TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya (Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak
1985)
Diare adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus, dan pathogen paralitik (Donna L. Wong 2004).
Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer
(Nursalam, dkk 2005).
Dari ketiga pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare adalah
buang air besar yang tidak normal dengan konsistensi encer, frekwensi lebih
banyak dari biasanya disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen
paralitik
|
B.
Patofisiologi.
Penyebab terjadinya diare akut adalah virus (
enterovirus ), bakteri ( E.colli ) dan parasit / cacing sebenarnya etiologi
diare dapat di bagi dalam beberapa faktor, faktor pertama infeksi yaitu infeksi
enteral dan parenteral, kedua Faktor malabsorbsi yaitu malabsorbsi karbohidrat,
lemak, protein, ketiga faktor makanan yaitu makanan basi, beracun, alergi
makanan, ke empat faktor psikologi rasa takut dan cemas. Virus, bakteri,
parasit yang masuk ke dalam tubuh bisa melalui fekal / oral dari orang – orang
dimana patogen – patogen tersebut menginfeksi sel – sel menghasilkan entrotoxin
yang dapat merusak sel mukosa intestinal sehingga akan mengakibatkan terjadinya
gangguan absorbsi cairan dan elektrolit sehingga tekanan osmotik meningkat yang
akan menyebabkan penggeseran cairan / air dan elektrolit ke dalam rongga usus,
isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus mengeluarkannya dan
akan timbul diare.
Adapun tanda dan gejala yang mungkin muncul pada
klien dengan diare antara lain, konsistensi feases dan frekuensinya semakin
sering, mual dan muntah, demam, kram abdomen, trismus, membrane mukosa kering,
fontanel cekung pada bayi, berat badan turun, malaise dan penurnan tanda- tanda
vital, nadi, pernafasan cepat, untuk dehidrasi ringan terjadi penurunan berat
badan 3% - 5%.
Apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan
komplikasi antara lain : dehidrasi (ringan, sedang, berat, isotonic atau
hipertonik, hipotonik) renjatan hipopolemik, hipokalemia dengan gejala
muteorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi dan perubahan EKG jarang terjadi
pada dehidrasi hipertonik, kejang terutama pada dehidrasi hipertonik,
malnutrisi energi protein.
C.
Penatalaksanaan.
Menurut Cecily L. Bets ( 2002 ) Staf pengajar Ilmu kesehatan anak fakultas
kedokteran universitas indonesia ( 1985 ) penatalaksanaan pada klien dengan
diare adalah :
1. Penatalaksanaan medis diantaranya dengan :
a. Pemberian cairan, pemberian cairan pada anak diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum. Bila anak hanya menalami dehidrasi ringan dan sedang, rehidrasi dapat
diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCL dan NaHC03, Kcl dan glucose. Cairan rehidrasi oral diberikan
sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml) meski terdapat muntah. Dalam hal ini
dehidrasi berat, anak dihospitalisasi untuk mendapatkan terapi intravena (IV)
jumlah dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam. Jika ada syok
segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml / kg larutan salin normal atau larutan
ringer laktat ulangi jika perlu). Bila pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute
intra venosus dapat dipakai untuk memberika cairan dalam keadaan darurat pada
anak yang berusia kurang dari 6 tahun, formula sederhana (tidak lengkap) hanya
mengandung NaCL dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam,
larutan air tajin garam, larutan tepung berasgaram dan sebagainya
untukpengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum
ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.
b. Pengobatan dietetik (cara pemberian makanan). Untuk anak dibawah
1 tahun dan diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
1) Susu (ASI dan susu formula yang mengandung
laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron, atau sejenis
lainnya.
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak
mau minum susu karena dirumah sudah biasa di beri makanan padat.
3) Susu khusus yaitu susu yang tidak
mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh,
sesuai dengan kelainan yang di temukan.
c. Obat- obatan .Prinsip pengobatan diare
adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). Obat anti sekresi
seperti asetosal dosis : 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg, klorpromazin
dosis :0,5 – 1 mg/kg BB/hari, obat anti spasmolitik pada umumnya obat anti
spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium dan sebagainya tidak
diperlukan untuk mengatasi diare akut obat pengeras tinja seperti kaolin,
pektin, charcoal, tabonal dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare, pada umumnya anti biotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penyakit diare walau tidak semua menular (misalnya
diare karena malabsorbsi) tetapi perlu perawtan dikamar yang terpisah dengan
perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi (selalu sedia desinfeksi dan
air bersih), serta tempat pakaian kotor tersendiri.
D.
Konsep Tumbuh kembang dan Dampak
Hospitalisasi Anak Usia 1-4 bulan.
1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik
Menurut A. Aziz Alimul Hidayat perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan
berat badan pada usia ini,bila gizi anak baik maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 gram/ bulan sedangjan
pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak mengalami kecepatan, perkembangan
motorik kasar memiliki kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba
duduk sebentar dengan di topang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk di pangkuan ketika di sokong pada posisi berdiri, kontrol kepala
sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha
untuk merangkak. Perkembangan motorik halus dapat melakukan usaha yang
bertujuan untuk memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
mencoba memegang benda kedalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan
benda di tangan walaupun hanya sebantar. Pada perkembangan bahasa di tandai
dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi hurup hidup,
berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan brteriak,
mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. Perkembangan adaptasi sosial
mulai untuk mengamati tangannya , tersenyum spontan dan membalas senyum bila
diajak senyum , mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia,
waktu tidur pada malam hari lebih sedikit dari pada waktu terjaga, membentuk
siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan
wajah-wajah yang di kenal dan tidak di kenal.
E.
Konsep hospitalisasi pada anak.
Hospitalisasi merupakan suatu proses
yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat. Mengharuskan anak untuk
tinggal dirumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali kerumah (Yupi, 2004).
Selama proses tersebut anak dan orang
tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres serta
anak hanya bisa menangis.
F.
Pengkajian.
Menurut
Nursalam Dkk (2005) dan Donna L. Wong (2004), pengkajian pada anak diare
adalah :
1. Identitas pasien/ biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, suku bangsa, nama orang tua.
2. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan / sedang), atau BAB lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Mula-mula bayi / anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair mungkin disertai lendir
dan darah, warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak.
f. Deuresis terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/
BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi, urine
sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang, tidak ada urine dalam waktu 6
jam dehidrasi berat.
4. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena
diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak – anak dengan campak
atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penurunan kekebalan pada pasien.
b. Riwayat alergi terhadap makanan dan obat –
obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab
diare.
c. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada
anak berusia dibawah 2 tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala infeksi
lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, fasingitis, bronkopnemoni
dan ensefasilitis.
5. Riwayat nutrisi.
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare
meliputi :
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4 – 6
bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula apakah dibuat
menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
tidak bersih akan menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus, anak yang diare tanpa
dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa) pada dehidrasi ringan atau sedang
anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas
minum atau tidak bisa minum.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau
sedang).
3) Lesu, lunglai dan tidak sadar (dehidrasi
berat).
b. Berat badan anak yang diare dengan dehidrasi biasanya
mengalami penurunan berat badan, persentase penurunan berat badan tersebut
dapat diperkirakan saat anak dirawat dirumah sakit sedangkan dilapangan untuk
menentukan dehidrasi cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.
c. Kulit untuk mengetahui elastisitas kulit
dapat dilekukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mencubit daerah perut
menggunakan kedua ujung jari (bukan keedua kuku). Apabila turgor kembali dengan
cepat (kurang dari 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila
turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik) berarti
diare dengan dehidrasi ringan atau sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat
(cubitan lebih dari 2 detik) termasuk diare dengan dehidrasi berat.
d. Kepala anak berusia dibawah 2 tahun yang
mengalami dehidrasi, ubun – ubunnya biasanya cekung.
e. Mata anak yang diare tanpa dehidrasi
bentuk kelopak matanya normal. Apalagi mengalami dehidrasi ringan atau sedang,
kelopak matanya cekung (cowong). Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak
matanya sangat cekung.
f. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi),
kering (dehidrasi ringan atau sedang), sangat kering (dehidrasi berat).
g. Abdomen kemungkinan mengalami distensi,
kram, dan bising usus yang meningkat.
h. Anus apakah ada iritasi pada kulitnya.
i.
Pemeriksaan
penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis
(kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare yaitu :
1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi
maupun mikroskopi dengan kultur.
2) Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat
(PH, klinis test), lemak dan kultur urine.
3) Pemeriksaan gangguan keseimbangan
asam-basa dalam darah menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi
dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
4) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
untuk mengetahui faal ginjal.
5) Pemeriaksaan elektrolit terutama kadar
natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare
yang disertai kejang).
B.
Diagnosa keperawatan.
Menurut Donna
L. Wong (2004) dan Susan Marthin Tukker (1999), ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan sering buang
air besar dan encer.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak
adekuat.
3) Resiko tinggi infeksi pada orang lain
berhubungan dengan masuknya mikroorganisme yang menembus saluran
gastrointestinal
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi karena diare.
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi mengenai kebutuhan dirumah, prosedur yang harus diikuti
jika diare.
6) Cemas dan takut pada anak/ orang tua
berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.
C.
Perencanaan.
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan
intervensi untuk setiap diagnosa keperawatan.
1) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan
seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan : anak dapat
menunjukkan tanda- tanda rehidrasi dan mempertahankan rehidrasi yang adekuat.
Ktriteria evaluasi :
a. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai usia,
capillary kurang dari 2 detik, membrane mukosa lembab.
b. Berat badan tidak menunjukkan penurunan.
c. Bab 1-2 kali perhari dengan konsistensi
tidak cair.
d. Intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1. Kaji status hidrasi, ubun- ubun, mata,
turgor kulit, membran mukosa, tingkat kesadaran, waktu pengisian kapiler
beritahukan segera kepada dokter mengenai perubahan – perubahan signifikan pada
status anak.
2. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
setiap shiff
3. Monitor tanda – tanda vital tiap shiff.
4. Timbang berat badan tiap hari.
5. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai
program, elektrolit, Ht, ph, dan pemeriksaan kultur feses.
6. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
sesuai program (dengan oralit dan caiaran parenteral bila indikasi).
2) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan
kehilangan
caiaran melalui diare, masukan yang tidak adekuat
Tujuan : anak menkomsumsi nutrisi
yang adekuat untuk mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia.
Kriteria evaluasi :
a. Anak dapat mengkomsumsi nutrisi yang
ditentukan.
b. Dapat mertahankan masukan atau asupan
nutrisi yang adekuat.
c. Dapat menunjukan penambahan berat badan
atau stabil.
Intervensi :
a. Timbang berat badan setiap hari.
b. Observasi dan catat respon pemberian
makanan.
c. Lakukan kebersiahan mulut setiap
habis makan
d. Monitor intake dan output tiap shiff.
e. Intruksikan ibu menyetujui untuk
melanjutkan pemberian ASI.
f. Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan
susu formula yang rendah laktosa .
g. Hindari pemberian diet dengan pisang,
beras, apel atau the karena diet ini rendah energi, protein dan elektrolit,
terlalu tinggi dalam karbohidrat.
3). Resiko
tinggi infeksi pada orang lain berhubungan dengan masuknya mikroorganisme yang
menembus saluran gastrointestinal
Tujuan : tidak terjadi
penularan diare pada orang lain.
Kriteria evaluasi :
Infeksi tidak menyabar ke orang lain tidak
ada tanda- tanda infeksi pada orang lain
Intervensi :
a. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
pada orang tua dan pengunjung.
b. Segera angkat dan bersihkan bekas bab dan
tempatkan pada tempat yang khusus.
c. Anjurkan orang tua untuk menggunakan popok
sekali pakai.
d. Upayakan untuk mempertahankan dan anak
kecil dan menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
4).Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare .
Tujuan : kulit anak tetap
utuh.
Kriteria evaluasi : anak tidak
menunjukan tanda – tanda kerusakan kulit yang ditandai dengan kulit utuh, tidak
lecet dan tidak merah.
Intervensi :
a. Kaji kerusakan kulit dan iritasi setiap BAB
.
b. Ganti popok atau kain pengalas dengan
sering setiap habis BAB/ BAK.
c. Bersihkan bokong dengan perlahan – lahan
dengan sabun lunak non alkalis.
d. Biarkan daerah bokong terbuka terhadap
udara sebanyak mungkin.
e. Hindari penggunaan tissue basah yang
dijual bebas yang mengandung alcohol pada kulit yang tereskoriasi.
f. Berikan obat anti jamur yang tepat untuk
melindungi kulit dari iritasi.
g. Hindari penggunaan talk dan penggunaan
pampers.
5).
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kebutuhan
perawatan dirumah, prosedur yang harus diikuti jika diare berulang.
Tujuan : pengetahuan orang tua
bertambah.
Kriteria evaluasi :
a. Orang tua dapat memahami
cara perawatan anak dirumah.
b. Orang tua dapat
berpartisipasi dalam perawtan anak.
c. Dapat memahami kegunaan
pemeriksaan medis lanjut.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pemahaman orang tua.
b. Ajarkan prinsip diet dan control diare.
c. Ajarkan pada orang tua akan pentingnya
cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.
d. Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan.
e. Jelaskan pentingnya kebersihan.
6).Cemas
dan takut pada anak / orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi
sakit.
Tujuan : cemas atau takut
berkurang atau tidak terjadi.
Kriteria evaluasi :
a. Anak atau orang tua menunjukan rasa cemas
atau takut berkurang yang ditandai dengan orang tua aktif merawat anak,
bertanya pada perawat atau dokter
tentang kondisi dan klasipikasi dan anak tidak menangis.
b. Anak menunjukan tanda- tanda kenyamanan.
c. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan
anak sebanyak mungkin.
Intervensi :
a. Berikan rasa nyaman pada anak .
b. Libatkan keluarga dalam perawatan
c. Ajak bermain dan berbicara pada anak
sebanyak mungkin.
d. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan
yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya.
D.
Pelaksanaan.
Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan, dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup : melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas
sehari - hari, memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien dan mengevaluasi kinerja anggota staf dan mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawat kesehatan
berkelanjutan dari klien. Selain itu juga implementasi bersifat
berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan.
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu :
mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada,
mengidentifikasi area bantuan,
mengimplementasikan intervensi keperawatan dan mengkomunikasikan intervensi
perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan menggunakan beberapa metode
implementasi mencakup supervise, konseling, dan evaluasi dari anggota tim perawat
kesehatan lainnya. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskriptif singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon
dari klien terhadap asuhan keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan
keperawatan mungkin membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan
dan personal.
E.
Evaluasi.
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang
mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah
pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau
pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah
langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon
klien dan membandingkannya dengan prilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan. Selama evaluasi perawat secara kontinyu perawat mengarahkan kembali
asuhan keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi positif terjadi ketika hasil yang
dinginkan terpenuhi menemukan perawat
untuk menyimpulkan bahwa dosis medikasi dan intervensi keperawatan secara
efektif memenuhi tujuan klien untuk meningkatkan kenyamanan. Evaluasi negative
atau tidak di inginkan menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat
masalah potensial yang belum diketahui. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi
itu dinamis dan berubah terus tergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi
klien. Hal yang lebih utama evaluasi harus spesifik terhadap klien. Evaluasi
yang akurat mengarah pada kesesuaian revisi dan rencana asuhan yang tidak
efektif dan penghentian terapi yang telah menunjukan keberhasilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Betz,Cecil L and Linda A.Showden. (2002). Buku Saku keperawatan Pediatric, Edisi
3. Jakarta : EGC
Doengoes,Marlyn E, dkk. (1998). Aplication Of Nursing Process
and Nursing
Diagnosis An.Interactive Text for diagnostic Reasoning. (I Made
Kariasa,penerjemah).Philadhelphia : F.A.Davis ( Sumber Asli di berikan 1995)
Hidayat, A.A.Alimul. (2005).Pengantar Kesehatan Anak 1, buku 1. Jakarta : FKUI
Nursalam. (2001) .Proses-proses
Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A.. (2005). Fundamental of Nursing Concepts,
process, and Practice.
(
Yasmin Asih, penerjemah). Missauri: Mosby. ( sumber asli di terbitkan tahun
1997).
Tucker, Susan Martin (1998).Patient Care Standards Nursing ( Ahli bahasa,Yasmin Asih). Jakarta
: EGC
Wong.Donna.L. (1995).Nursing Care Of Infants and
children. St.lovis Missouri : Mosby year book.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus