A.
Pengertian
Ada beberapa pengertian tentang
menua diantaranya menurut Tim
pengajar FKUI 1999, Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas ( termasuk infeksi ) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita
Menurut Nugroho 2000, Menua adalah proses yang terus-menerus
berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umum dialami pada semua
makhluk hidup.
Sedangkan Menurut Shirley Rose Tyson 1999, Menua adalah
suatu proses yang dimulai dari saat konsepsi dan ini merupakan bagian normal
dari masa pertumbuhan dan perkembangan dan juga penurunan kemampuan dalam
mengganti sel-sel yang rusak.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
menua adalah suatu proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah dan
merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan dimana
menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.
B.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada lanjut usia
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan
suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang.
Proses menua pada lansia dapat mempengaruhi berbagai macam aspek yang meliputi
aspek biologis, psikologis, social, spiritual.
Proses menua juga dipengaruhi oleh berbagai fakor antara
lain faktor intrinsik dan ekstrinsik. Proses menua terjadi pada berbagai organ
atau sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, kardio vaskuler, endokrin,
pencernaan, musculoskeletal, perkemihan, persarafan dan sensori persepsi.
Perubahan anatomis pada sistem pernapasan antara lain
perubahan pada dinding dada sehingga akan terjadi perubahan bentuk dan ukuran
dada. Keadaan ini dapat mengakibatkan sudut epegastrik dan volume rongga dada
relative mengecil, otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi,
berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli serta penurunan elastisitas
parenkim paru. Selain itu perubahan fisiologis system pernapasan akan
mengakibatkan penurunan kekuatan gerak napas. Gangguan pendistribusian udara,
gangguan transport gas dan gangguan perubahan ventilasi paru. Sehingga masalah
yang dapat ditimbulkan antara lain asma, PPOK, TBC, Pneumoni, Carcinoma paru,
Bronkhitis.
Pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada dinding
media aorta, berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan klasifikasi jaringan fibrosa katup
tersebut. Masalah yang dapat ditimbulkan pada sistem kardiovaskuler yaitu
hipertensi, penyakit jantung koroner, perikarditis, gagal jantung, dll. Pada sistem
endokrin terjadi penurunan hormon antara lain hormone GH, TSH, LH, FSH, dll
yang dapat menimbulkan masalah antara lain DM, hipertiroid, hipotiroid, dsb.
Pada sistem pencernaan terjadi kehilangan gigi, kerusakan
gigi, menurunnya produksi kelenjar saliva, sukar menelan, konstipasi, dsb.
Selain itu juga terjadi penurunan pada sistem musculoskeletal antara lain
berkurangnya kekuatan otot-otot pergerakan, berkurangnya koordinasi sehingga
dapat menyebabkan fraktur, osteoporosis, rematik, dll.
Pada sistem perkemihan jumlah darah yang difiltrasi oleh
ginjal berkurang karena gangguan jantung dan disebabkan juga oleh berkurangnya
jumlah dan ukuran glomerulus yang merupakan tempat menfiltrasi plasma dan
akhirnya dapat menimbulkan masalah seperti BPH ,tumor saluran kemih gagal
ginjal dan sebagainya.
Pada sistem persarafan terjadi perubahan yaitu menurunya
berat otak 10-20 % sehingga terjadi difisit memori dan menimbulkan masalah seperti
dimensia konfulsi epilepsi, Parkinson dan lain-lain.
Pada sistem pendengaran terjadi resbiakusis ( hilangnya
kemampua atau daya pendengaran ada telinga dalam ) , membran timpani menjadi
atropi, terjadi pengumpulan serumen. Pada sistem pengelihatan perubahan yang terjadi
adalah hilangnya respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi dan susah melihat
alam cahaya gelap serta menurunya lapang pandang. Kemunduran-kemunduran yang
telah disebutkan itu mempunyai dampak terhadap tingkah laku dan terhadap
perasaan orang yang memasuki usia lanjut.
C.
Pendekatan
Perawatan Lanjut Usia
Menurut
Nugroho (2000), pendekatan yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok lansia antara lain :
1. Pendekatan
fisik, secara umum perawatan fisik bagi kelompok lansia dapat dibagi atas 2
bagian yakni :
a.
kelompok
lansia yang masih aktif yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga unuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
b.
Kelompok
lansia yang pasif/tidak dapat bangun yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila
kebersihan kurang mendapat perhatian.
2. Pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting
untuk melakukan pendekatan edukatif pada kelompok lansia antara lain, sebagai
supoter, interpreter, dan menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hoby yang
dimilikinya, mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan
sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya.
3. Pendekatan sosial, mengadakan diskusi, tukar pikiran
dan bercerita merupakan salah satu usaha perawat dalam melakukan pendekatan sosial.
Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama kelompok lansia yang
berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan komunikasi dalam perawatan
tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan
atau ketenangan para lansia.
4. Pendekatan spiritual, perawat harus bisa memberikan
ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang
dianutnya, terutama bila lansia dalam keadaan sakit atau memdekati kematian.
Semua pendekatan diatas dapat dilakukan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada kelompok lansia. Dan pendekatan yang
harus dilakukan harus berkesinambungan sesuai dengan keaadan lansia. Setiap
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia harus memahami semua
konsep di atas agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat mencapi sasaran
yang diharakan. Selanjutnya akan diurakan tentang konsep asuhan keperawatan
kelompok lansia.
D.
Asuhan
Keperawatan Kelompok Khusus Lansia
Pad sub Bab ini akan diuraikan tentang pengertian
kelompok khusus dan asuhan keperawatan kelompok khusus, tujuan, sasaran, ruang
lingkup kegiatan, prinsip dasar serta tahapan asuhan keperawatan kelompok.
1.
Pengertian
kelompok khusus dan asuhan keperawatan kelompok khusus
Menurut Effendi (1998), kelompok khusus adalah seklompok
masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental, maupu sosial budaya
dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan,
dan asuhan keperawatan, karena ketidakampuan dan ketidaktahuan mereka dalam
memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya. Sedangkan asuhan keperawatan
kelompok khusus adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada kelompok- kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan kesehatan serta rawan masalah kesehatan, yang
dilaksanakan secara terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok
dan derajat kesehatannya. Mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan
tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif, yang ditujukan pada mereka
yang tinggal di panti dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, diberikan
oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses
keperawatan.
2.
Tujuan
asuhan keperawatan kelompok khusus
Tujuan asuhan keperawatan kelompok khusus terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum asuhan keperawatan kelompok khusus
adalah meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat
menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergangtung terhadap
orang lain. Sedangkan tujuan khususnya adalah agar kelompok khusus mampu :
a.
Mengidentifikasi
masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis
dan tipe kelompok.
b.
Menyusun
perencanaan asuhan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang
terdapat pada kelompok.
c.
Menanggulangi
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan rencana yang
telah disusun bersama.
d.
Meningkatkan
kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatannya.
e.
Mengurangi
ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan
diri sendiri.
f.
Meningkatkan
produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka
meningkatkan kemampuannya sendiri.
g.
Memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas
dalam rangka pengembangan yankes masyarakat.
3.
Sasaran
asuhan keperawatan kelompok khusus
Ada 2 sasaran pokok pembinaan kelompok khusus yaitu :
melalui institusi yang menyelenggarakan yankes terhadap kelompok khusus dan
pelayanan kelompok khusus yang ada di masyarakat yang terorganisir secara baik
atau melalui posyandu, kelompok khusus dengan ciri khas tertentu, misalnya
kelompok lansia, kelompok penderita kusta, TBC, dll.
4.
Ruang
lingkup kegiatan asuhan keperawatan kelompok khusus
Kegiatan asuhan keperawatan kelompok khusus mencakup
uapaya promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif melalui
kegiatan-kegiatan yang terorganisasi sbb :
a.
Yankes
dan keperawatan
b.
Penyuluhan
kesehatan
c.
Bimbingan
dan penyelesaian masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas
panti.
d.
Penemuan
kasus secara dini
e.
Melakukan
rujukan medik dan kesehatan
f.
Melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau
pusat-pusat rehabilitasi kelompok khusus
g.
Ahli
teknoligi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti dan kader
kesehatan.
5.
Prinsip
dasar asuhan keperawatan kelompok khusus
Yang menjadi prinsip dasar dalam asuhan keperawatan
kelompok khusus adalah :
a.
Meningkatkan
kemempuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan mereka sendiri
b.
Menekankan
pada upaya promotif dan prefentif dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif
c.
Pendekatan
yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah proses keperawatan
yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.
d.
Melibatkan
peran serta masyarakat khusunya petugas panti, kader kesehatan dan kelompok
sebagai sasaran pelayanan
e.
Dilakukan
di institusi pelayanan yang menyelenggarakan yankes kelompok khusus di
masyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
f.
Ditekakan
pada pembinaan prilaku penghuni panti, petugas panti, lingkungan panti bagi
yang di institusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah
prilaku hidup sehat.
6.
Tahapan
asuhan keperawatan kelompok khusus
Dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok khusus ada 4
tahapan yang dapat dilaksanakan yaitu tahap persiapan, perncanaan, perlaksanan
dan penilai yang akan di uraikan sebagai berikut :
a. Tahap persiapan,
langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
1) Mengidentifikasi
jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah
panti atau
pusat-pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
2) Mengadakan pendekatan sebagi penjajakan awal
pembinaan kelompok khusus
terhadap institusi yang menyelengarakan
pelayanan kesehatan terhadap kelompok
khusus yang ada dimasyarakat.
3) Mengidentifikasi masalah kelompok khusus dimasyarakat
dan dipanti atau institusi melaui pengumpulan data.
4) Menganalisa
data kelompok khusus untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah
kesehatan dan keperawatan dimasyarakat dan di institusi.
5) Melibatkan kader kesehatan dan petugas panti
pada semua kegiatan persiapan
b. Tahap perencanaan, pada tahap ini bersama-sama petugas
panti dan kader kesehatan menyusun rencana untuk mengatasi masalah kesehatan
dan keperawatan yang menyangkut rencana kegiatan yang menguraikan tujuan
sasaran, biaya, pelayanan dan kreteria hasil, jadwal kunjungan dan
pengorganisasian kegiatan.
c. Tahap
pelaksanan, kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati bersama, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Kegiatan yang
dilaksanakan berupa pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti, pelayanan
kesehatan dan keperawatan, penyuluhan kesehatan, imunisasi, penemuan kasus dini
dan rujukan bila dianggap perlu serta pencatatan dan pelaporan kegiatan.
d. Tahap penilaian
, menilai kegiatan berdasarkan atas kriteria hasil yang telah disusun.
Penilaian dapat dilaksanakan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan
secara keseluruhan. Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian program
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Setelah menguraikan tahapan yang akan dilaksanakan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok khusus selanjutnya akan diuraikan langkah-langkah proses
keperawatan kelompok khusus.
7. Proses keperawatan
kelompok khusus
Dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok khusus
pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pengkajian, data
yang perlu dikaji pada kelompok khusus mencakup identitas kelompok, masalah
kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan, keikutsertaan dalam upaya
kesehatan, status kesehatan kelompok, dan kondisi sanitasi lingkungan tempat
tingal anggota kelompok.
b. Diagnosa, setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan
analisa data untuk menentukan masalah keperawatan kelompok. Diagnosa
keperawatan kelompok didasarkan pada masalah kesehatan yang dijumpai pada kelompok
dengan mempertimbangkan faktor resiko dan potensial terjadinya masalah. Selain
itu juga didasarkan pada kemampuan kelompok dalam menyelesaikan masalah yang
dapat dlihat dari segi sumber daya kelompok yang berkaitan dengan pinansial,
pengetahuan, dukungan keluarga masing-masing anggota kelompok dan sebagainya.
c. Perencanaan, setelah masalah teridentifikasi
dilanjutkan dengan penentuan prioritas
masalah dan rencana keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah yang perlu
dipertimbangkan adalah sifat masalah yang dihadapi kelompok, tingkat bahaya
yang mengancam kelompok , kemungkinan masalah dapat diatasi , berat ringannya
masalah yang dihadapi kelompok, dan sumber daya yang tersedia dalam kelompok.
Selanjutnya menyusun rencana keperawatan kelompok mencakup tujuan keperawatan
yang ingin dicapai, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan
kriteria hasil. Dalam menyusun rencana tindakan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1) Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun
rencana keperawatan.
2) Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya baik
berupa biaya tenaga sarana maupun waktu.
3) Kerjasama
lintas program dan lintas sektoral sehingga program pelayanan bersifat
menyeluruh.
d. Pelaksanaan, dalam
pelaksaan asuhan keperawatan kelompok khusus hal yang perlu diperhatikan adalah
:
1). Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh
tenaga keperawatan, petugas atau pengurus panti atau kader kesehatan sesuai
dengan kewenangan yang diberikan.
2). Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan
keterampilan keperawatan.
3). Di institusi lebih ditekankan kepada penghuni
panti, pengelola dan pengurus panti serta lingkungan panti.
4). Dimasyarakat
lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan, pengurus kelompok dan
keluarga.
Bila
ada masalah yang tidak dapat ditanggulangi, maka dilakukan rujukan medis dan
rujukan kesehatan
1.)
Adanya
keterpaduan pelayanan dengan sektor lain
2.)
Dicatat
dalam catatan perawatan yang telah ditetapkan
e. Evaluasi, dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan dengan cara
membandingkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan. Evaluasi
dilakukan bersama-sama kelompok dan merupakan respon kelompok terhadap program
kesehatan. Adapun jenis evaluasi terdiri dari evaluasi formatif untuk menilai
aktivitas program tiap hari, dan evaluasi sumatif untuk menilai sejauh mana
tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes,
E.Marlyn (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3 Jakarta : EGC
Luecennotte
dkk. (1996). Gerontologic Nursing.st.
Louis, Mobily Bear Book
Nugroho,
W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi
2. Jakarta : EGC
Soejono,
Czeesne Heriawa dkk.(2000). Pedoman Pengolahan
Kesehatan Pasien Geriatri untuk Dokter dan Perawat. Jakarta : FKUI (sumber
asli diterbitkan 2000).
Tyson,
Shirley Rose (1999). Gerontological
Nursing Care. Philadelphia: WB Saunders Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar