TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang
secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 2005)
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).
(Baughmann, 2000)
Diabetes Mellitus adalah masalah yang mengancam
hidup (kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. (Doenges, 1999)
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (Gustaviani, 2006)
Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang
ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh
kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan insulin. (Tucker, 1998)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme dan mengancam hidup yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang diakibatkan oleh kekurangan
insulin dan kerja insulin.
B.
Patofisiologi
Pankreas adalah
sebuah kelenjar yang memiliki kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau yang
disebut dengan Pulau-Pulau Langerhans. Di dalam pulau-pulau tersebut berisi sel
alfa (sel yang memproduksi glukagon yang kerja zat tersebut berlawanan
dengan insulin), sel beta (sel yang memproduksi insulin yan bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel), dan sel delta (sel yang memproduksi
somastostatin).
Diabetes Mellitus (DM)dapat diklasifikasikan
menjadi empat macam, yaitu :
1.
Diabetes Mellitus type I
2.
Diabetes Mellitus type II
3.
Diabetes Gestasional
4.
Gangguan Toleransi Glukosa
Pada DM type I
ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang diakibatkan oleh faktor
genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungan (infeksi virus). Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka
pintu masuk agar glukosa dapat masuk ke dalam sel dan dimetabolisme menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap berada di pembuluh darah.
Pada DM type II, mekanisme yang tepat yang
menyebabkan gangguan sekresi insulin, tetapi terdapat faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor usia (> 60 th), obesitas, riwayat
kelarga dan kelompok etnik tertentu. Proses terjadinya DM type II yaitu bila
jumlah insulin normal tetapi reseptor insulin yang diibaratkan sebagai lubang
kunci pada permukaan sel berkurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit
sehingga glukosa tetap berada di pembuluh darah.
Pada Diabetes Gestasional terdapat faktor-faktor
risiko yang mempengaruhinya yaitu usia tua, kelompok etnik tertentu, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat Diabetes Gestasional terdahulu.
Diabetes Gestasional ini terjadi selama kehamilan karena peningkatan sekresi berbagai
hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa.
Pada pasien dengan Gangguan Toleransi Glukosa
menunjukkan kelainan pada tes toleransi glukosa dan biasanya asimtomatis.
Pasien yang mengalami hal tersebut tidak digolongkan sebagai penderita
diabetes, tetapi dianggap berisiko lebih tinggi menderita diabetes dibandingkan
masyarakat umum.
Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak
dapat mempertahankan kadar glukosa yang normal atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat akan menimbulkan hiperglikemia (peningkatan glukosa dalam
darah). Jika hiperglikemianya berat dan ginjal tidak mampu menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, maka akan timbul glikosuria. Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, maka ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang dinamakan
Diuresis Osmotik. Dari hal tersebut akan meningkatkan pengeluaran urine
(poliuria), dan sebagai kompensasi tubuh akan timbul rasa haus (polidipsia).
Karena glukosa hilang bersama urine, maka sel dalam tubuh kekurangan zat
nutrisi sehingga berat badan berkurang dan menimbulkan rasa lapar (polifagia).
Akibat kehilangan zat nutrisi yang akan diubah menjadi energi akan
mengakibatkan rasa lelah, lemah dan mengantuk. Dari kekurangan zat nutrisi
dalam sel dan hiperglikemia juga dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka
berjalan lambat sehingga dapat terjadi gangren dan penglihatan kabur.
Selain itu, di dalam tubuh terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi sampingannya yaitu badan keton. Badan
keton ini merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa dalam tubuh
jika jumlahnya berlebihan. Hal inilah dinamakan Ketoasidosis Diabetik yang
menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual mntah, nafas berbau
aseton, pernapasan kussmaul, perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Komplikasi DM
dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Komplikasi akut :
a. Hipoglikemia (pemberian insulin yang
tidak sesuai kebutuhan)
b.
Ketoasidosi diabetik (asidosis yang disebabkan oleh produksi keton meningkat)
2.
Komplikasi kronis :
- Mikrovaskuler : Neuropati diabetik (kesemutan, rasa lemah dan baal); Retinopati diabetik (penglihatan kabur); Nefropati (hilangnya fungsi nefron).
Pada
Nefropati terbagi menjadi lima stadium, yaitu :
1) Stadium I (perubahan fungsional dini),
2) Stadium II (perubahan struktur dini),
3)
Stadium III (nefropati insipien),
4) Stadium IV (nefropati klinis atau menetap),
dan
5)
Stadium V (gagal ginjal progresif).
Pada stadium ini dilakukan
tindakan-tindakan untuk mengatasinya diantaranya yaitu Dialisa. Dialisa
merupakan suata proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut.
Salah satu jenis dialisa adalah Hemodialisa (HD). Indikasi pasien yang
menjalani HD adalah pasien dengan manifestasi neurologik, uremia (ensefalopati,
neuropati perifer), qreatinin serum yang berlebihan (4-6 mg/dl), cairan yang
berlebihan yang tidak merespon terapi diuretik, menderita gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronik. Kontraindikasi HD adalah pasien dengan kelainan psikologi
berat, gangguan kardiovaskuler dan penyakit tumor ganas. Hal yang perlu
diperhatikan setelah HD adalah timbulnya hipotensi, hepatitis, infeksi,
kehilangan darah, gangguan elektrolit dan asam basa serta mual muntah.
- Makrovaskular
: Arterosklerosis, vaskular perifer yang dapat menyebabkan gangren dan
pada akhirnya harus di amputasi, dan vaskular serebral (stroke).
Bagan mengenai patofisiologi terdapat pada lampiran 1
C.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
Medis
a.
Farmakologik
1) Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonilurea,
glitazone
2) Obat golongan glukosidase (alfa
glukosidase inhibitor)
3)
Obat golongan insulin sensitizing (thiazolindione, biguanid)
4)
Insulin, jenisnya:
a)Short acting ½-1 jam, puncak 2-3 jam, duarsi kerja
4-6 jam, biasanya diberi 20-30 menit sebelum makan.
b)Intermediate acting 3-4 jam, puncak 4-12 jam, durasi
kerja 16-20 jam, diberi sesudah makan.
c)Long acting 6-8 jam, puncak 12-16 jam, durasi
kerjanya 20-30 jam, untuk mengendalikan kadar gula darah puasa.
b.
Penatalaksanaan Diit
Sangat efektif terutama pada klien
yang gemuk dimana toleransi glukosa menjadi normal
dengan menurunnya berat badan.
Tujuan diit DM:
a) Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal.
b) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati
kadar yang optimal.
c) Mencegah komplikasi akut dan kronis.
d)
Meningkatkan kualitas hidup.
Cara menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan seorang klien :
a) Hitung berat badan idaman ( TB cm – 100 )
– 10%. Untuk laki – laki < 160 cm, wanita < 150 cm perhitungan BB tidak
dikurangi 10 %.
b) Hitung kebutuhan basal dengan cara :
Laki – laki : BB idaman x 30
kalori
Wanita : BB idaman x 25 kalori
Penyesuaian :
Umur diatas 40 tahun : - 5 %
Aktivitas ringan
(duduk,nonton,dll) : + 10%
Aktivitas sedang (ibu rumah
tangga) :
+ 20%
Aktivitas berat (olahragawan) :
+ 30%
Berat badan gemuk : - 20%
Berat badan lebih : - 10%
Berat badan kurus : + 20%
Stress metabolik
(infeksi,operasi,dll) : + 10 – 30%
Kehamilan trimester I dan II : + 300 kalori
Kehamilan trimester III dan
menyusui : + 500 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam
tiga porsi besar untuk makan pagi (20%), makan siang (30%), makan malam (25%)
serta 2 – 3 porsi ringan (10 – 15%) diantara makan besar.
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani pada pasien DM
memiliki beberapa tujuan yaitu menimbulkan perubahan metabolik; menurunkan
kadar glukosa dalam darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin; menurunkan BB; mengurangi stress; dan
mempertahankan kesegaran tubuh. Macam-macam latihan jasmani meliputi aerobik,
jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Prinsip latihan jasmani yaitu frekuensi
(secara teratur 3-5 x seminggu), intensitas (ringan-sedang), dan durasi (30-60 menit).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a.
Pemantauan glukosa darah sendiri
b.
Perawatan kaki pada klien dengan DM (Mencuci kaki
setiap hari dan mengeringkannya; Menggunting kuku secara merata dan melintang
serta jangan terlalu dalam; Mengoleskan lotion dan menggunakan alas kaki baik
di dalam maupun di luar rumah
c.
Perawatan kulit
D.
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada pasien dengan
DM menurut Doenges (2000) dan Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
- Aktivitas/ Istirahat
Lemah, letih,
sulit bergerak/ berjalan, gangguan tidur/istirahat, takikardia dan takipnea
pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, penurunan kekuatan otot.
- Sirkulasi
Riwayat
hipertensi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama, takikardia, hipertensi, disritmia.
- Integritas Ego
Stres, ansietas,
peka rangsang.
- Eliminasi
Perubahan pola kemih, noktruia, rasa
nyeri / terbakar, kesulitan berkemih, isk baru/ berulang, nyeri tekan abdomen.
- Makanan/ Cairan
Hilang nafsu
makan, mual/ muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan lebih dari
periode beberapa hari/ minggu, haus, kulit kering/bersisik, kekakuan distensi
abdomen.
- Neurosensori
Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan,
kebas kelemahan pada otot, gangguan penglihatan.
- Nyeri/ Kenyamanan
Abdomen yang tegang/ nyeri (sedang/
berat), wajah meringis.
- Pernapasan
Merasa kekurangan oksigen batuk dengan/
tanpa sputum purulen.
- Keamanan
Kulit kering, gatal, demam, diaforesis,
menurunnya kekuatan umum.
- Seksualitas
Rabas vagina, masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita.
- Penyuluhan/ pembelajaran
Faktor risiko
keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang terlibat.
Pemeriksaan Diagnostik
- TTG ( Tes
Toleransi Glukosa), memanjang lebih dari 200 mg/dl.
- GDS (Gula
Darah Sewaktu), lebih dari 70-110 mg/dl.
- Gula darah
puasa, lebih dari 120 mg/dl per 2 jam.
- Gula darah
post prodinal, meningkat lebih dari 125 mg/dl per 24 jam.
- Asam lemak
bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat.
- GDA (Gas
Darah Arteri), penurunan HCO3 dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
- Asam
plasma, positif secara mencolok.
- Osmolaritas
serum, meningkat lebih dari 330 mOsm/L.
- Insulin darah, menurun sampai tidak ada (tipe I)
- Amilase darah, mungkin meningkat.
- Trombosit
darah, hematokrit, mungkin meningkat (dehidrasi), lekositosis,
hemokonsentrasi.
- Elektrolit,
natrium, meningkat selanjutnya menurun, fosfor lebih sering menurun.
- Ureum, creatnine, mungkin meningkat / normal.
- Urine, gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas.
- Kultur dan
sensitifitas, adanya infeksi ISK, infeksi pernafasan, infeksi pada luka.
E.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000). Carpenito (1999) dan
Tucker (1998), ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
- Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan tidak adanya atau kurangnya insulin
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin.
- Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan DM Type II
- Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
- Risiko
tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa / insulin.
- Kelelahan
berhubungan dengan insufisiensi insulin.
- Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak diobati.
- Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
- Risiko
tinggi terhadap cedera berhubungan dengan episode hipoglikemia
- Inefektif
penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan insufisiensi
pengetahuan tentang diabetes.
- Potensial
komplikasi : diabetik ketoasidosis, hipoglikemi, infeksi, penyakit
vaskuler, neuropati, retinopati dan nefropati.
F.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan, kriteria evaluasi dan perencanaan sebagai berikut :
- Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Kebutuhan
cairan terpenuhi selama perawatan.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit baik, intake dan output balance.
Perencanaan :
a) Dapatkan
riwayat pasien/ orang terdekat sehubungan dengan lamanya/ intensitas dari
gejala seperti muntah, pengeluaran urinenya sangat berlebihan.
b) Pantau tanda-tanda vital.
c) Pola napas seperti adanya pernapasan
kussmaul/ pernapasan yang berbau keton.
d) Frekuensi dan kualitas pernapasan.
e) Suhu, warna kulit, atau kelembutannya.
f) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor
kulit, dan membran mukosa.
g) Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi.
h) Pantau pemeriksaan laboratorium.
- Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin.
Tujuan : Nutrisi
terpenuhi selama perawatan.
Kriteria hasil :
Berat badan stabil, mencerna jumlah kalori tepat,
menunjukkan tingkat energi.
Perencanaan :
a) Tentukan program diet dan pola makan pasien.
b) Auskultasi bising usus.
c) Identifikasi makanan yang disukai /
dikehendaki.
d) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan
menggunakan finger stick.
e) Pantai
pemeriksaan laboratorium.
f) Berikan pengobatan
insulin secara teratur.
- Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan DM Type II
Tujuan : Memperbaiki metabolisme abnormal
Kriteria
hasil :
Memantau glukosa darah, memperbaiki
masukan diit dan tingkat latihan, memilih makanan.
Intervensi :
a)Kaji nutrisi dasar : TB, BB.
b)Ajarkan
hubungan obesitas dengan diabetes.
c)Timbang
BB setiap dua hari.
d) Kaji
masukan makanan harian.
e) Berikan
konsultasi ahli gizi untuk kebutuhan kalori
- Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi.
Tujuan : Infeksi
tidak terjadi selama perawatan
Kriteria hasil :
Mengidentifikasi
intevensi untuk mencegah resiko infeksi, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup
untuk mencegah terjadinya infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a)Observasi tanda-tanda infeksi dan
perdagangan.
b)Tingkatkan
upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien.
c)Pertahankan teknik aseptik pada prosedur
invasif.
d)Ajarkan
pasien wanita untuk membersihkan daerah perinealnya dari depan kearah belakang
setelah eliminasi.
e)Berikan perawatan kulit dengan teratur
dan sungguh-sungguh.
f)Berikan obat antibiotik yang sesuai.
- Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/ insulin.
Tujuan : Sensori
perseptual mengalami perbaikan selama perawatan.
Kriteria hasil :
Mempertahankan
tingkat mental biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
a)Pantau
tanda-tanda vital.
b)Lindungi
pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien terganggu.
c)Pelihara
aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuannya.
d)Berikan
tempat tidur yang lembut.
e)Berikan
pengobatan sesuai dengan obat yang ditentukan.
f)Pantau nilai laboratorium.
6. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabololik.
Tujuan : Kelelahan
berkurang selama perawatan.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan
peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
a)Diskusi
dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
b)Berikan
aktivitas alternatif agar periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.
c)Pantau
nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan
darah sebelum / sesudah melakukan aktivitas.
d)Diskusikan
cara menghemat kalori selama dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi.
e)Tingkatkan
partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang
dapat ditoleransi.
- Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progresif
yang tidak dapat diobati.
Tujuan : Perasaan
ketidaberdayaan berkurang selama perawatan.
Kriteria hasil :
Mengakui perasaan
putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan, membantu
dalam merencanakan perawatannya sendiri.
Intervensi :
a)Anjurkan
pasien/ keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah
sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
b)Berikan
kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatainnya dan diskusikan cara
mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap pasien.
c)Tentukan
tujuan / harapan dari pasien/ keluarga.
d)Tentukan
apakah ada perubahan yang berhubungan dengan orang terdekat.
e)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan
serta dalam perawatan diri sendiri.
- Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit, prognotis, dan kebutuhan
pengobatan.
Tujuan : Klien
mengetahui penyakit, prognosis dan pengobatannya.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala dengan
proses penyakit dan faktor-faktor penyebab.
Intervensi
:
a)Ciptakan
lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian.
b)Pilih
berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang memerlukan
keterampilan.
c)Demonstrasikan
cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick dan beri kesempatan
pasien untuk mendemonstrasikan kembali.
d)Tinjau
kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan kembali.
e)Tekankan
pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis
obat, diet, aktivitas.
- Risiko
tinggi terhadap cedera berhubungan dengan episode hipoglikemia
Tujuan : Klien tidak
mengalami cedera
Kriteria hasil :
Klien dapat menyebutkan hubungan cedera dengan hipoglikemia
Perencanaan :
a)Anjurkan klien untuk sering memantau kadar glukosa darah
b)Ajarkan orang terdekat klien untuk menyiapkan dan memberikan
glukagon
- Inefektif
penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan insufisiensi
pengetahuan tentang diabetes.
Tujuan : Klien mengikuti
pendidikan pasien diabetes rawat jalan
Kriteria hasil :
Klien dapat menyebutkan nama, dosis, cara kerja dan waktu untuk
minum secara teratur
Perencanaan :
a)Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang etiologi diabetes
dan triad pengobatan
b)Anjurkan klien untuk sering memantau kadar gula darah
c)Jelaskan pentingnya mematuhi diit dan program latihan yang
dianjurkan
d)Ajarkan klien untuk memakai insulin (dosis, waktu, tempat
penyuntikan)
e)Ajarkan pentingnya pencapaian dan pemeliharaan BB normal
- Potensial
komplikasi : diabetik ketoasidosis, hipoglikemi, infeksi, penyakit
vaskuler, neuropati, retinopati dan nefropati.
Tujuan : Perawat akan mengatasi dan meminimalkan
episode abnormal gula darah dan
komplikasi vaskuler
Kriteria
hasil :
Klien
akan menggambarkan komplikasi diabetes dan tindakan perawatan diri yang dapat mencegah atau penurunan
progresi
Perencanaan :
a)Pantau
tanda-tanda diabetik ketoasidosis seperti pernapasan kussmaul’s, nafas bau
aseton, anoreksia
b)Pantau tanda-tanda hipoglikemia
seperti pucat, kulit dingin, diaforesis,
glukosa darah < 70 mg/dl
c) Pantau tanda-tanda infeksi seperti
kulit merah, panas, bengkak, sakit
d) Pantau tanda-tanda retinopati
seperti penglihatan kabur, kebutaan tiba-tiba
e) Pantau tanda-tanda neuropati perifer seperti
nyeri, penurunan sensasi, terdapat ulkus kaki
f) Pantau tanda-tanda nefropati
seperti hipotensi, proteinuria,BUN
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.
(1999). Nursing Care Plans and Dokumentation : Nursing Diagnosis and
Collaboration Problems. (Monica Ester, Penerjemah). Eight Edition.
Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher. (sumber asli diterbitkan 1995)
Doonges,
Marilynn E. (1999). Nursing Care
Plans ( I Made K, penerjemah ) Third Edition. Jakarta : EGC. (sumber
asli diterbitkan 1993)
Lyer, Patricia W.
(2004). Nursing Documentation : A Nursing Approach (Sari K, Penerjemah)
Third Edition. Flemington : Mosby inc. (sumber asli diterbitkan 1999)
Potter, Patricia A.
(2005). Fundamentals of Nursing : Concept, Processand Practise (Yasmin
Asih, Penerjemah) Volume I Fourth Edition. Saint Louis : Mosby Year Book
inc. (sumber asli diterbitkan 1997)
Price, Sylvia A
(2005). Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processeses ( dr.
Brahm U, Penerjemah) Sixth Edition. Memphis : Mosby inc. (sumber asli
diterbitkan 2002)
Smeltzer, Suzanne C.
(2001). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursig.
(dr. H. Y. Kuncara, Penerjemah) Volume II Eight Edition. Philadelphia :
Lippincott-Raven Publisher. (sumber asli diterbitkan 1996)
Sudoyo, Aru W.
(2006). Buku Ajar IPD Jilid III Edisi IV. Dalam A Slamet S, B Reno G, C Suharko
S (Eds). Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen IPD FK UI
Tambayong, Jan.
(2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Tim Depkes RI. (1994).
Pedoman Penerapan Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Cetakan ke 4. Jakarta
: PPNI.
Tucker, Susan M.
(1998). Patient Care Standards : Nursing Process, Diagnosis and Outcome (Yasmin
A, Penerjemah) Volume II Fifth Edition. California : Mosby Year Book,
inc. (sumber asli diterbitkan 1992)
saya yeni anugrahaeni , terimakasih mas bayu askep dm nya sangat bermanfaat :) <3 hihi
BalasHapushallo yeni anugrahaeni, semoga bermanfaat. Datang lagi ya :)
BalasHapusselamat siang. nama saya tirta
BalasHapusmau bertanya dong mas kenapa pada pasien DM itu bisa terjadi polidipsi, poliuri, dan poliplagi ya?
selamat sore mas tirta.
BalasHapuspertanyaannya bagus sekali, saya coba jawab pertanyaannya mudah mudahan srek dengan jawaban saya ahahha.
jadi pasien DM itu tidak bisa mempertahankan kadar glukosa dalam tubuh yang normal, sehingga menyebabkan hiperglikemia, nah kalau hiperglikemianya ini berat dan ginjal tidak bisa menyerap glukosa yang tersaring keluar, maka akan menyebabkan glikosuria,ketika glukosa yang berlebihan ini di ekresikan ke urine, maka disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang menyebabkan DIURESIS OSMOTIK. nah DIURESIS OSMOTIK ini lah yang menyebab kan 3P pada penderita DM mas tirta, jadi karena terjadi diuresis osmotik, meningkatkan pengeluaran urine (POLIURIA), karena pengeluaran urine yang berlebihan tubuh kita berkonpensasi sehingga menyebabkan rasa haus (POLIDIPSIA), POLIFAGIA terjadi karena karena glukosa banyak yang terbuang melalui urine menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi sehingga menimbulkan rasa lapar (POLIFAGIA).
nah saya kira seperti itu mas tirta proses terjadinya. maaf kalau tidak srek dengan jawaban dari saya ya ahahaha (sebenarnya jawabannya ada di entri ini jika mas tirta membacanya di bagian patofisiologi). VISIT terus ya blog saya ahahha. wasalam
maf . boleh minta bagannya ?
BalasHapusselamat sore rachmi. path way nya ya maksutnya? mohon maaf saya belum bisa memfasilitasi dikarenakan saya online by phone. harap ditunggu ya saya akan posting secepatnya.
Hapus