Sabtu, 15 Desember 2012

ASKEP KEJANG DEMAM



TINJAUAN TEORI

I. Definisi.
  1. Demam kejang adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh  ( suhu rektal di atas 38°C ) yang disebabkan oleh suatu proses ektra kranium ( Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 847).

  1. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures ( 1980 ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam tanpa diketahui penyebabnya, biasanya terjadi pada bayi atau anak antara umur 3 bulan s/d 5 tahun.( Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2,2000, hal. 434. )

  1. Menurut Wegman ( 1939) dan Millichap ( 1959 ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada umur tertentu yang diakibatkan oleh suhu tubuh yang tinggi dengan peningkatan suhu yang cepat.(Ilmu Kesehatn Anak, Jilid 2, 1985, hal. 847).

II. Etiologi ( IKA FKUI vol 2; 847 & 848 ).
  1. Menurut  Lennox-Buchthal, 1971 : kepekaan kejang demam diturunkan oleh gen yang dominan.
  2. Menurut Millichap, 1968 : kelainan neurologis yang terjadi pada anak antara umur 6 bulan s/d 4 tahun.
  3. Menurut Wegman, 1939 dan Millichap, 1959 : suhu tubuh yang tinggi dengan peningkatan yang cepat dan bergantung pada umur tertentu.
  4. Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures, 1980 : penyebabnya tidak diketahui.
  5. Kebanyakan demam disebabkan penyakit infeksi diluar susunan saraf pusat seperti tonsilitis, ISPA, otitis media akut, pneumonia, bronkhitis, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih ( KSK FKUI, jilid 2 ; 435 ).

III. Klasifikasi demam kejang.
A. Demam kejang diklasifikasikan menjadi dua golongan ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 ; 434 ), yaitu:
1.      Kejang demam sederhana.
Kejang demam yang berlangsung kurang dari 15 menit.
2.      Kejang demam Kompleks.
Kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam, biasanya mempunyai riwayat kelainan neurologi / riwayat kejang demam / kejang tanpa demam dalam keluarga.
  1. Menurut Livingston ( 1945, 1963 ) membuat kriteria (IKA FKUI,vol 2 ; 849 ), yaitu:
    1. Kejang demam sederhana.
    2. Epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
2
Kriteria kejang demam sederhana:
1.      Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun.
2.      Kejang beralngsung tidak lebih dari 15 menit.
3.      Kejang bersifat umum.
4.      Kejang timbul 16 jam pertama setelah demam.
5.      Pemeriksaan saraf sebelum dan setelah kejang normal.
6.      Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu setelah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
7.      Frekuensi bangkitan kejang dalam satu tahun tidak melebihi 4 kali.

 IV. Patofisiologi.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel otak diperlukan suatu energi yang didapat dari hasil metabolisme. Sumber energi otak didapat dari glukose yang telah melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel yang dalam keadaan normal mudah ditembus oleh ion Kalium ( K +) dan sangat sulit ditembus oleh ion Natrium ( N + ), sehingga terjadi perbedaan konsentrasi ion didalam dan luar sel yang disebut perbedaan atau keseimbangan potensial membran sel neuron.
Keseimbangan potensial membran sel ini dapat berubah oleh adanya:
  1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
  2. Rangsangan yang mendadak akibat mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
  3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena infeksi atau  demam dan keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 °C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15 % dan kebutuhan oksigen meningkat 20 %. Jadi kenaikan suhu tubuh tertentu yang cepat dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan potensial membran sel neuron serta dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium yang mengakibatkan lepasnya muatan – muatan listrik yang besar  dan meluas ke seluruh  membran sel lainnya dengan bantuan suatu zat yang bernama neurotransmiter sehingga mengakibatkan timbulnya kejang. Terjadinya kejang pada setiap anak berbeda tergantung tinggi rendahnya ambang kejang, yaitu yang terendah kejang terjadi pada suhu 38°C dan yang tertiggi 40°C.
Akibat kejang mekanisme kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi dengan meningkatan metabolisme, dengan peningkatan metabolisme kebutuhan akan oksigen pun meningkat maka reaksi tubuh mempercepat pernafasan. Bila berlangsung lama maka jaringan tubuh terutama sel-sel otak akan mengalami hipoksia dan kompensasi pembuluh darah di otak akan meningkatkan permiabilitasnya sehingga timbul oedema otak yang dapat mengakibatkan kerusakan sel neuron otak ( IKA FKUI, vol 2 ; 484).




 patofisiologi
Aktivitas yang berat
dan udara panas.
Peningkatan
metabolisme tubuh
Menstimulus peningkatan
aktivitas hipothalamus
bagian thermogulator
Hipertermi
Peningkatan kebutuhan
metabolisme basal otak
Perubahan keseimbangan
ion natrium dan kalium pada
membran sel dengan cepat
Terjadi lepasan muatan
listrik yang besar & tak terkontrol
Terganggunya
sistem persarafan pada neurotransmiter
Kejang – kejang
                                                                                               
Meningkatnya        Depresi sistem pernafasan  Peningkatan metabolisme  Risiko cedera
              ekskretori saliva                                                    
              & menurunnya                                                     
 reflek menelan                                                   
                                                                     Peningkatan kebutuhan O2
                 tidak efektifnya
 bersihan jalan nafas
 

 Risiko aspirasi               Meningkatnya
            frekuensi pernafasan                              Meningkatnya tekanan
                                                                                                                pada pembuluh darah                    
& aliran darah

Meningkatnya permiabilitas
Pembuluh darah diotak
Edema otak
Penurunan kesadaran  kelumpuhan sistem persarafan Kerusakan sel neuron otak
                                                       ↘              ↙
Devisit perawatan diri



III.Manifestasi klinik.
  1. Kejang didahului dengan kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat.
  2. Sifat kejang biasanya kejang klonik, tonik-klonik bilateral.
  3. Umumnya kejang berhenti sendiri.
  4. Setelah kejang klien di ikuti fase tidur dan bila sadar kembali tanpa menunjukan kelainan neurologis.
  5. Serangan terjadi pada 24 jam pertama sewaktu demam.
  6. Kejang bersifat umum.
  7. Bangkitan kejang dalam satu tahun kejang tidak melebihi empat kali.
  8. Terjadi pada anak usia kurang dari lima tahun rata-rata terjadi pada usia enam bulan sampai dengan empat tahun.

IV. Penatalaksanaan.
A.    Atasi kejang secepatnya dengan pemberian diazepam rectal sebanyak 0,4 – 0,6 mg/kgBB atau injeksi intravena 0,3 mg/kgBB.
B.     Longgarkan pakaian yang ketat dan atur posisi tubuh untuk mempertahankan kefektipan jalan nafas serta jga bersihan jalan nafas jangan sampai timbul aspirasi.
C.     Berikan kompres dingin atau alkohol untuk memepercepat penurunan suhu tubuh.
D.    Berikan oksigen untuk menghindari hipoksia
E.     Obsevasi tanda-tanda vital.


DAFTAR PUSTAKA


FKUI., Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak 1985, 1997, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika , Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Capernito, Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperwatan, Edisi 8, EGC, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar