TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker adalah massa abnormal dari sel-sel yang
mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya
adalah sel-sel normal, selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh
derajat otonomi tertentu. ( Sylvia A Price, 1994 ).
Kanker adalah buah dari perubahan sel yang
mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol. ( www.google.com )
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab
kematian karena kanker pada wanita dengan perkiraan 46.000 meninggal. (
Danielle, Gale 2000)
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering
dijumpai pada wanita di Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian utama
pada wanita berusia antara 45 sampai 64 tahun. ( Patofisiologi, 2001)
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering
pada perempuan di samping kanker kulit, walaupun kanker ini sangat jarang pada
laki-laki ( Sylvia A. Price,dkk 2006)
Dari kelima pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kanker payudara adalah kanker yang sering dijumpai pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki dan merupakan penyebab utama kematian pada wanita
berusia antara 45 sampai 64 tahun.
B. Patofisiologi
Menurut Sylvia A. Price (2006) penyebab kanker
payudara belum dapat ditentukan namun terdapat beberapa faktor risiko yang
telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara adalah tempat tinggal di
negara berkembang bagian barat, keadaan sosioekonomi yang rendah, ras, riwayat
penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke, terlambatnya kelahiran
anak pertama, menopouse yang terlambat, keadaan nulipara, terapi hormon
eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan (obesitas dan asupan
alkohol yang tinggi).
Berdasarkan proses jangka panjang terjadinya
kanker ada empat fase menurut www.peluang.com
bisnis dan wirausaha indonesia pukul 22.21 yaitu :
1. Fase induksi : 15-30 tahun
Belum dipastikan penyebab terjadinya kanker,
tetapi faktor lingkungan memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa
merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain,
kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ : 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi
suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas berkembang biak dan menginfiltrasi
melalui membran sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ketiga dan keempat
berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi : 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar, maka kemungkinan penyebaran
ke tempat-tempat lain bertambah.
Pentahapan patologi didasarkan pada histologi
memberikan prognosis yang lebih akurat. Tahap-tahap yang penting menurut
Brunner & Suddarth yaitu :
Tahap I terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm,
tidak mengenai nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
Tahap II terdiri atas tumor yang lebih besar dari
2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau
positif, dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
Tahap III terdiri atas tumor yang lebih besar dari
5 cm atau tumor dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan
nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, dan tanpa bukti adanya
metastasis.
Tahap IV terdiri atas tumor dalam sembarang
ukuran, dengan nodus limfe normal atau kankerosa, dan adanya metastasis jauh.
Tipe kanker payudara menurut Brunner &
Suddarth antara lain :
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe
histologis yang paling umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara.
Kanker ini bila dipalpasi terasa keras. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis
ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan kanker lainnya.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi jarang
terjadi, merupakan 5%-10% kanker payudara. Tumor ini terjadi pada area
penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibanding tipe duktal
menginfiltrasi. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi
mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa meskipun tempat metastasisnya
berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar atau otak,
sedangkan karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal.
3. Karsinoma medular tumbuh dalam kapsul di dalam
duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat.
4. Kanker musinus, penghasil lendir dan tumbuh
dengan lambat.
5. Kanker duktal-tubular jarang terjadi, karena
metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim.
6. Karsinoma inflamatori adalah tipe kanker
payudara yang jarang. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara
secara abnormal keras dan membesar. Kulit di atas tumor ini merah dan agak
hitam. Sering terjadi Edema dan retraksi puting susu.
Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan
atau penebalan pada payudara. Gejala lain dari kanker payudara meliputi kulit
cekung ( lesung ), retraksi atau deviasi puting susu, dan nyeri tekan, atau
rabas khususnya berdarah dari puting. Kulit Peau d’orange, kulit tebal dengan
pori-pori menonjol sama dengan kulit jeruk, dan ulserasi pada payudara. Jika
ada nodul, mungkin menjadi keras, pembesaran nodus limfe aksilaris membesar atau
nodus supra klavikula teraba pada daerah leher. Tanda dan gejala dari metastasis
yang luas meliputi nyeri pada bahu, pinggang, punggung bagian bawah atau
pelvis, batuk menetap, anoreksia atau berat badan menurun, gangguan pencernaan,
pusing, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
Komplikasi utama dari kanker payudara menurut
Danielle Gale dan Jane Charette adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang
sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati.
Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik
dan hiperkalsemia. Metastase
ke paru-paru akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke
otak mengalami gangguan persepsi sensorik.
Untuk deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan
beberapa cara antara lain pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sejak usia 20
tahun, dilakukan selama sebulan sekali sesudah haid, pemeriksaan berkala oleh
dokter setiap 2-3 tahun pada usia 20-40 tahun. Mamografi 1-2 kali pada usia 35
hingga 49 tahun.
Adapun langkah-langkah SADARI untuk memudahkan
mengetahui ada tidaknya kanker di payudara terlampir.
C. Penatalaksanaan
1. Medis
Pembedahan, dikelompokkan dalam 3
kategori, yaitu:
a. Mastektomi total (sederhana), yaitu mengangkat
semua jaringan payudara, tetapi semua atau kebanyakan nodus limfe dan otot dada
tetap utuh.
b. Mastektomi radikal modifkasi mengangkat seluruh
payudara, beberapa atau semua nodus limfe dan kadang-kadang otot pektoralis
minor prosedur membatasi (contoh lumpektomi) mungkin dilakukan pada pasien
rawat jalan yang hanya berupa tumor dan beberapa jaringan sekitarnya diangkat.
c.Mastektomi/lumpektomi dengan diseksi
kelenjar getah bening aksila radiasi/kemoterapi.
d. Terapi radiasi dapat digunakan untuk mengatasi
kanker payudara terinflamasi sebelum diberikan kemoterapi. Dapat juga digunakan
untuk mengatasi penyakit yang kambuh secara lokal, untuk menangani fungsi
ovarium, dan untuk mengatasi gejala dari metastase penyakit.
e. Kemoterapi,
kemoterapi ajufan untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat multiple yang
lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering
dianjurkan disebut CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat,
fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa
tamoksifen.
2. Keperawatan
Rencana keperawatan menurut Marilynn E. Doengoes
yaitu membantu pasien/orang terdekat menerima stress situasi/prognosis,
mencegah komplikasi, membuat program rehabilitasi individual, memberikan
informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
D. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara
menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak
gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2. Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang
terkena (sistem limfe).
3. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan
berat badan.
4. Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di
rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik
(nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman
ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat,
nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6. Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada
kulit sekitar.
7. Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada
ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau
suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting
meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause
lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara,
asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit,
pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari
puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair
meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila
disertai benjolan)
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu,
saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker
endometrial atau ovarium.
Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan
rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas
perawatan diri, pemeliharaan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
a). Mamografi: memperlihatkan struktur internal
payudara, dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.
b). Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat
kontras ke dalam aliran duktus.
c). Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan
antara massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras,
hasil komplemen dari mamografi.
d). Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
e). Termografi: mengidentifikasi pertumbuhan cepat
tumor sebagai ”titik panas” karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian
suhu kulit yang lebih tinggi.
f). Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi
tumor atau massa dengan membedakan bahwa jaringan mentransmisikan dan
menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat
daripada mamografi.
g). Scan CT dan MRI: teknik scan yang dapat
mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang lebih besar atau tumor
kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan
rutin dan tidak untuk mamografi.
h).Biopsi payudara (jarum atau eksisi): memberikan
diagnosa definitif terhadap massa dan berguna untuk klasifikasi histologi
pentahapan dan seleksi terapi yang tepat.
i). Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel
tumor atau spesimen biopsi mengandung reseptor hormon (estrogen dan progresteron).
Pada sel malignan, reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel. Kurang lebih duapertiga semua wanita dengan kanker payudara
reseptor estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon
menyertai terapi primer untuk memperluas periode bebas penyakit dan kehidupan.
j). Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel
darah dan scan tulang: dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
E. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan analisa data menurut Doengoes (2000) dan
Brunner & Suddarth (1999), ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Pra operasi :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker,
pengobatannya dan prognosis.
Pasca operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan,
trauma jaringan, interupsi saraf,
diseksi otot.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan pengangkatan jaringan, perubahan
sirkulasi, adanya edema, perubahan pada elastisitas kulit, sensasi, destruksi
jaringan ( radiasi ).
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
mastektomi dan efek samping radiasi dan kemoterapi.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neorumuskular, nyeri, pembentukan edema.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan
imobilitas parsial lengan atas pada tempat yang dioperasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi mengenai penyakitnya.
F. Intervensi
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan,
dilanjutkan dengan perencanaan untuk setiap diagnosa keperawatan menurut
Doengoes (2000) dan Brunner dan Suddarth (1999) sebagai berikut :
Pra operasi :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker,
pengobatannya dan prognosis.
Kriteria
evaluasi : menunjukan
rentang perasaan yang tepat
Intervensi :
a. Yakinkan informasi pasien tentang
diagnosis, harapan intervensi pembedahan, dan terapi yang akan datang.
b.
Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik.
c. Berikan perhatian,
keterbukaan dan penerimaan juga privasi
orang terdekat.
d. Berikan informasi tentang sumber komunitas bila ada.
Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan,
trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Kriteria
evaluasi: Tampak rileks, mampu tidur atau
istirahat dengan tepat, mengekspresikan penurunan nyeri.
Intervensi
:
a. Kaji keluhan nyeri,
perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
b. Diskusikan sensasi masih adanya payudara
normal.
c. Bantu pasien menemukan posisi nyaman. d. berikan tindakan kenyamanan
dasar tehnik relaksasi.
e. Sokong dada saat latihan nafas dalam.
f. Berikan
obat nyeri yang tepat pada jadwal teratur
sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan.
g. Berikan analgetik
sesuai dengan indikasi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pengangkatan jaringan, perubahan sirkulasi, adanya edema, perubahan pada
elastisitas kulit, sensasi, destruksi jaringan (radiasi).
Kriteria
evaluasi : Meningkatkan
waktu penyembuhan luka, menunjukan prilaku/tehnik untuk meningkatkan
penyembuhan/mencegah komplikasi.
Intervensi:
a. Kaji balutan luka, awasi jumlah edema,
kemerahan, dan nyeri pada insisi dan lengan. Awasi suhu.
b. Tempatkan pada
posisi semi fowler pada punggung atau sisi yang tidak sakit dengan lengan
tinggi dan disokong dengan bantal.
c. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksikan
obat atau memasukan IV pada lengan yang sakit.
d. Dorong untuk menggunakan pakaian yang
tidak sempit , beritahu pasien untuk tidak menggunakan jam tangan atau
perhiasaan lain pada tangan yang sakit.
e. Berikan antibotik sesuai indikasi.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan kemoterapi.
Kriteria
evaluasi : menunjukan
gerakan ke arah penerimaan diri dalam situasi, pengenalan dan ketidaktepatan
perubahan dalam konsep diri tanpa menegatifkan harga diri, menyusun tujuan yang
realistik dan secara aktif berpartisipasi dalam program terapi.
Intervensi:
a. Identifikasi masalah peran sebagai
wanita, istri, ibu, wanita karier dan sebagainya.
b. Dorong pasien untuk
mengekspresikan perasaan misal marah, bermusuhan dan berduka.
c. Diskusikan
tanda dan gejala depresi dengan orang terdekat.
d. Yakinkan perasaan pasangan
sehubungan dengan aspek seksual, dan memberikan informasi dan dukungan.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuskular, nyeri, pembentukan edema.
Kriteria
evaluasi : Menunjukan
keinginan untuk berpartisipasi dalam terapi, menunjukan tehnik yang memampukan
melakukan aktivitas, peningkatan kekuatan bagian tubuh yang sakit.
Intervensi:
a.
Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi.
b. Dorong pasien untuk
menggunakan lengan untuk kebersihan
diri, makan, menyisir rambut, mencuci muka.
c. Bantu dalam aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan.
d. Tingkatkan latihan sesuai indikasi, contoh ekstensi aktif
lengan dan rotasi bahu saat berbaring di tempat tidur, mengangkat lengan untuk
menyentuh ujung jari di belakang kepala.
5. Kurang perwatan diri berhubungan dengan
imobilitas parsial lengan atas pada tempat yang dioperasi.
Kriteria
evaluasi : Menghindari kerusakan
mobilitas dan pencapaian perawatan diri hingga tingkat yang paling tinggi.
Intervensi :
a. Dorong pasien untuk berparstisipasi
secara aktif dalam perawatan pasca operasi.
b. Dorong agar pasien
bersosialisasi, terutama dengan orang- orang yang telah secara berhasil
mengatasi keadaan serupa.
c. Buat modifikasi progresif dalam program latihan
pasien sesuai tingkat kenyamanan dan toleransi.
d. Beri pujian pada pasien
ketika tampak kreatif atau rapih.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai penyakitnya.
Kriteria
evaluasi : Menyatakan
pemahaman proses penyakit dan pengobatan melakukan prosedur yang perlu dengan
benar dan menjelaskan alasan tindakan, melakukan perubahan pola hidup dan
berpartisipasi pada program pengobatan..
Intervensi
:
a. Kaji proses
penyakit, prosedur pembedahan, dan harapan yang akan datang.
b. Diskusikan
perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang adekuat.
c. Anjurkan pasien untuk melindungi tangan dan lengan bila berkebun. Anjurkan
menggunakan alat waspada medik.
d. Tunjukan penggunaan kompres intermiten
sesuai kebutuhan.
e. Dorong pemeriksaan diri teratur pada payudara yang masih
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Gale, Danielle.(1999). Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Google. Kanker Payudara .
Diambil pada tanggal 23 Juli 2011 pukul 21.55 wib dari www.google.com.
2007.
Mansjoer, Arif,dkk. (2000). Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Smeltzer, Suzane C.(2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar