Tinjauan
Teori
A.
Pengertian
Asma bronchiale
adalah keadaan klinik yang ditandai oleh
rasa penyempitan bronkhus yang reversible.
Asma Bronchoale
adalah suatu keadaan yang dikarakteristikan oleh kontraksi yang dapat pulih
dari otot halus bronchiale, hypersekresi,
inflamasi mukosa serta edema ( E.Marilynn Doengoes, 2000)
B.
PAtofisiologi
Penyebab asma
bronchiale sampai saat ini tidak
diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor resiko seperti : faktor
allergi, infeksi saluran pernafasan,
tekanan jiwa, kegiatan jasmani & polusi udara sebagai faktor
pencetus asma bronchiale.
Salah satu faktor
tersebut diantaranya yaitu alergi, yang
tidak diketahui pada asma bronchiale terdapat ketidak mampuan mendasar mencapai
angka aliran udara normal selama pernafasan (terutama pada cuspirasi). Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya volume udara yang dihasilkan sewaktu usaha membuang
nafas, banyak saluran yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan dengan
cepat, terjadilah alergi paru-paru yang tidak seimbang hilangnya ruang
penyesusaian normal antara ventilasi & aliran darah paru-paru tergantung
pada beratnya penyakit, gangguan ini mungkin tidak khusus akan tetapi karena
hanya menimbulkan perasaan iritasi pada trakhea.
Penyebab asma yang lainnya adalah debu, asap, produk
pembersih, udara dingin, selain oleh alergi asma juga dikarenakan adanya
infeksi pada saluran nafas bagian atas dan juga stres . muncul tanda dan gejala
seperti dyspnoe, whezing, hyperdentilasi, pusing, sakit kepala, nousea,
peningkatan nafas pendek, kecemasan dia phorosis & kelelahan.
Proses terjadinya (manifestasi klinik) pada klien asma
bronchiale menunjukan gambaran kronis sbb : serangan seringkali terjadi pada
malam hari ditandai dengan serangan sesak & rasa tertekan didada disertai
batuk-batuk kering, bronchus posme dan penyempitan jalan nafas menyebabkan
wheazing saat eksporasi.
Pernafasan meningkat & eksporasi memanjang,
batuk-batuk disertai sekret kental & lengket. Biasanya serangan asma bronchiale
berkurang setelah ½ jam sampai beberapa jam. Bila serangan asma bronchiale
disertai dengan infeksi respiratorius maka serangan lebih berat-berat &
menetap untuk beberapa hari.
Pada pemeriksaan fisik klien asma bronchiale sangat khas
pada waktu mendapat serangan dysponse
dan berkeringat. Inspriasi pendek sedangkan ekspirasi panjang. Suara nafas
vesikuler melemah & ekspirasi memanjang selama inpirasi ekspirasi terdengar
whezing pada seluruh paru klien tampak menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas
& mungkin membungkuk kedepan untuk bernafas dengan baik. Pada saat serangan
dapat timbul cyanosis.
Serangan biasanya menghilang dalam waktu 30 sampai 60
dan diaphorosis biasanya terjadi karena pamakaian tenaga & kelelahan
terjadi setelah serangan. Bila hal ini tidak segera diatasi akan timbul
komplikasi seperti: kelelahan dehidrasi, infeksi saluran nafas cor pulinonal,
pheumonia & alektosis.
C.
Penatalaksanaan
a.
Pemerikaaan diagnostik : tidak ada satu tes yang dapat
menegakkan diagnosa asma bronchiale. Riwayat kesehatan yang lengkap termasuk
keluarga, lingkungan dan riwayat pekerjaan dapat mengungkapkan faktor-faktor /
substansi yang mencetuskan serangan asma. test kulit positif yang menyebabkan
reaksi lepuh 2 hebat mengidentifikasi alergi spesifik. riwayat positif uewarga
sering kali berkaitan dengan asma alergi. jumlah serbuk sari yang tinggi &
jamur juga berkaitan dengan asma. perubahan iklim khususnya dingin dan polusi
udara terutama sekali bverkaitan dengan pekerjaan yang telah menunjukan terjadinya
asma termasuk garam,logam,debu,besi,kayu &obat-obatan secara episode akut ,
nitrogen dada dapat menunjukan hyperinflasi & pendataran diafragma.
pemeriksaan sputum darah dapat menunjukan eosimofina ( kenaikan kadar eosinofil
) terjadi peningkatan kadar serum hemoglobin E ( IGE ) pada asma alergi.
b.
sputum dapat jernih / berbusa (allergi) atau kental dan
putih ( Non Allergik ) & berserabut ( Non Allergik ).
c.
gas darah arteri menunjukan hypolesis selama serangan
acut awalnya terjadi hypokapnoez respira tarik alkolosis & tekanan persial
karbondioksida (PCO2) yang rendah.
Dengan memburuknya kondisi klien menjadikan letih PCO2
meningkat PCO2 yang normal dapat menunjukan gagal nafas yang mengancam karena
PCO2 lebih dapat berdifusi dibanding dengan O2 adalah sangat jarang bagi PCO2 ,
untuk normal atau meningkat pada individu yang bernafas sangat cepat.
fungsi polmorak biasanya normal antar serangan selama
serangan akut, terdapat peningkatan kapasitas total (TLC) dan volume reciducal
fungsional (FRV) sekunder terhadap terjebabnya udara.
FEU dan kapasitas Vital Kuat (FVC) sangat menurun
Therapi
ringkas/obat-obatan menurut Kapita Selekta Kedokteran:
1.
Simpatominetik
a.
Epinefrin / adrenalin (broncodicator)
b.
Efedrin
bersifat derivat nya: aktif pada pemakaian oral
c.
Obat-obat
selektif terhadap beta 2 reseptor: metaprotenol, salbutamol dan terbutalin.
2.
Bronkodikator lain
a.
Teofilin: khasiatnya sebagai bronkodicator + diuretik.
Pemberian intraveno harus pelan-pelan selama 10 – 15 menit agar tidak terjadi
hypotensi / cardiac arrest, diencerkan dengan Dex 5%
b.
Aminophilin (campuran chlensiomin + teofilin) pemakaian
dapat oral dan parental (intra vena) dosis dewasa 250 – 500 mg (5-6mg/kg BB).
Dosis anak tidak melebihi 3-5mg/kg BB. Efek samping: mual, muntah dan
hypotensif.
3.
Euspetoran
Mukus
kental yang terbentuk harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan obstruksi
jalan nafas, atelektasis dan mempercepat tumbuhnya bakteri.
4.
Antibiotika
untuk mengatasi infeksi yang sering
terjadi pada saluran pernafasan / paru-paru
5.
Kostikostroid
Pengaturan Diet : Diet tinggi kalori
tinggi protein (TKTP)
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien asma bronchiale
menurut E . Marilynn Doengoes (1999), Bunner & Seddarha (1977) &
Barbara C. Long (1996)
- Aktivitas / istirahat
Gejala
|
Keletihan /
kelelahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas, perlu
tidak dalam posisi duduk tinggi, dyspnoe pada saat istirahat
|
Tanda
|
Keletihan, Insomnia, kelemahan Umum / Kehilangan
masa otot
|
- Sirkulasi
Gejala
|
Peningkatan
pada eustrimitas bawah
|
Tanda
|
Peningkatan
TD, peningkatan frekuensi jantung, pucat menunjukkan anemi
|
- Integritas ego
Gejala
|
Peningkatan
faktor resiko, perubahan pola hidup
|
Tanda
|
Ansietas,
ketakutan, peka rangsang
|
- makanon / carron
Gejala
|
Mual, muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk
makan, karena distress pernafasan, penurunan kulit
|
- Pernafasan
Gejala
|
Nafas pendek,
rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas. Nafas biasanya cepat dan
lambat, penggunaan otot bantu nafas, gerakan dada / diafragma minial, mengi
sepanjang are paru pada ekspirasi
|
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan menurut E. Marilynn Engoes (1999( Brunner & Suddarth (1977) dan
Barbara C. Long (1996)
a.
ketidak efisienan bersihan jalan nafas pada
bronkhuspasme
b.
kerusakan pertukaran gas dan gangguan suplai Oksigen
c.
resiko terjadinya infeksi bd masuknya MO
d.
perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Bd
intake yang tidak adekuat
e.
intoleransi aktifitas Bd keletihan / kelelahan
f.
ansietas ep peningkatan frekuensi pernafasan
3.
Intervensi
Dx
I
Tujuan
|
Bersihan jalan nafas kembali efektif
|
K H
|
Jalan nafas
bersih, menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas,
misalnya: batuk efektif
|
Intervensi
1.
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas
imengi, krekels
2.
Kaji / pantau
frekuensi pernafasan, catat rasio ekspirasi / inspirasi
3.
Catat adanya dyspnoe, onsietas, distress pernafasan /
penggunaan otot bantu pernafasan
4.
Kaji klien untuk posisi nyaman / aman
5.
Pertahankan polusi lingkungan, misalnya: debu, asap,
buru bentol.
6.
Dorong / pantau latihan nafas abdomen / bibir
7.
Kolaborasi / pemberian obat sesuai indikasi dan inhalasi
Dx
II
Tujuan
|
Pertukaran gas
kembali normal
|
K H
|
Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan Oksigenasi jaringan Adekuat denagn GDA berpartisipasi
dalam program pengobatan
|
Intervensi
1.
Kaji frekuensi kedalaman nafas
2.
tinggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernafas
3.
Kaji secara rutin warna kulit dan warna membran mukosa
4.
Dorong mengeluarkan sputum
5.
Polpasi Fremitus
6.
Aulkuitasi bunyi nafas
7.
Awasi tingkat kesadaran
8.
Evaluasi tingkat tolernasi aktivitas
9.
Berikan O2 tambahan sesuai indikasi
Dx
III
Tujuan
|
Resiko Infeksi
tidak terjadi
|
K H
|
Menunjukkan
teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman; memahami
penyebab / faktor resiko individu menigidentifikasi intervensi untuk mencegah
/ menurunkan resiko infeksi.
|
Intervensi:
1.
Awasi suhu
2.
Kaji tanda-tanda infeksi seperti; merah, panas, bengkak
pada daerah pemasangan infus
3.
Kaji tetesan infus
4. Lakukan
perawatan infus setiap hari dengan
kasa steril
Dx
IV
Tujuan
|
Kebutuhan Nutrisi
Terpenuhi
|
K H
|
Menunjukkan peningkatan BB, menunjukikan
perilaku / perubahan pola hidup
|
Intervensi
1.
Catat derajat kesulitan makan
2.
Auskultasi bunyi usus
3.
Berikan perawatan Oral
4.
Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan
sesudah makan. Beri makan porsi kecil tapi sering
5.
Timbang BB sesuai indikasi
6.
Kolaborasi konsul gizi untuk memberikan makanan yang
mudah dicerna, kaji pemeriksaan laboratorium
7.
Berikan Oksigen tambahan
DAFTAR PUSTAKA
A. Marilynn Doengoes (1999)
Nursing Care Plans Guidelines for
Planning and Documentating Patient Care (alih bahasa mode katara) seisi 3
Jakarta EGC
Brunner & Suddarth
(1997) Buku Ajar Keperawatan Bedah
Medikal vol 2 Jakarta EGC
Barbara c Long (1996), Praktek
keperawatan Medikal Bedah Jakarta EGC
Carpenito lynda Jvall
(2000) Hand book of Nursing Diagnosis
edisi 8 Jakarta EGC
Kapita Selekta Kedokteran
Price (Silvia Anderson
(1995) Patofisiologi Clinical Concept Of
Disease Proceses (alih Bahasa Peter Anugrah) edisi 4 Jakarta EGC (tahun
asli 1992)
OBAT ASMA
BalasHapusOBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
thanks for share