TINJAUAN
TEORI
A. KONSEP DASAR
Konsep diri
didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari
sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan
orang terdekat, dan dengan realitas dunia.( Stuart and Sundeen, 1998.hal
: 227 )
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.( Suliswati, 2005.hal : 89 )
Gangguan konsep diri
merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau berada pada risiko
mengalami suatu keadaan negative dari perubahan mengenai perasaan, pikiran atau
pandangan mengenai dirinya.
Hal ini meliputi perubahan dalam citra
tubuh, ideal diri, penampilan peran atau identitas pribadi. ( Carpenitto, Lynda
Juall, 2000. hal : 345 )
b. Harga diri
Harga diri adalah
penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan menganalisis
seberapabanyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya, dan harga diri di
peroleh dari diri sendiri dan orang lain. ( Suliswati, dkk. 2005. hal : 93 )
Harga diri adalah
penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya.
(
Stuart and Sundeen, 1998. hal : 227 )
c.
Gangguan harga diri
Gangguan harga diri
adalah dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif
tentang kemampuan diri. ( Carpenitto, Lynda Juall. 2001. hal : 352 )
Harga diri
rendah adalah segala rasa kurang
berharga yang timbul karena ketidak mampuan psikologis atau social yang dirasa
secara subjektif, ataupun karena jasmani yang kurang sempurna. ( Sunaryo, 2004. hal : 108 )
Harga diri rendah
adalah evaluasi diri dan perasaan – perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative, yang di ekdpresikan secara langsung atau tidak langsung. ( Mary
C.Townsend. 1998. hal : 138 )
Harga diri rendah
adalah dimana keadaan individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenal
diri atau kemampuan dalam waktu lama. ( Carpenitto, Lynda Juall. 2001.
hal : 356 )
Menurut Stuart and Sundeen (1998), konsep diri terdiri atas
komponen-kompenen berikut ini :
1.
Citra tubuh adalah kumoulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhdap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan
sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
2.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana
dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai
personal tertentu.
3.
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperolah dengan menganalisa seberapa baik prilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri.
4.
Penampilan peran merupakan pola prilaku yang diharapkan
oleh lingkungan social berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
social.
5.
Identitas personal merupakan pengorganisasian prinsip
dari kepribadian yang bertanggungjawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsistensi, dan keunikan individu.
Menurut Stuart and Sundeen ( 1998 ), undividu dengan kepribadian
yang ehat akan mengalami hal – hal berikut ini :
1. Citra tubuh yang positif dan sesuai.
2.
Ideal diri yang realistis.
3.
Konsep diri yang positif.
4.
Harga diri yang tinggi.
5.
Penampilan peran yang memuaskan.
6.
Rasa identitas yang jelas.
Dari pengertian yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga
diri rendah adalah penilaian individu terhadap diri sendiri tentang seberapa
jauh prilaku sesuai dengan harapan atau cita – cita dan ideal diri, individu
akan megalami gangguan harga diri yakni perasaan negatif terhadap diri sendiri.
B. Psikodinamika
1. Etiologi
Menurut
Kelliat, B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat
terjadi secara :
a.
Situasional
Yaitu
terjadi trauma yang tiba –tiba, misalnya haru operasi kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba )
Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena :
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya
: Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter,pemeriksaan perineal )
2) Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit
atau penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak
menghargai,Misalnya pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b.
Maturasional
Ada beberapa factor yang berhubungan
dengan maturasi adalah :
1)
Bayi/Usia bermain/Pra sekolah
Berhubungan
dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan dengan orang tua,
evaluasi negative dari orang tua, tidak
adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan mempercayai orang terdekat
2)
Usia sekolah
Berhubungan
dengan kegagalan mencapai tingakat atau peringkat objektif, kehilangan kelompok
sebaya, umpan balik negative berulang
3)
Remaja
Pada
usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan teman
sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran an kehilangan
orang terdekat.
4)
Usia sebaya
Berhubungan dengan perubahan yang
berkaitan dengan penuaan.
5)
Lansia
Berhubungan dengan kehilangan ( orang,
financial, pensiun )
c.
Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama
yaitu sebelum sakit atau dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative.
Kejadian dirumah sakit akan menabah persepsi negative terhadap dirinya.
2. Proses
a. Faktor Predisposisi
Menurut
stuart and sundeen ( 1998 ), berbagai factor penunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1)
Faktor yang mempengaruhi harga diri
meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang kali.
2)
Faktor yang mempengarui penampilan peran
adalah tuntunan peran kerja, dan harapan peran cultural.
3)
Faktor yang mempengaruhi identitas
personal meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam struktur social.
b.
Factor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal :
1) trauma
seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.
2)
Ketegangan
peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada
tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan adalah
perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk
perubahan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan untuk penyesuaian diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan
bertambah berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat – sakit sebagai
pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
(1)
kehilangan sebagian tubuh.
(2) perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan
fungsi tubuh.
(3) perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh
kembang normal.
(4)
prosedur medis dan keperawatan.
3.
Komplikasi
Komplikasi
yang bias ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko
mencederai diri sendiri dan lingkungan.
4.
Manifestasi prilaku
Menurut Stuart and Sundeen (1998) pErilaku
yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah :
a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
karena merasa diri kurang sempurna sehungga akan timbul penurunan produktivitas
sebab asumsi diri yang tidak berguna maka timbul penurunan destruktif yang di
arahkan ke orang lain, orang lain merasa lebih dari dirinya yang mengakibatkan
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu dan selalu merasa bersalah.
b. Mudah tersinggung atau marah yang
berlebihan dan selalu mempunyai perasaan negative terhadap dirinya, terjadi
ketegangan peran, pandangan hidup yang pesimis sampai pada keluhan fisik.
c. Pandangan hidup yang bertentangan
menjadikan penolakan terhadap kemampuan personal dan destruktif yang mengarah
pada diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara social, penyalahgunaan
obat yang dilakukan mengakibatkan kecemasan.
5. Psikopatologi
Diawali dengan individu merasa malu
terhadap diri sendiri karena kegagalan yang dialaminya. Kemudian akan merasa
bersalah akan dirinya sendiri, menyalahkan atau mengejek diri sendiri karena
menganggap bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu merasa dirinya tidak
berguna maka akan mengasingkan diri kemudian individu mengalami rasa kurang
percaya diri dan individu sukar untuk mengmbil keputusan bagi dirinya sendiri.
Hal ini mengakibatkan individu bisa menarik diri, mengalami halusinasinya
mencederai diri sendiri atau orang lain. Tanda – tanda tersebut merupakan
akibat dari harga diri rendah.
C. Rentang
respon konsep – diri menurut sturt and sundeen ( 1998 )
Respon adaptif
respon maladaptif
Aktualisasi konsep diri harga diri kekacauan depersonalisasi
Diri positif rendah identitas
a. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi
klien untuk menghadapi masalah dan bisa memecahkannya.
1)
Aktualisasi Diri
Adalah kesadaran akan diri berdasarkan
atas observasi mandiri termasuk persepsi saat lalu akan diri dan perasaannya.
2)
Konsep diri positif
Menunjukkan
individu akan sukses dalam mengahdapi hidupnya.
b.
Respon maladptif adalah respon individu dalam
menghadapi masalah dimana individu tudak dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun
respon maladaptive gangguan konsep diri adalah :
1)
Gangguan harga diri
Adalah transisi antara respon konsep diri
adaptif dan maladaptive
2)
Kerancuan identitas
Identitas
diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan.
3)
Depersonalisasi
Yaitu
mempunyai keptibadian yang kurang sehat, tidak dapat berhubungan dengan orang
lain secara intim, tidak ada rasa percaya diri, dan tidak dapat membina
hubungan dengan orang lain.
D. Pengkajian Keperawatan
1. Prilaku
yang berhubungan dengan harga – diri yang rendah :
a.
Mengkritik diri sendiri dan atau orang lain.
b.
Gangguan dalam berhubungan.
c.
Perasaan tidak mampu.
d.
Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri.
e.
Keluhan fisik.
f.
Pandangan hidup yang pesimis.
g.
Penolakan terhadap kemampuan personal.
2. perilaku
yang berhubungan dengan kerancuan identitas
a. Sifat
kepribadian yang bertentangan.
b. Kerancuan
gender.
c. Tingkat
ansietas yang tinggi
3. Perilaku
yang berhubungan dengan depersonalisasi
a. Afektif
1) Mengalami
kehilangan identitas
2) Perasaan
terpisah dari diri sendiri
3) Perasaan
tidak aman, rendah, takut, malu.
4) Perasaan
takrealistis
4) Ketidakmampuan
untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk mencapai sesuatu
b. Perseptual
1) Halusinasi
pendengaran dan penglihatan
2) Kebingungan
tentang seksualitas diri sendiri
3) Gangguan
citra tubuh
4) Mengalami
dunia seperti dalam mimpi
c. Kognitif
1) Bingung
2) Disorientasi
waktu
3) Gangguan
berpikir
4) Gangguan
daya ingat
5) Gangguan
penilain
d. Prilaku
1) Afek
yang tumpul
2) Keadaan
emosi yang pasif dan tidak berespon
3) Komunikasi
yang tidak serasi atau idiosinkratik
4) Kehilangan
kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
5) Menarik
diri secara social
4. Mekanisme
Koping
Menurut
Stuart and Sundeen ( 1998 ), mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a.
Pertahanan jangka pendek
1)
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
krisis identitas (misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif)
2)
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara (misal : ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik,
kelompok atau geng)
3)
Aktivitas yang secara sementara meningkatkan perasaan
diri (misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
4)
Aktivitas yang mewakili uapaya jangka pendek untuk
membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal
: penyalahgunaan obat).
b. Pertahanan koping jangka panjang, termasuk berikut ini :
a. Penutupan identitas merupakan adopsi
identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
b.
Identitas negative merupakan asumsi identitas yang
tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai dan harapan masyarakat.
c.
Mekanisme pertahanan ego, termasuk
penggunaan pantasi, disosiasi, isolasi, projeksi, pergeseran ( displacement ),
peretakan ( splitting ), berbalik marah pada diri sendiri dan amuk.
POHON MASALAH
Isolasi sosial
harga diri rendah
Gangguan citra tubuh
1. Masalah
keperawatan
a. Isolasi sosial
b. harga diri rendah
c.
Gangguan citra tubuh
d. Perilaku
kekerasan
E. Diagnosa Keperawatan
1. gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
F. Intervensi Keperawatan
a. Perencanaan
Setelah masalah keperawatan ditegakkan,
langkah selanjutnya yaitu membuat perencanaan untuk mengatasi masalah
keperawatan, adapun perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan 1
Harga diri rendah
Tujuan Umum : klien memiliki
konsep diri yang positif
Tujuan khusus 1 : klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi :
a. Wajah bersahabat.
b. Menunjukkan rasa senang.
c. Ada kontak mata.
d. Mau berjabat tangan.
e. Mau menyebutkan nama.
f.
Mau
menjawab salam.
g. Kien mau duduk berdampingan dengan
perawat.
h. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi
a.
Bina
hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapetik
dengan cara sapa klien dengan ramah baik verbal dan nonverbal.
b.
Perkenalkan
diri dengan sopan.
c.
Tanyakan
nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.
Jelaskan
tujuan pertemuan.
e.
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya.
f.
Beri
perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Rasional : hubungan
saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi selanjutnya.
Tujuan khusus 2 : Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria evaluasi : klien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki : kemampuan
yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan yang dimiliki
klien.
Intervensi
a.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien. Rasional : diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai
realitas, kontrol diri atau integritas
ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan.
b.
Setiap
bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif. Rasional :
reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
c.
utamakan
memberi pujian yang realistis. Rasional : pujian yang realistis tidak
menyebabkan klien melakukan kegiatan hanyaa karena ingin mendapatkan pujian.
Tujuan khusus 3 : klien dapat meniali kemampuan yang digunakan.
Kriteria evaluasi :
klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Intervensi : diskusikan
dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Rasional : keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan
yang dimiliki adalah prasarat untuk berubah, pengertian tentang kemampuan yang
dimilikidiri memotivasi utnuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tujuan khusus 4 : klien
dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria evaluasi : klien membuat rencana kegiatan
harian.
Intervensi
a.
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total. Rasional : klien
adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendir.
b.
Tingkatkan
kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien. Rasional : klien perlu
bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
c.
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Rasional : contoh
peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tujuan khusus 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya.
Kriteria evaluasi : Klien
melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Intervensi
a.
Beri
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Rasional
: memberikan kesempatan kepada klien di rumah.
b.
Beri pujian atas keberhasilan klien. Rasional
: reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
c.
Diskusikan kemungkinana pelaksanaan di rumah. Rasional : memberikan
kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
Tujuan khusus 6 : klien
dapat memanfaatkan sistem yang ada.
Kriteria evaluasi : Klien memanfaatkan sistem yang ada di
keluarga.
Intervensi
a.
Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah. Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
dirumah.
b.
Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. Rasional ; support sistem
keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
c.
Bantu
kelurga menyiapkan lingkungan di rumah. Rasional ; meningkatkan peran serta
keluarga dalam merawat klien di rumah.
Penatalaksanaan Medik
1. Chlorpromazine
a.
Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya
berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran tinggi terganggu, daya nilai
norma, sosial, dan tilik diri terganggu,berdaya berat dalam fungsi – fungsi
mental, waham, halusinasi, gangguan peran dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari – hari,tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b.
Mekanisme Kerja
Memblokade dopamine pada reseptor sinaps di
otaknya khususnya pada system pyramidal.
c.
Efek samping
Gangguan otonomik, hipotensi, antikolinergik /
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung,
gangguan ekstra pyramidal (distosia akut, ataksia, syndrome Parkinson, tremor,
bradikinesia dan rigidasi), gangguan endokrin (aminorhea, ginekomasti),
metabolic (joundise), hepatologis, arganulosis biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
d. Kontra
indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung , febris, ketergantungan obat, penyakit susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran disebabkan depresan.
2. Halloperidol
a. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Mekanisme Kerja
Obat antipsikosis dalam memblokade dopamine pada
reseptor parasimpatik neuron diotak, khususnya system limbik dan system ekstra
pyramidal.
c. Efek
Samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik atau parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam
miksi dan depekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung).
d.
Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung , febris, ketergantungan obat, penyakit susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran.
3. Trihexyphenidyl
a. Indikasi
Segala
jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaenchepalitis dan idiopatik, syndrome
Parkinson.
b. Mekanisme
Kerja
Sinergis
dan kinidenie, Obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
c. Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing,
muntah, bingung, agitasi, Konstipasi, tachikardia, dilatasi ginjal, dan retensi
urine.
d.
Kontra indikasi
Hipersensitif pada Trihexyphenidyl, glaucoma, sudut
sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hypertrophy prostate dan obstruksi
saluran cerna.
4.
Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Merupakan
suatu jenis pengobatan somatic dimana arus listrik digunakan pada otak melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelvis.Pada dasarnya digunakan untuk pegobatan
depresi, obat mania hingga menuju bunuh diri, kontra indikasinya pada tumor
otak dan infarkmiokard.
5.
Terrapi aktivitas kelompok
a. Identifikasi hal positif yang ada pada diri
b. Melatih hal positif yang ada pada diri
6. Terapi okupasi
Terapi
okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mencurahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas pada tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
Menggunakan
pekerjaan atau kegiatan sebagai media pelaksanaan pada klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah, Terapi okupasi diberikan dalam bentuk terapi
aktivitas kelompok mengenai cara bersosialisasi, cara berkenalan, identivikasi
kemampuan diri dan melatih hal positif yang ada pada diri klien.
G. Implementasi
Keperawatan
Implementasi
disesuiakan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
implementasi jauh berbeda dengan rencana keperawatan. Hal ini terjadi karena
perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal. Seblum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan di butuhkan
klien sesuai kondisi saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,teknikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan setelah semua itu tidak ada hambatan maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan pada saat dilaksanakan tindakan
keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang
akan dikerjakan serta peran klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua yang
dilaksanakan beserta respon klien. (Nursalam, BSN, 2001).
H. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu evaluasi proses
atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
tujuan umum yang telah ditentukan.
Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP, sebagai pola pikir :
S
= Respon
subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O
= Respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A
= Analisa
ulang atas subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap
atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada
P
= Perencanaan
atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
Rerncana tindak lanjut berupa
a. Rencana teruskan, jika masalah tidak
berubah
b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap,
semua tindakan telah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika menemukan masalah
baru dan bertolak belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa yang
dibatalkan.
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan
sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi
baru.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam
evaluasi agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan
memelihara pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan
perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga di motivasi untuk melakukan
self – reinforcement. (Nursalam, BSN, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. J. Lynda. (2001). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. Jakarta. EGC
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC
Stuart and Sundeen. (1998). Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta. EGC
Stuart, Gail W.
(2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta . EGC
Townsend, Mary C.
(1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri : Pedoman
untuk Pembuatan Renscana Perawatan. Edisi 3. Jakarta . EGC
Tim Pengembang MPKP
RS Marzoe Mahdi Bogor .
(2002). Standar Operasional (SOP)
Rencana Keperawatan Jiwa. Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar