TINJAUAN TEORI
I. Definisi.
- Demam kejang adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38°C ) yang disebabkan oleh suatu proses ektra kranium ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 847).
- Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures ( 1980 ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam tanpa diketahui penyebabnya, biasanya terjadi pada bayi atau anak antara umur 3 bulan s/d 5 tahun.( Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2,2000, hal. 434. )
- Menurut Wegman ( 1939) dan Millichap ( 1959 ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada umur tertentu yang diakibatkan oleh suhu tubuh yang tinggi dengan peningkatan suhu yang cepat.(Ilmu Kesehatn Anak, Jilid 2, 1985, hal. 847).
II. Etiologi ( IKA FKUI vol 2;
847 & 848 ).
- Menurut Lennox-Buchthal, 1971 : kepekaan kejang demam diturunkan oleh gen yang dominan.
- Menurut Millichap, 1968 : kelainan neurologis yang terjadi pada anak antara umur 6 bulan s/d 4 tahun.
- Menurut Wegman, 1939 dan Millichap, 1959 : suhu tubuh yang tinggi dengan peningkatan yang cepat dan bergantung pada umur tertentu.
- Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, 1980 : penyebabnya tidak diketahui.
- Kebanyakan demam disebabkan penyakit infeksi diluar susunan saraf pusat seperti tonsilitis, ISPA, otitis media akut, pneumonia, bronkhitis, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih ( KSK FKUI, jilid 2 ; 435 ).
III. Klasifikasi demam kejang.
A.
Demam kejang diklasifikasikan menjadi dua golongan ( Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 ; 434 ), yaitu:
1.
Kejang demam sederhana.
Kejang demam yang
berlangsung kurang dari 15 menit.
2.
Kejang demam Kompleks.
Kejang demam
yang berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi lebih dari satu kali dalam 24
jam, biasanya mempunyai riwayat kelainan neurologi / riwayat kejang demam /
kejang tanpa demam dalam keluarga.
- Menurut Livingston ( 1945, 1963 ) membuat kriteria (IKA FKUI,vol 2 ; 849 ), yaitu:
- Kejang demam sederhana.
- Epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
2
Kriteria kejang
demam sederhana:
1.
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.
2.
Kejang beralngsung tidak lebih dari 15 menit.
3.
Kejang bersifat umum.
4.
Kejang timbul 16 jam pertama setelah demam.
5.
Pemeriksaan saraf sebelum dan setelah kejang normal.
6.
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu
setelah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
7.
Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak
melebihi 4 kali.
IV. Patofisiologi.
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup sel otak diperlukan suatu energi yang didapat
dari hasil metabolisme. Sumber energi otak didapat dari glukose yang telah
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran sel yang dalam keadaan normal mudah ditembus oleh ion Kalium ( K +) dan
sangat sulit ditembus oleh ion Natrium ( N + ), sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi ion didalam dan luar sel yang disebut perbedaan atau keseimbangan
potensial membran sel neuron.
Keseimbangan
potensial membran sel ini dapat berubah oleh adanya:
- Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- Rangsangan yang mendadak akibat mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena infeksi atau demam dan keturunan.
Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1 °C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15
% dan kebutuhan oksigen meningkat 20 %. Jadi kenaikan suhu tubuh tertentu yang
cepat dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan potensial membran sel neuron
serta dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium yang
mengakibatkan lepasnya muatan – muatan listrik yang besar dan meluas ke seluruh membran sel lainnya dengan bantuan suatu zat
yang bernama neurotransmiter sehingga mengakibatkan timbulnya kejang.
Terjadinya kejang pada setiap anak berbeda tergantung tinggi rendahnya ambang
kejang, yaitu yang terendah kejang terjadi pada suhu 38°C dan yang tertiggi 40°C.
Akibat
kejang mekanisme kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi dengan
meningkatan metabolisme, dengan peningkatan metabolisme kebutuhan akan oksigen
pun meningkat maka reaksi tubuh mempercepat pernafasan. Bila berlangsung lama
maka jaringan tubuh terutama sel-sel otak akan mengalami hipoksia dan
kompensasi pembuluh darah di otak akan meningkatkan permiabilitasnya sehingga
timbul oedema otak yang dapat mengakibatkan kerusakan sel neuron otak ( IKA
FKUI, vol 2 ; 484).
patofisiologi
Aktivitas yang berat
dan udara panas.
↓
Peningkatan
metabolisme tubuh
↓
Menstimulus peningkatan
aktivitas hipothalamus
bagian thermogulator
↓
Hipertermi
↓
Peningkatan kebutuhan
metabolisme basal otak
↓
Perubahan keseimbangan
ion natrium dan kalium pada
membran sel dengan cepat
↓
Terjadi lepasan muatan
listrik yang besar & tak
terkontrol
↓
Terganggunya
sistem persarafan pada
neurotransmiter
↓
Kejang – kejang
Meningkatnya Depresi
sistem pernafasan Peningkatan
metabolisme Risiko cedera
ekskretori saliva
& menurunnya
reflek
menelan
↓ Peningkatan
kebutuhan O2
tidak efektifnya
bersihan
jalan nafas
Risiko aspirasi Meningkatnya
frekuensi pernafasan Meningkatnya
tekanan
pada
pembuluh darah
& aliran darah
Meningkatnya permiabilitas
Pembuluh darah diotak
↓
Edema otak
↓
Penurunan kesadaran kelumpuhan sistem persarafan Kerusakan sel
neuron otak
↘ ↙
Devisit perawatan diri
III.Manifestasi klinik.
- Kejang didahului dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat.
- Sifat kejang biasanya kejang klonik, tonik-klonik bilateral.
- Umumnya kejang berhenti sendiri.
- Setelah kejang klien di ikuti fase tidur dan bila sadar kembali tanpa menunjukan kelainan neurologis.
- Serangan terjadi pada 24 jam pertama sewaktu demam.
- Kejang bersifat umum.
- Bangkitan kejang dalam satu tahun kejang tidak melebihi empat kali.
- Terjadi pada anak usia kurang dari lima tahun rata-rata terjadi pada usia enam bulan sampai dengan empat tahun.
IV. Penatalaksanaan.
A.
Atasi kejang secepatnya dengan pemberian diazepam
rectal sebanyak 0,4 – 0,6 mg/kgBB atau injeksi intravena 0,3 mg/kgBB.
B.
Longgarkan pakaian yang ketat dan atur posisi tubuh
untuk mempertahankan kefektipan jalan nafas serta jga bersihan jalan nafas
jangan sampai timbul aspirasi.
C.
Berikan kompres dingin atau alkohol untuk memepercepat
penurunan suhu tubuh.
D. Berikan
oksigen untuk menghindari hipoksia
E. Obsevasi
tanda-tanda vital.
DAFTAR PUSTAKA
FKUI., Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak 1985, 1997, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika , Jakarta .
Mansjoer, Arif, dkk., 1999,
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius FKUI, Jakarta .
Capernito, Lynda Juall, 2001,
Buku Saku Diagnosa Keperwatan, Edisi 8, EGC, Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar