TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Dengue hemoragic
fever ialah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue ( arbo virus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2001 )
Ditinjau dari cara berjangkitnya DHF adalah
sejenis penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh
nyamuk aedes aegypti. (“http://ms.wikipedia.org/wiki/Demam
dengue “ 2007)
Demam
berdarah merupakan infeksi akut
yang disebabkan oleh arbo virus, ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab
disertai gejala lain seperti lemah dan terdapat manifestasi perdarahan. (
Ngastiyah, 1997 ).
B. Patofisiologi
Menurut DR.
Nursalam dkk ( 2005 ), Suriadi dan Rita Yuliani (2001), Ngastiyah (1997 ), virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti, sehingga tubuh
berespon terhadap infeksi virus yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot,
nyeri sendi, mual, pembesaran kelenjar getah bening. Setelah virus dengue masuk
kedalam tubuh kemudian akan bereaksi dengan
antibodi dan terbentuk kompleks antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 dan C5, akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi
kebocoran plasma. Selain itu akibat dari infeksi virus dengue, terjadi depresi sumsum tulang yang
mengakibatkan turunnya trombosit, hemoglobin, leukosit. Terjadinya
trombositopenia merupakan faktor terjadinya perdarahan. Adapun manifestasi dari
perdarahan tersebut dapat berupa petekhie, ekimosis, epistaksis, perdarahan
gusi sampai perdarahan yang hebat berupa
muntah darah akibat perdarahan lambung, melena dan juga hematuria masif. Selain
perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam menurun
antara hari ke-3 sampai hari ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi makin lemah, ujung-ujung jari,
telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi teraba cepat, kecil dan tekanan darah
menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg
atau kurang. Jika keadaan tersebut tidak teratasi dengan baik dapat
menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, syok hipovolemik Dengue Syok
Syndrome (DSS) dan kematian.
Menurut WHO, Demam berdarah dengue dikelompokkan menjadi 4
tingkatan sebagai berikut :
1. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya
terdapat manifestsi perdarahan pada uji turniquet positif.
2. Derajat II : seperti derajat I disertai
perdarahan spontan pada kulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III : ditemukan kegagalan
sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah.
4. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak
teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
menurut Ngastiyah (1997), Suriadi dan Rita Yuliani (2001)
1. Penatalaksanaan medik
Pada dasarnya
pengobatan pasien demam berdarah dengue
bersifat simtomatis. Adapun penatalaksanaan tersebut meliputi :
a. Pemberian anti-piretik pada keadaan hiperpireksia.
b. Pemberian luminal jika terjadi
kejang-kejang .
c. Pemberian cairan intravena.
d. Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan
trombosit setiap hari.
e. Pemberian transfusi darah atau trombosit
pada perdarahan gastro intestinal yang
hebat.
2. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Tirah baring.
b. Diet makanan lunak.
c. Memberikan minum yang banyak, dianjurkan
1,5-2 liter dalam 24 jam.
d. Pemantauan tanda-tanda vital.
e. Pemantauan intake dan output cairan.
f. Pemantauan perdarahan.
D. Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan DHF menurut DR. Nursalam dkk ( 2005 ) sebagai berikut :
1. Idenitas pasien
Nama,
umur ( pada DHF paling sering menyerang anak – anak dengan usia kurang
dari 15 tahun ), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang umum terjadi pada pasien DHF
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis,kemudian panas turun
terjadi antara hari ke tiga sampai hari ke tujuh, dan kondisi klien semakin
lemah. Kadang – kadang
disertai dengan keluhan sakit kepala,
nyeri otot, gangguan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, batuk pilek, nyeri saat menelan, mual, muntah, anoreksia, diare /
konstipasi, sakit kepala, serta adanya menifestasi perdarahan pada kulit, gusi
( grade III, IV ), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah diderita.
Pada DHF bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai kekebalan yang baik,
maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi,
dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan
berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat
penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang dan
gantungan baju dikamar ).
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi,
jenis, pantangan, nafsu makan berkurang.
b. Eliminasi BAB : kadang – kadang mengalami
diare / konstipasi. Sementara DHF pada grade III – IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine BAK : apakah sering
kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d. Tidur dan istirahat : sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga
kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga
yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan fisik adalah sebagai berikut:
a. Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan
umum lemah, tanda – tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran kompos mentis,
keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan
telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : keadaan umum lemah, kesadaran
apatis, somnolen, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
d. Grade IV : kesadaran koma, tanda – tanda
vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur,
ekstremitas dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
10. Sistem integumen
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun
dan muncul keringat dingin, serta lembab.
b. Kuku sianosis / tidak.
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri,
muka tampak kemerahan karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami
pendarahan ( epitaksis ) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II,
III, IV ).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang – kadang
terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
sebelah kanan ( efusi pleura ), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada
grade III dan IV.
e. Abdomen : mengalami nyeri tekan, teraba
adanya pembesaran hati ( hepatomegali ), dan acites.
f. Ekstremitas : akral dingin serta terjadi
nyeri otot, sendi, serta tulang.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suriadi dan Rita Yuliani
(2001), pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
1. Darah Lengkap : Hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3
atau kurang).
2.
Serologi
: Uji HI ( hemoaglutination inhibition test ).
3.
Rontgen thorax : effusi pleura.
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang
muncul pada klien dengan DHF menurut Suriadi dan Rita Yuliani (2001) :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan perdarahan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak nafsu makan.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan kondisi pasien.
5. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
virus.
G. Perencanaan
Menurut Suriadi dan Rita
Yuliani(2001), Ngastiyah (1997)
DX I : Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah
dan demam.
Tujuan : mencegah terjadinya
kekurangan volume cairan.
Kriteria Hasil : pasien
menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital paling sedikit
tiap empat jam.
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya
kekurangan cairan : turgor tidak elastis,
produksi urine menurun.
c. Observasi
dan catat intake dan output..
d. Berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
e. Monitor
nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, serum albumin.
f. Pertahankan intake dan output yang adekuat.
g. Monitor dan catat berat badan.
h. Monitor pemberian cairan melalui intravena
setiap jam.
i.
Kurangi
kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/IWL).
DX II : perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : perfusi
jaringan perifer adekuat.
Kritera hasil :
pasien menunjukan tanda – tanda perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi :
a. Kaji dan catat tanda tanda vital ( kualitas dan frekuensi denyut
nadi, tekanan darah, kapillery refill ).
b. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstremitas
( suhu, kelembapan, dan warna kulit ).
c. Nilai kemungkinan terjadinya kematian
jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
DX III : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, tidak nafsu makan.
Tujuan : kebutuhan
nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : pasien
menunjukkan tanda-tanda nutrisi yang adekuat.
Intervensi :
a. Monitor adanya perubahan berat badan,
mual, muntah.
b. Berikan makanan yang mudah dicerna seperti
bubur dan hidangkan dalam keadaan hangat.
c. Berikan porsi makan sedikit tapi sering
hingga terpenuhi jumlah asupan makanan dalam tubuh.
d. Berikan obat antiemesis sesuai dengan
program/ ketentuan bila perlu.
e. Berikan alternatif nutrisi yang dapat
meningkatkan kadar trombosit.
DX IV : perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi pasien
Tujuan : support
koping keluarga adaptif.
Kriteria hasi : keluarga
menunjukkan koping yang adaptif.
Intervensi :
a. Kaji perasaan dan persepsi orang tua terhadap
situasi yang penuh stress..
b. Ijinkan keluarga untuk memberikan respon
secara panjang-lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.
c. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan
seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan.
d. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat
dilakukan untuk membuat anak atau keluarga agar menjadi lebih baik, dan jika
memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh keluarga.
e. Penuhi kebutuhan dasar pasien : jika pasien
sangat tergantung dalam melakukan aktifitas sehari-hari, ijinkan hal ini
terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama, kemandirian anak dalam memenuhi
kebiruhan dasarnya.
DX V : hipertermia berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan :
mempertahankan suhu tubuh normal.
Kriteria hasil : pasien
menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Monitor perubahan suhu tubuh, nadi,
pernapasan serta tekanan darah.
b. Gunakan pakaian yang tipis untuk membantu
penguapan.
c. Berikan antipiretik dan antibiotik sesuai
dengan ketentuan.
d. Libatkan keluarga dan ajarkan cara
melakukan kompres yang benar serta evaluasi perubahan suhu.
H. Implementasi
Implementasi ini disusun
menurut Patricia A. Potter (2005)
Implementasi merupakan
pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun / ditemukan,
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana
dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan
juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi
dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah
ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada
klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan
perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi
rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan
dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan
keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam
catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, prosedur spesifik
dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil
dalam tugas dan dapat
menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.
I. Evaluasi
Evaluasi keperawatan ini
disusun menurut Patricia A. Potter (2005)
Evaluasi merupakan proses yang
dilakuakn untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan
leperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Pada umumnya
evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi
kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai adalah kuatitas atau jumlah
kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan
evaluasi kualitatif difokoskan
pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan
dimensi hasil tindakan yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah
evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data keperawatan pasien
2. Menafsirkan (menginterpretasikan)
perkembangan pasien
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan
sesudah dilakukan tindakan
dengan menggunakan kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan
4. Mengukur dan membandingkan perkembangan
pasien dengan standar normal
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Nettina, Sandra
M. Pedoman praktik keperawatan. Alih
bahasa Setiawan,dkk. Jakarta, 2001
Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ilmu kesehatan
anak. Jakarta : Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI,1985
Wong, Donna L,
Marilyn Hockenberry Eaton, Wilson Winkelstein, Wong’s essentials of pediatric nursing,America,Mosby,2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar