) kaji jahitan anak setelah
makan g) ajarkan keluargacara merawat kebersihan mulut.
4.
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan penggunaan restrein siku
Tujuan
: kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi
Kriteria
evaluasi : rentang gerak siku dipertahankan, pertumbuhan dan perkembangan
normal ditingkatkan.
Intervensi
: a) lepaskan restrein siku sekali – kali sedikitnya 8 jam b) priksa kulit
dibawah restrein terhadap tanda iritasi c) lakukan latihan rentang gerak pada
lengan d) tingkatkan perkembangan sesuai usia melalui stimulasi auditorius,
visual dan taktil
5.Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang kebutuhan perawatan
dirumah
Tujuan
: keluarga dapat mengetahui penyakit anaknya
Kriteria
evaluasi : orang tua mengerti tentang tekhnik pemberian makan, orang tua dapat
mendemonstrasikan pemahaman tentang perawatan dirumah.
Intervensi
: a) ajarkan tekhnik pemberian makan b) beritahu pasien pembatasan diet bila
ada ( prodak susu ) c) demonstrasikan penggunaan restrein siku d) ajarkan orang
tua cara menggunakan tekhnik pemberian makan pengganti e) ajarkan perawatan
mulut dan bibir.
6.Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi oral dan pembekakan
area insisi
Tujuan
: jalan nafas efektif
Kriteria
evaluasi : kaji TTV terutama Rr ( 20 – 30 x/mnt ), suara nafas vesikuler, tidak
ada dispnoe, dan sianosis, anak mampu mengeluarkan sekret,
bunyi paru bersih, kedalaman nafas dalam.
Intervensi
: a) kaji status RR tiap 2 jam b) suction bila terindikasi c) monitor pemberian
minum bertahap c) terangkan untuk tidak minum dengan menggunakan sedotan d)
berikan terapi tent lembab sesuai dengan pesanan e) jangan menghisap
7.
Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan defek fisik, hospitalisasi
Tujuan
: klien mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria
evaluasi : keluarga mengenal lingkungan rumah sakit, keluarga terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan perawatan anak, anggota keluarga mengungkapkan
perasaan dan masalah.
Intervensi
: a) kenalkan keluarga pada anggota – anggota staf yang signifikan b) terapkan
perilaku yang menghargai c) libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
pasien d) berikan informasi yang dibutuhkan.
H. Implementasi
Impementasi
ini disusun menurut Patricia A. Potter ( 2005 ) dan Tim Depkes RI ( 1998 ).
Implementasi
adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan, dengan
maksud agar kebutuhan klien dapat terpenuhi secara optimal dan dapat
dilaksanakan sebagian oleh itu sendiri, oleh perawat secara mandiri atau
mungkin bekerja sama dengan anggota kesehatan lainnya.
Metode
dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan atau keperawatan antara lain :
1.
Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2.
Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3.
Menyiapkan lingkungan yang terbaik
4.
Membantu dalam melakukan asuhan keperawatan langsung
5.
Memberikan asuhan keperawatan langsung
6.
Menyuluh dan mengkonsulkan anak dan keluarga
Setelah
implementasi, perawat menulis dalam catatan klien deskripsi singkat dari
pengkajian keperawatan, prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.
I.
Evaluasi
Evaluasi
keperawatan ini disusun menurut Patricia A. Potter dan tim Depkes RI (1998).
Evaluasi
merupakan proses penilaian pencapaian tujuan atau menentukan respon klien
terhadap tindakan keperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan yang telah
dipenuhi. Perawat dapat membandingkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada
perencanaan. Hasil yang diharapkan dinyatakan dalam uraian perilaku untuk
menggambarkan efek yang diinginkan dari tindakan keperawatan, sebelum
menetapkan hasil, seorang perawat perlu mengetahui indikator yang harus
ditetapkan diantaranya :
1.Indikator
kualitas atau ukuran kuantitatif dari suatau aspek penting pelayanan yang
menentukan apakah kualitas pelayanan menegaskan kebutuhan
2.Indikator
struktur adalah indikator untuk mengevaluasi struktur atau sistem untuk
pemberian asuhan keperawatan yang terdiri dari :
a. Indikator
proses adalah untuk mengevaluasi cara bagaimana asuhan keperawatan diberikan
b.Indikator
hasil adalah untuk mengevaluasi hasil akhir dari asuhan keperawatan yang
diberikan
Adapun
langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1.Mengumpulkan
data perkembangan anak
2.Menafsirkan
perkembangan anak
3.Membandingkan
dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4.Mengukur
dengan membandingkan perkembangan anak dengan standar normal yang berlaku
Seorang
perawat juga harus mampu menafsirkan hasil evaluasi dari masalah keperawatan
klien untuk didokumentasikan yaitu:
1.Tujuan
tercapai, yaitu bila anak menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan
kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.Tujuan
tercapai sebagian, yaitu bila anak menunjukkan perubahan dan perkembangan
kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
3.Tujuan
tidak tercapai, yaitu bila anak menunjukkan tidak ada perubahan perilaku dan
perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru.
Daftar
Pustaka
Google, 2008. bibir sumbing pada anak
diambil tanggal 7 Juli 2008 pukul 18.00 WIB dari http : // www.JambiIndependent.com, http : //
www.infosehat.com, www.mediacastore.com.
Hidayat, Azis Alimul. ( 2005 ). Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak. Edisi. 1. Jakarta : Salemba Medika.
Markum,H.A. ( 1991 ), Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta : FKUI
Muscari, Mary E. ( 2005 ), Keperawatan
Pediatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC
Nelson, Waldo E, MD. ( 1999 ). Ilmu
Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). Edisi. 15. Jakarta : EGC
Purwanto, Fitri. ( 2001 ), Rencana
Asuhan Keperawatan Bedah Anak, Jakarta : Amrata Jakarta
Supartini, Yupi. ( 2004 ), Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC
Tucker, Susan Martin. ( 1998 ), Standar
Keperawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis, dan evaluasi). Patient care
standards, Nursing Process, Diagnosis and outcome), Vol. 4. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L. ( 2004 ), Wong and
Whale’y Clinical Manual of Pediatric Nursing (Monica Ester, penerjemah). Mosby.
(sumber asli diterbitkan 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar