Selasa, 23 April 2013

ASKEP HDR (Harga Diri Rendah)



TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia.( Stuart and Sundeen, 1998.hal : 227 )

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.( Suliswati, 2005.hal : 89 )

Gangguan konsep diri merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau berada pada risiko mengalami suatu keadaan negative dari perubahan mengenai perasaan, pikiran atau pandangan mengenai dirinya.

 Hal ini meliputi perubahan dalam citra tubuh, ideal diri, penampilan peran atau identitas pribadi. ( Carpenitto, Lynda Juall, 2000. hal : 345 )

b. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan menganalisis seberapabanyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya, dan harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. ( Suliswati, dkk. 2005. hal : 93 )
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya.
( Stuart and Sundeen, 1998. hal : 227 )

c. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri adalah dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri. ( Carpenitto, Lynda Juall. 2001. hal : 352 )
Harga diri rendah  adalah segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidak mampuan psikologis atau social yang dirasa secara subjektif, ataupun karena jasmani yang kurang sempurna. ( Sunaryo, 2004. hal : 108 )
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan – perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative, yang di ekdpresikan secara langsung atau tidak langsung. ( Mary C.Townsend. 1998. hal : 138 )
Harga diri rendah adalah dimana keadaan individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenal diri atau kemampuan dalam waktu lama. ( Carpenitto, Lynda Juall. 2001. hal : 356 )

Menurut Stuart and Sundeen (1998), konsep diri terdiri atas komponen-kompenen berikut ini :
1.       Citra tubuh adalah kumoulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhdap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
2.       Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
3.       Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperolah dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
4.       Penampilan peran merupakan pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok social.
5.       Identitas personal merupakan pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggungjawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.

Menurut Stuart and Sundeen ( 1998 ), undividu dengan kepribadian yang ehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
1.       Citra tubuh yang positif dan sesuai.
2.       Ideal diri yang realistis.
3.       Konsep diri yang positif.
4.       Harga diri yang tinggi.
5.       Penampilan peran yang memuaskan.
6.       Rasa identitas yang jelas.
Dari pengertian yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri rendah adalah penilaian individu terhadap diri sendiri tentang seberapa jauh prilaku sesuai dengan harapan atau cita – cita dan ideal diri, individu akan megalami gangguan harga diri yakni perasaan negatif terhadap diri sendiri.

B.   Psikodinamika

1.   Etiologi
Menurut Kelliat, B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara :
a.       Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba –tiba, misalnya haru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba )
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah  karena :
1)      Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya : Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,pemeriksaan perineal )
2)      Harapan akan struktur ,bentuk  dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit atau penyakit.
3)      Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,Misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b.       Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan maturasi adalah :
1)      Bayi/Usia bermain/Pra sekolah
Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan dengan orang tua, evaluasi  negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat
2)      Usia sekolah
Berhubungan dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang
3)      Remaja
Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran an kehilangan orang terdekat.
4)      Usia sebaya
Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
5)      Lansia
Berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial, pensiun ) 

c.    Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya.
2.   Proses
a.    Faktor Predisposisi
Menurut stuart and sundeen ( 1998 ), berbagai factor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1)   Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali.
2)   Faktor yang mempengarui penampilan peran adalah tuntunan peran kerja, dan harapan peran cultural.
3)   Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktur social.

b. Factor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
1)      trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
2)      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a)       Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk perubahan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
b)      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c)       Transisi peran sehat – sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
(1)    kehilangan sebagian tubuh.
(2)    perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
(3)    perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
(4)    prosedur medis dan keperawatan.
3.       Komplikasi
Komplikasi yang bias ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan.
4.       Manifestasi prilaku
Menurut Stuart and Sundeen (1998) pErilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah :
a.       Mengkritik diri sendiri dan orang lain karena merasa diri kurang sempurna sehungga akan timbul penurunan produktivitas sebab asumsi diri yang tidak berguna maka timbul penurunan destruktif yang di arahkan ke orang lain, orang lain merasa lebih dari dirinya yang mengakibatkan gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu dan selalu merasa bersalah.
b.       Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan dan selalu mempunyai perasaan negative terhadap dirinya, terjadi ketegangan peran, pandangan hidup yang pesimis sampai pada keluhan fisik.
c.       Pandangan hidup yang bertentangan menjadikan penolakan terhadap kemampuan personal dan destruktif yang mengarah pada diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara social, penyalahgunaan obat yang dilakukan mengakibatkan kecemasan.

5.   Psikopatologi
Diawali dengan individu merasa malu terhadap diri sendiri karena kegagalan yang dialaminya. Kemudian akan merasa bersalah akan dirinya sendiri, menyalahkan atau mengejek diri sendiri karena menganggap bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu merasa dirinya tidak berguna maka akan mengasingkan diri kemudian individu mengalami rasa kurang percaya diri dan individu sukar untuk mengmbil keputusan bagi dirinya sendiri. Hal ini mengakibatkan individu bisa menarik diri, mengalami halusinasinya mencederai diri sendiri atau orang lain. Tanda – tanda tersebut merupakan akibat dari harga diri rendah.

C. Rentang respon konsep – diri menurut sturt and sundeen ( 1998 )
 

Respon adaptif                                                                         respon maladaptif        
 

Aktualisasi    konsep diri    harga diri           kekacauan          depersonalisasi  
     Diri            positif            rendah               identitas                                                
    
a.       Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien untuk menghadapi masalah dan bisa memecahkannya.
1)      Aktualisasi Diri
Adalah kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri termasuk persepsi saat lalu akan diri dan perasaannya.
2)      Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam mengahdapi hidupnya.
b.       Respon maladptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu tudak dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun respon maladaptive gangguan konsep diri adalah :
1)      Gangguan harga diri
Adalah transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptive


2)      Kerancuan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3)      Depersonalisasi
Yaitu mempunyai keptibadian yang kurang sehat, tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara intim, tidak ada rasa percaya diri, dan tidak dapat membina hubungan dengan orang lain.

D. Pengkajian Keperawatan

1.   Prilaku yang berhubungan dengan harga – diri yang rendah :
a.       Mengkritik diri sendiri dan atau orang lain.
b.       Gangguan dalam berhubungan.
c.       Perasaan tidak mampu.
d.      Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.
e.       Keluhan fisik.
f.        Pandangan hidup yang pesimis.
g.       Penolakan terhadap kemampuan personal.

2.   perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas
a.    Sifat kepribadian yang bertentangan.
b.   Kerancuan gender.
c.    Tingkat ansietas yang tinggi


3.   Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi
a.    Afektif
1)   Mengalami kehilangan identitas
2)   Perasaan terpisah dari diri sendiri
3)   Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu.
4)   Perasaan takrealistis
4)   Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk mencapai sesuatu
b.   Perseptual
1)   Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2)   Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
3)   Gangguan citra tubuh
4)   Mengalami dunia seperti dalam mimpi
c.    Kognitif
1)   Bingung
2)   Disorientasi waktu
3)   Gangguan berpikir
4)   Gangguan daya ingat
5)   Gangguan penilain
d.   Prilaku
1)   Afek yang tumpul
2)   Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespon
3)   Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik
4)   Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
5)   Menarik diri secara social
4.   Mekanisme Koping
Menurut Stuart and Sundeen ( 1998 ), mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a.    Pertahanan jangka pendek
1)      Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas (misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif)
2)      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal : ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng)
3)      Aktivitas yang secara sementara meningkatkan perasaan diri (misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
4)      Aktivitas yang mewakili uapaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat).
b.   Pertahanan koping jangka panjang, termasuk berikut ini :
a.       Penutupan identitas merupakan adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
b.       Identitas negative merupakan asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c.    Mekanisme pertahanan ego, termasuk penggunaan pantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, pergeseran ( displacement ), peretakan ( splitting ), berbalik marah pada diri sendiri dan amuk.



POHON MASALAH

                                                                        Isolasi sosial 
 


                                                                       harga diri rendah

                                                                  Gangguan citra tubuh
1.   Masalah keperawatan
a.    Isolasi sosial 
b.   harga diri rendah
c.    Gangguan citra tubuh
d.   Perilaku kekerasan
       

E.   Diagnosa Keperawatan

1. gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial

F.   Intervensi Keperawatan

a.    Perencanaan
Setelah masalah keperawatan ditegakkan, langkah selanjutnya yaitu membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan, adapun perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :

Diagnosa Keperawatan 1    

Harga diri rendah
Tujuan Umum : klien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan khusus 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi  :
a.       Wajah bersahabat.
b.       Menunjukkan rasa senang.
c.       Ada kontak mata.
d.      Mau berjabat tangan.
e.       Mau menyebutkan nama.
f.        Mau menjawab salam.
g.       Kien mau duduk berdampingan dengan perawat.
h.       Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
 Intervensi
a.                   Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapetik dengan cara sapa klien dengan ramah baik verbal dan nonverbal.
b.                  Perkenalkan diri dengan sopan.
c.                   Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.                  Jelaskan tujuan pertemuan.
e.                   Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
f.                   Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi selanjutnya.
Tujuan khusus 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria evaluasi : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki : kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
Intervensi
a.                    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Rasional : diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol  diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan. 
b.                  Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif. Rasional : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c.                   utamakan memberi pujian yang realistis. Rasional : pujian yang realistis tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanyaa karena ingin mendapatkan pujian.
Tujuan khusus 3 :  klien dapat meniali kemampuan yang digunakan.
Kriteria evaluasi : klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Intervensi : diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Rasional :  keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah, pengertian tentang kemampuan yang dimilikidiri memotivasi utnuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tujuan khusus 4 : klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria evaluasi : klien membuat rencana kegiatan harian.
Intervensi
a.                    Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total. Rasional : klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendir.
b.                  Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien. Rasional : klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
c.                   Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Rasional : contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tujuan khusus 5 :  Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Intervensi
a.                   Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Rasional : memberikan kesempatan kepada klien di rumah.
b.                   Beri pujian atas keberhasilan klien. Rasional : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
c.                    Diskusikan kemungkinana pelaksanaan di rumah. Rasional : memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
Tujuan khusus 6 : klien dapat memanfaatkan sistem yang ada.
Kriteria evaluasi :  Klien memanfaatkan sistem yang ada di keluarga.
Intervensi
a.                   Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri dirumah.
b.                  Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. Rasional ; support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
c.                   Bantu kelurga menyiapkan lingkungan di rumah. Rasional ; meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

Penatalaksanaan Medik

1.   Chlorpromazine
      a.    Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran tinggi terganggu, daya nilai norma, sosial, dan tilik diri terganggu,berdaya berat dalam fungsi – fungsi mental, waham, halusinasi, gangguan peran dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari – hari,tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
      b.   Mekanisme Kerja
Memblokade dopamine pada reseptor sinaps di otaknya khususnya pada system pyramidal.
c.    Efek samping
Gangguan otonomik, hipotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung, gangguan ekstra pyramidal (distosia akut, ataksia, syndrome Parkinson, tremor, bradikinesia dan rigidasi), gangguan endokrin (aminorhea, ginekomasti), metabolic (joundise), hepatologis, arganulosis biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
      d.   Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung , febris, ketergantungan obat, penyakit susunan saraf pusat, gangguan kesadaran disebabkan depresan.
2.   Halloperidol
     a.    Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
      b.   Mekanisme Kerja
Obat antipsikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor parasimpatik neuron diotak, khususnya system limbik dan system ekstra pyramidal.
     c.     Efek Samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik atau parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan depekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
d.   Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung , febris, ketergantungan obat, penyakit susunan saraf pusat, gangguan kesadaran.
3.   Trihexyphenidyl
a.    Indikasi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaenchepalitis dan idiopatik, syndrome Parkinson.
b.   Mekanisme Kerja
Sinergis dan kinidenie, Obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
c.    Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, muntah, bingung, agitasi, Konstipasi, tachikardia, dilatasi ginjal, dan retensi urine.
d.   Kontra indikasi
Hipersensitif pada Trihexyphenidyl, glaucoma, sudut sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hypertrophy prostate dan obstruksi saluran cerna.
4.   Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Merupakan suatu jenis pengobatan somatic dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelvis.Pada dasarnya digunakan untuk pegobatan depresi, obat mania hingga menuju bunuh diri, kontra indikasinya pada tumor otak dan infarkmiokard.

5.   Terrapi aktivitas kelompok
a.    Identifikasi hal positif yang ada pada diri
b.   Melatih hal positif yang ada pada diri
6.   Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mencurahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas pada tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. 
Menggunakan pekerjaan atau kegiatan sebagai media pelaksanaan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah, Terapi okupasi diberikan dalam bentuk terapi aktivitas kelompok mengenai cara bersosialisasi, cara berkenalan, identivikasi kemampuan diri dan melatih hal positif yang ada pada diri klien.

 G.       Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuiakan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana keperawatan. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal. Seblum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan klien sesuai kondisi saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan setelah semua itu tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan pada saat dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua yang dilaksanakan beserta respon klien. (Nursalam, BSN, 2001).
       

H.  Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP, sebagai pola pikir :
S    =   Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O   =   Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A   =   Analisa ulang atas subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada
P    =   Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
Rerncana tindak lanjut berupa
a.       Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah
b.       Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan telah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.
c.       Rencana dibatalkan jika menemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa yang dibatalkan.
d.      Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi baru.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga di motivasi untuk melakukan self – reinforcement. (Nursalam, BSN, 2001).

       

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. J. Lynda. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta. EGC
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC
Stuart and Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta. EGC
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC
Townsend, Mary C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman untuk Pembuatan Renscana Perawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Tim Pengembang MPKP RS Marzoe Mahdi Bogor. (2002). Standar Operasional (SOP) Rencana Keperawatan Jiwa. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar