Selasa, 23 April 2013

ASKEP PK (Perilaku Kekerasan)


TINJAUAN TEORI

A.  Pengertian
Perilaku Kekerasan :
      Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan dengan ancaman. (Stuart and Sundeen. 1996).
Eksarasa maladaftif dengan kemarahan yang tidak terkontrol disertau perilaku yang dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri maupun orang lain.
Faktor predisposisi
     1. Psikologis           : kegagalan pengalaman yang tidak menyenangkan
                                      perasaan, dicela, dihina, dianiaya.
     2. Perilaku              : Reinforcement yang diterima pada saat melakukan
                                      kekerasan sering mengkonversi kekerasn di rumah akan
                                      menstimulus individu terhadap perilaku kekerasan.
    3. Sosial Budaya     : Budaya tertutup dan membalas secara diam, control social
                                      yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
    4. Bioneurologis      : Kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal
                                      dan ketidak seimbangan neurotransmitter

     Faktor Presipitasi
1.      Kondisi klien
2.      Lingkungan
3.      Psikodinamika




 Rentang Respon Marah

 



Asertif                   Frustasi              Pasif                Agresif                Amuk

(Sturt and Sundeen, 1991)

Stressor yang dialami oleh seseorang individu yang tidak dapat diatasinya menyebabkan individu tersebut mengalami stress. Stres tersebut dapat mengakibatkan tingkat kecemasan yang tinggi dimana gejala-gejalanya seseorang bisa marah, panic, dsb.

Marah yang dialami individu tersebutgan apabila \bisa diungkapakan menyebakan individu tersebut waspad dan sadar akan kebutuhan marahnya. Sehingga menimbulkan perasaan lega dan sadar akan membutuhkan marahnya. Sehingga menimbulkan perasn lega atau tegang apabila marah tidak dapat diatasi, hal ini menimbulkan reaksi bermusuhan.

Jika marah yang dialami tidak dapat diterima oleh dirinya sehingga individu menolak, marah dan lari-lari dari rasa marah diman ekspresi marahnya dipendam , sehingga timbul persaan bermusuhan dengan orang lain.
Apabila perasaan marah dirasakan cukup kuat pada dirinya, dimana individu melakukan perlawanan, sehingga masalah tidak teratasi menyebabkan amarah yang berkepanjangan, baik pada diri sendiri maupun persaan bermusuhan dengan orang lain.

Tanda dan gejala         :
·         Sikap permusuhan
·         Nada suara tinggi
·         Ekspresi tegang
·         Meremehkan orang lain
·         Gelisah
·         Muka merah
·         Tangan gemetaran
·         Jantung berdetak kencang

B. Pohon masalah

 Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan

 

perilaku kekerasan
 

gangguan konsep diri : harga diri rendah
      b. Masalah Keperawatan
            1. Perilaku kekerasan
                Do   : klien menyerang orang lain, muka merah, nada suara tinggi, kata
                          kata keras
            2. Resiko mencederai
                Do   : klien berdebat, memaksa kehendak, merampas kehendak
                Ds    : klien menantang, mengancam
            3. Gangguan konsep diri         : harga diri rendah
                Do   : klien menarik diri dari kehidupan social
                Ds    : klien mengatakan dirinya tidak berharga, tidak berguna, dan tidak
                          mampu

C. Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko mencederai orang lain/lingkungan bd perilaku kekerasan
b.      Perilaku kekerasan bd
D. Rencana Tindakan Keperawatn
    TUM           : Klien dapat melanjuitkan peran sesuai dengan tanggungjawab
    TUK  I        : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1.    Beri salam/panggil nama klien
1.2.    Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.3.    Jelaskan maksud tujuan interaksi
1.4.    Jelaskan kontrak akan datang
1.5.    Beri rasa aman dan sikap empati
1.6.    Lakukan kontrak singkat tapi sering
     TUK 2        : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
                          dilakukannya
2.1.    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2.2.    Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya
              3        : Klien dapat menindentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3.1.     Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami dan dirasakan sangat jengkel 
3.2.     Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien
4                : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
            dilakukan
4.1.    Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien
4.2.    Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4.3.    Bicaralah dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukakan masalahnya selesai
  5        : Klien dapat mengindentifikasi perilaku kekerasan
5.1.    Bicarakan akibat / kerugian dari car yang dilakukan klien
5.2.    Bersama klien mengumpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
5.3.    Tanyakan pada klien, apakah  ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
6            : Klien dapat mengindentifikasi cara konstruktif dalam berespon
            terhadap kemarahan
6.1.    Tanyakan pada klien “apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat “
6.2.    Berikan pujian jika  klien mengetahui cara lain yang sehat
6.3.    Diskusikan dengan klien car lain yang sehat
7        : Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku
        kekerasan
7.1.    Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
7.2.    Bantu klien untuk mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
7.3.    Bantu klien menstimulasi cara tersebut (rule play)
7.4.    Bantu reinforcement pasif atas keberhasilanklien menstimulasikan car tersebut
7.5.    Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel
8        : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam mengontrol
        perilaku kekerasan
8.1.    Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dan sikap apa yamg telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
8.2.    Jelaskan peras serta keluarga dalam merawat klien
8.3.    Jelaskan cara-cara merawat klien
8.4.    Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
8.5.    Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah demonstrasi
9        : Klien dapat menggunakn obat sesuai dengan program secara
        benar
9.1.     Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga
9.2.     Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter
9.3.     Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
9.4.     Anjurkan klien minum obat tepat waktu
9.5.     Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika meraskan  efek yang tidak menyenangkan
9.6.     Beri pujian jika klien minum obat dengan benar


 DAFTAR  PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall (2000), Handbook Of Nursing Diagnosis, (Monica Ester : Penerjemah) Philadelphia (sumber asli diterbitkan, 1999), Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC ; Jakarta.
  
Issacs (2004), Panduan Bealajar keperawatn Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, Edisi 3. (Praty Rahayuningsih, penerjemah) EGC ; Jakarta

 Keliat, Budi anna . ( 2005 ) . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : ECG .

Stuart & Sudeen . ( 1998 ) . Pocket Guide To Psychiatric Nursing . ( 3 / E ) . ( Hamid, Penerjemah ) . Mosby Year Book Inc . (Sumber Asli Diterbitkan 1995 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar