TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
1. Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru
(atau tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang
beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak
atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA
Price, 2005).
2. Karsinoma atau kanker kolon ialah
keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada
sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan
gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
3. Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel
ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker
usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma
yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id).
4. Kolostomi merupakan tindakan pembuatan
lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus
besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau
permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas penulis
menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam
usus besar (kolon) atau rektum.
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di
bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah
dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
B. Patofisiologi
Penyebab
jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan
faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat
yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang
beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon
dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai
polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak;
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa
masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar
usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering
terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering
terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor
dapat menyebar melalui :
1.
Infiltrasi
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
2.
Penyebaran
lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3.
Melalui
aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik
ke sistem portal.
Gejala klinis
kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan pola defekas adanya
perdarahan per anus, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda
dan gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan
kiri usus besar .
Stadium
pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1.
Stadium
I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar
(lapisan mukosa).
2.
Stadium
II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3.
Pada
stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4.
Stadium
IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.
Klasifikasi
Klasifikai
kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah
bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional
unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar
regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Komplikasi pada
pasien dengan kanker kolon yaitu:
1.
Pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2.
Metastase
ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3.
Pertumbuhan
dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi.
4.
Perforasi
usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5.
Peritonitis
dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Pencegahan
Kanker Kolon.
1.
Konsumsi
makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat
keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2.
Asam
lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3.
Kosentrasi
kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4.
Susu
yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5.
Berolahraga
dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
6.
Hidup
rileks dan kurangi stress.
C. Penatalaksanaan
(Medis, Keperawatan, Diet)
Penatalaksanaan
Medis
1. Pengobatan.
Bila sudah
pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan pengobatannya adalah:
a. Pembedahan
Reseksi.
Satu-satunya
pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak
mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal
dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan
hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di
kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan
dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan
sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal
transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di
rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
b. Kolostomi
Kolostomi
merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat
bersifat sementara atau permanen.
Tujuan
Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk
tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus
setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit
lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis
Kolostomi.
1.
Jenis
kolostomi berdasarkan sifatnya:
a.
Sementara
Indikasi
untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah
tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan
tindakan operasi anastomosis.
b.
Permanen
Indikasi
untuk kolostomi permanen :
Penyakit
tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi
reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis
kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :
a.
Single
Barreled Colostomy
b.
Double
Barreled Colostomy
c.
Loop
Colostomy
Perawatan Pasca Operasi Kolostomi
1. Keseimbangan
cairan dan elektrolit.
Asenden
colostomy atau colostomy yang diikuti dengan reseksi mungkin faecesnya cair
diperlukan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Perawatan
kulit.
Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara tepat
guna sehingga tindakan yang diambil tepat.
Prinsip pencegahan kulit sekitar stoma :
a.
Pencegahan
primer bertujuan untuk proteksi : Bersihkan dengan perlahan- lahan, gunakan
skin barier, ganti segera kantong bila terjadi kebocoran / rembes atau penuh.
b.
Pencegahan
sekunder / penanganan kulit yang sudah terjadi kerusakan. Kulit dengan eritema
: ganti kantong kolostomi setiap 24 jam, bersihkan ku1it dengan air hangat
pakai kapas dan keringkan, gunakan kantong kolostomi yang tidak menimbulkan
alergi ku1it yang erosi, sama dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi
daerah erosi dengan zalf misalnya zinksalf.
3. Diet.
Dianjurkan
mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama dengan stoma permanen. Diet yang
dikonsurnsi sifatnya individual asal tidak menyebabkan diare, konstipasi dan
menimbu1kan gas.
4. Irigasi
kolostomi bertujuan untuk:
a.
Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang memenuhi kolon.
b.
Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah.
c.
Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat melakukan aktivitas normal.
5.
Membantu pasien stoma.
a. Pertemuan grup
b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support
mental
c. Radioterapi
Setelah
dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi
dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena
pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang
proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal
yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am
derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker
dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.
d.
Kemoterapi
Kemoterapi
yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi
dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan
kemoterapi.
Penatalaksanaan
Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5.
Memberikan
informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Penatalaksanaan
Diet
1.
Cukup
mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2.
Kacang-kacangan
(lima porsi setiap hari)
3.
Menghindari
makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang
terdapat pada daging hewan.
4.
Menghindari
makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu
sel karsinogen / sel kanker.
5.
Menghindari
minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6.
Melaksanakan
aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
Prognosis
pasien yang terkena kanker kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada
mukosa dan submukosa pada saat operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi
penyebaran di luar usus (metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan
organ-organ lain.
D. Pengkajian
Pengkajian
pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh
data sebagai berikut sbb:
Aktivitas/istirahat
Pasien
dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan
keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap
pola istirahat dan tidur.
Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan
darah. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/ spiritual)
Masalah
tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan,
rasa bersalah, kehilangan.
Tanda :
Kontrol, depresi.
Menyangkal,
menarik diri, marah.
Eliminasi
Adanya
perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu:
frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan
bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di
rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada
pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan
observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa
tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran
kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran
tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
Makanan/cairan
Gejala:
kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi
setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan
anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun.
Tanda:
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
Neurosensori
Gejala:
Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga
sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
Pernapasan
Gejala:
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.
Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
Seksualitas
Gejala:
Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada tingkat kepuasan.
Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
Interaksi
sosial
Gejala:
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di
rumah, dukungan, atau bantuan)
Masalah tentang
fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara
Sisi
primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis
Penyakit
metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat alamiah dari
primer akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.
Riwayat
pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang
diberikan.
Pemeriksaan
Penunjang.
1.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan
jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi
yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium
enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada
foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau
suatu striktura.
3.
Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis
kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4.
Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.
Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu
ditentukan differensiasi sel.
5.
Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor
marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5
mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus
stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan
(misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
7. Biopsi
(aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan
sebagainya.
8. Jumlah
darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau
berkurang.
9. Sinar X
dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
E. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa
keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E. Doenges (1999),
Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito (1997).
1.
Ansietas
/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
2.
Nyeri
(akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder
akibat kanker usus besar.
3.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipometabolik
berkenaan dengan kanker.
4.
Risiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan
cairan
5. Keletihan berhubungan dengan perubahan
kimia tubuh: efek samping obat- obatan, kemoterapi.
6.
Risiko
tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis bedah,
pembentukan stoma dan kontaminasi.
7. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare
berhubungan dengan karsinoma kolon.
F.
Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan
berhubungan dengan krisis
situasi (kanker)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau dapat
dikontrol
Kriteria
Evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan
melaporkan ansietas berkurang, ( 4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme
koping efektif, ( 5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Intervensi :
1.
Dorong
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
2.
Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.
3.
Pertahankan
kontak sering dengan pasien.
4.
Bantu
pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut
5.
Tingkatkan
rasa tenang dan lingkungan tenang
2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri
(akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder
terhadap tindakan pembedahan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan
penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal
Kriteria
Evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2)
Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan,
(4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Intervensi
1.
Tentukan
riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta
tindakan penghilang yang dilakukan.
2.
Berikan
tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
3.
Dorong
ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas dalam (dengan cara
tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan
-pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.
4.
Evaluasi
penghilangan nyeri/ kontrol.
3. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker .
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
mendemonstrasikan berat badan stabil.
Kriteria
Evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat,
(2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat
badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Intervensi :
1.
Pantau
masukan setiap hari.
2.
Timbang
berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
3.
Dorong
pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat.
4.
Dorong
pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.
5.
Ciptakan
suasana makan yang menyenangkan.
6.
Identifikasi
pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kurang adekuatnya masukan cairan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan
tidak terjadi.
Kriteria
Evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas
normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3)
intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1.
Pantau
masukan dan keluaran dan berat jenis.
2.
Timbang
berat badan sesuai indikasi
3.
Pantau
TTV
4.
Dorong
peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.
5.
Kaji
turgor kulit dan membran mukosa
5. Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan
berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan,
kemoterapi.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan perbaikan
rasa berenergi.
Kriteria
Evaluasi: ( 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
1.
Rencanakan
perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
2.
Buat
tujuan aktivitas realistis dengan pasien.
3.
Dorong
pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.
4.
Pantau
respons fisiologis terhadap aktivitas
5.
Dorong
masukan nutrisi.
6. Diagnosa
keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan
dengan penurunan imunologis
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pasien dapat mengidentifikasi pelaksanaan yang tepat untuk kondisi
khusus.
Kriteria Evaluasi:
(1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan
penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Interverensi :
1.
Kaji keadaan kulit
dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.
2.
Mandikan dengan air
hangat dan sabun ringan.
3.
Dorong pasien untuk
menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
4.
Baliklah/ubah posisi
dengan sering.
5.
Anjurkan pasien untuk
menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter.
7. Diagnosa
Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan
karsinoma kolon.
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mempertahankan
konsistensi/pola defekasi umum.
Kriteria Evaluasi :
(1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat
berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3)
Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan
rendah serat
Interverensi :
1.
Pastikan kebiasaan
eliminasi umum.
2.
Kaji bising usus dan
pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi.
3.
Pantau masukan dan
keluaran serta berat badan.
4.
Dorong masukan
adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat.
5.
Pastikan diet yang
tepat; hindari makanan tinggi lemak.
G.
Pelaksanaan
Pekasanaan atau tindakan keperawatan
yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan
merupakan rencana tindakan yang telah dilakukan, dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan mencakup: melakukan, membantu atau
mengarahkan kinerja aktifitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, menyelia dan
mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan pasien yang berkelanjutan.
Komponen pelaksanaan dari proses
keperawatan klien dengan Ca Kolon:
Untuk Diagnosa Keparawatan
Pelaksanaannya adalah : Mendorong
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, memberikan lingkungan terbuka
dimana pasien merasa aman, mempertahankan kontak sering dengan pasien, membantu
pasien/orng yang terdekat mengenali rasa takut, meningkatkan rasa tenang dan
lingkungan yang tenang.
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaannya adalah : Menentukan
riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durai, dan intensitas, serta
tindakan yang dilakukan, mendorong keterampilan manajemen nyeri misalnya tehnik
relaksasi nafas dalam (dengan cara tarik nafas melelui hidung tahan sampai
hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut sambil dirasakan),
tertawa, musik dan sentuhan terampik, evaluasi penghilangan nyeri/kontrol.
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaannya adalah
: Memantau masukkan setiap hari, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi, mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien
dengan masukkan cairan adekuat, mendorong pasien untuk makan dengan porsi kecil
tapi sering, menciptakan suasana makan yang menyenangkan, mengidentifikasi
pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaannya adalah
: Memantau masukkan dan keluaran berat jenis, menimbang berat badan sesuai
indikasi, memantau TTV, mendorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000
ml/hari sesuai toleransi individu, mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.
Diagnosa Keperwatan
Pelaksanaannya adalah
: Merencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat, membuat tujuan
aktivitas realistis dengan pasien, mendorong pasien untuk melekukan apasaja
bila mungkin, memantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mendorong masukan
nutrisi.
Diagnosa Keperwatan
Pelaskanaannya
adalah: Mengkaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker,
memandikan dengan air hangat dan sabun ringan, mendorong pasien untuk
menghindari, menggaruk dan menepuk kulit yang kering, merubah posisi dengan
sering, menganjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan
bedak kecuali diijinkan dokter.
Diagnosa Keperwatan
Pelaksanaannya :
adalah memastikan kebiasaan eliminasi umum, mengkaji bising usus dan pantau
gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi, memantau masukan dan keluaran
serta berat badan, mendorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi
sering dengan makanan rendah sisa, memastikan diet yang tepat, hindari makanan
tinggi lemak.
H. Evaluasi
Evaluasi adalah
proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang telah ditetapkan. Selama
evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Perawat harus
menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan berubah terus, bergantung pada
diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.
Prinsip evaluasi
diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang sebenarnya, dimana
keputusannya sama dengan keputusan orang banyak. Realibilitas : ketepatan,
hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain hasil itu tetap sama.
Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang akan diukur sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria pengukur yang tepat.
Evaluasi terhadap
tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan
krisis situasi (kanker)
Kriteria
evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya
rasa takut, (2) Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan
melaporkan ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme
koping efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Evaluasi
terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan pembedahan.
Kriteria
evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap, (2)
Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan,
(4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Evaluasi
terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.
Kriteria
evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat,
(2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat
badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Evaluasi
terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kurang masukan cairan.
Kriteria
evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas
normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC. (3)
intake dan out put seimbang.
Evaluasi terhadap
tindakan diagnosa keparawatan: Keletihan berhubungan dengan perubahan
kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
Kriteria
evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat
kemampuan, (2) Melakukan aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Evaluasi terhadap
tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan
berhubungan dengan penurunan imunologis
Kriteria evaluasi:
(1) Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan
penyembuhan cepat, (2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Diagnosa Keperawatan
7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
Kriteria evaluasi:
(1) Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat
berkenaan dengan situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3)
Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan
rendah serat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. (1999). Nursing Care Plan Guidelines For Planning
and
Documenting Patient Care. (I Made Kariasa : Penerjemah).
Philadelphia : F.A Davis Company. (Sumber asli diterbitkan 1993)
Gale, Danielle Jone Charette. (1992). Oncology Nursing Care Plans (I
Made Kariasa :
Penerjemah). Texas :
Skidmore-Roth. (Sumber asli diterbitkan 1995).
Price, A Sylvia. Anderson. (1997). Pathophysiology Clinical Concepts Of
Desease
Processes Vol. 2/6 ed. (Brahm U Pendit : Penerjemah). Philadelphia : Mosby Year
Book. (Sumber asli
diterbitkan 1996).
R. Syamsu Hidayat, Wim De
Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Susan (2001. Brunner and Suddarth Textbook of Medical Surgical
Nursing.
Agung Wahyu : Penerjemah). Philadelphia :
Lipincott-Raven Publishers. (Sumber
asli diterbitkan 1996).
Tucker, M Susan. (1998). Standar
Perawatan Pasien Vol.4 Ed 5. Jakarta : EGC. (731-
733)
http :
//www.republika.co.id.Republika Online, Jum’at 13 Juli 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar