TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Sepsis
neonatorum adalah infeksi berat yang di derita neonatus dengan gejala sistemik
dan terdapat bakteri di dalam darah (perawatan bayi resiko tinggi, penerbit
buku kedokteran, Jakarta : EGC)
Sepsis
adalah mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darahh ( Dorland, 1998)
Sepsis
adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan
pertama kehidupan (Muscari, Mary E. 2005)
B. PATOFISIOLOGI
Penyebab
neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh
bakteri.
Penyebabnya
biasanya adalah infeksi bakteri:
- Ketuban
pecah sebelum waktunya
- Perdarahan
atau infeksi pada ibu.
- Penyebab
yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis
bakteri bervariasi tergantung tempat dan
waktu:
1. Streptococus group B (SGB)
2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu
3. Virus herpes simplek
4. Enterovirus
5. E. Coli
6. Candida
7. Stafilokokus. - Proses
persalinan yang lama dan sulit
- Kelahiran
kurang bulan
- trauma
lahir, asfiksia neonatus.
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri
dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan
perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada
sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian
dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation
(DIC) dan kematian (Bobak, 2005)
Patogenesis juga dapat terjadi
antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;
1.
Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menembus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menembus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
2.
Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
3.
Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melalui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melalui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.
Selain dari
faktor patofisiologi ada beberapa faktor yang menyebabkan
yaitu
:
4.
Faktor
predisposisi
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis.
Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis.
Faktor tersebut adalah :
a.
Penyakit infeksi yang diderita ibu
selama kehamilan
- Perawatan
antenatal yang tidak memadai
- Ibu
menderita eklampsia, diabetes mellitus
- Pertolongan
persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.
- Kelahiran
kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.
- Adanya
trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada
neonatus.
- Tidak
menerapakan rawat gabung
- Sarana
perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak
- Ketuban
pecah dini,
MANIFESTASI KLINIS
- Umum :
panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema
- Saluran
cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,
hepatomegali
- Saluran
nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
- Sistem
kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
- Sistem
syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol
- Hematologi:
Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif,
2000)
Jika tidak segera di tangani dapat mengakibatkan adanya komplikasi yaitu:
a. Dehidrasi
b. Asidosis
metabolik
c. Hipoglikemia
d. Anemia,
e. Hiperbilirubin
f. Meningitis
C. PENATALAKSANAAN
MEDIS
Prinsip
pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme tubuh dan
memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan
nutrisi.
Menurut
Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi
kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah
diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi
secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin
atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi.
Dosis
antibiotik untuk sepsis neonatorum.
- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
- Pertahankan kepatenen jalan napas
- Observasi tanda-tanda syok septik
- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia
- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.
- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.
- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.
- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.
- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.
- Pertahankan kepatenen jalan napas
- Observasi tanda-tanda syok septik
- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia
D. TUMBUH
KEMBANG
Penilaian
tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang
anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik.
Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan
lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat. Proses tumbuh kembang merupakan
proses yang ber-kesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti
pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses
interaksi yang terus menerus serta rumit antara faktor genetik dan faktor
lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut.
Perkembangan
mental, gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku dan bicara pada anak
balita sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni
prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Untuk perkembangan yang baik
dibutuhkan:
1.
Kesehatan dan gizi yang baik
daripada ibu hamil, bayi dan anak prasekolah.
2.
Simulasi/ rangsangan yang cukup
dalam kualitas dan kuantitas.
3.
Keluarga dan KIA-KB mempunyai peran
yang penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita.
Perkembangan anak dari lahir sampai dengan 3 bulan,
menurut
SKALA
YAUMIL-MIMI, yaitu:
1.
Belajar mengangkat kepala.
2.
Belajar mengikuti obyek dengan
matanya.
3.
Melihat ke muka orang dengan senyum.
4.
Bereaksi terhadap suara/ bunyi.
5.
Mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak.
6.
Menahan barang yang dipegangnya.
7.
Mengoceh spontan atau bereaksi
dengan mengoceh.
E. PENGKAJIAN
a.
Pengakajian dilakukan
melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :
- Sosial ekonomi
- Riwayat perawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
- Sosial ekonomi
- Riwayat perawatan antenatal
- Ada/tidaknya ketuban pecah dini
- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)
- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)
b.
Pada pengkajian fisik
ada yang akan ditemukan meliputi :
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambat
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
- Regurgitasi
- Peka rangsang
- Pucat
- Hipotoni
- Hiporefleksi
- Gerakan putar mata
- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
- Sianosis
- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
- Hipotermi
- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Pengisian kembali kapiler lambat
- Hipotensi
- Dehidrasi
- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
c.
Riwayat tumbuh kembang
·
Anamnesis riwayat
inkontipabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi
sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang di berikan ibu seelama
hamil/ persalinan.
·
Riwayat neonatal ada
ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat nafas, hepatitis neonatal,
sianosis, infeksi pasca natal.
·
Riwayat imunisasi
d.
Riwayat Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
adalah :
- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.
- Bilirubin
- Kadar gular darah serum
- Protein aktif C
- Imunogloblin IgM
- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.
- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.
F. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Hipertermi b.d efek endotoksin,
perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
2.
Resiko tinggi perubahan perfusi
jaringan b.d hipovolemia.
3.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.
4.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran
gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
minum sedikit atau intoleran terhadap minuman
6.
Gangguan pola nafas b.d apnea
7.
Koping individu tidak efektif b.d
kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.
G. RENCANA
KEPERAWATAN
1.
Hipertermi b.d efek endotoksin,
perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan metabolisme.
Tujuan/ kriteria hasil : Suhu tubuh dalam keadaan
normal ( 36,5-37 )
Intervensi :
Intervensi :
·
Pantau suhu
pasien
R : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
R : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
·
Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
R : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
R : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
·
Berikan kompres hangat, hindari
penggunaan alcohol
R : membantu mengurangi demam
R : membantu mengurangi demam
·
Kolaborasi dalam pemberian
antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen
R : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus
R : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus
2.
Resiko tinggi perubahan perfusi
jaringan b.d hipovolemia.
Tujuan/ kriteria hasil : mempertahankan perfusi
jaringan
Intervensi
:
·
Pertahankan tirah baring
R:
menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen
·
Pantau perubahan pada tekanan
darah
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah
·
Pantau frekuensi dan irama jantung,
perhatikan
disritmia
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
·
Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan
kualitas
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
·
Catat haluaran urine setiap jam dan
berat
jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
·
Kaji perubahan warna kulit,suhu,
kelembapan
R: mengetahui status syok yang berlanjut
R: mengetahui status syok yang berlanjut
·
Kolaborasi dalam pemberian cairan
parenteral
R: mempertahankan perfusi jaringan
R: mempertahankan perfusi jaringan
·
Kolaborasi dalam pemberian
obat
R: mempercepat proses penyembuhan
R: mempercepat proses penyembuhan
3.
Resiko tinggi kekurangan volume
cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.
Tujuan/ kriteria hasil : terpenuhinya kebutuhan cairan
di dalam tubuh.
Intervensi
:
·
Catat haluaran urine setiap jam dan
berat
jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
·
Pantau tekanan darah dan denyut
jantung
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
·
Kaji membrane
mukosa
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
·
Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
misalnya kristaloid
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia
4.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran
gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.
Tujuan
/Kriteria hasil : terpenuhinya oksigen dalam tubuh
Intervensi :
·
Pertahankan jalan nafas dengan
posisi yang nyaman atau semi fowler
R: meningkatkan ekspansi paru-paru
R: meningkatkan ekspansi paru-paru
·
Pantau frekuensi dan kedalaman jalan
nafas
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin
·
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan
krekels,
mengi
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial
·
Catat adanya sianosis
sirkumoral
R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate
R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate
·
Selidiki perubahan pada
sensorium
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
·
Sering ubah posisi
R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi
R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
minum sedikit atau intoleran terhadap minuman
Tujuan/ kriteria hasil : memelihara
kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan
berat badan.
Intervensi :
Intervensi :
·
Kaji intoleran terhadap
minuman
·
Hitung kebutuhan minum bayi
·
Ukur masukan dan keluaran
·
Timbang berat badan setiap hari
·
Catat perilaku makan dan aktivitas secara
akurat
·
Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
·
Ukur berat jenis urine
·
Berikan minuman yang
adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
·
Pantai distensi abdomen
(residu lambung)
6.
Gangguan pola nafas b.d apnea
Tujuan : mengatur dan membantu usaha
bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria Hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
Kriteria Hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
·
Kaji perubahan
pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki
kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
·
Pantau denyut jantung
secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan
tekanan darah.
·
Sediakan oksigen lembap
dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan
panas.
·
Sediakan alat bantu
pernapasan atau ventilasi mekanik.
·
Isap lendir atau
bersihkan jalan napas secara hati-hati.
·
Amati gas darah yang
ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
·
Atur perawatan bayi dan
cegah penanganan yang berlebihan.
7.
Koping individu tidak efektif b.d
kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
·
Kaji ekspresi verbal
dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
·
Bantu orang tua untuk
mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan
dan komplikasi yang mungkin terjadi.
·
Berikan informasi yang
akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan
komplikasi yang dapat terjadi.
·
Berdasarkan perasaan
orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.
H. PELAKSANAAN
KEPERAWATAN
1.
Mempertahankan tirah baring, membantu aktivitas perawatan.
2. Memantau
kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi,dan perubahan
pada tekanan denyut.
3. Memantau frekuensi dan irama jantung.
3. Memantau frekuensi dan irama jantung.
4. Mengkaji
frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas.
5. Memantau suhu anak.
6. Mencatat pemasukan dan pengeluaran urin.
7. Memantau pemeriksaan laboratorium.
8. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
5. Memantau suhu anak.
6. Mencatat pemasukan dan pengeluaran urin.
7. Memantau pemeriksaan laboratorium.
8. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
I. EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Suhu
kembali normal.
2. Berat badan meningkat.
3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis.
4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.
2. Berat badan meningkat.
3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis.
4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
Perawatan bayi resiko tinggi, Jakarta : EGC 2000
Wong L, Donna, Buku Ajar Keperawatan Peditrik.
Jakarta: EGC, 2009
Carpenito, Lynda Jual, Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 8. Jakarta: EGC
like this !
BalasHapustapi diagnosa keperawatannya jadul sekali ini
ahahaha wah iya terimakasih. saya usahakan mencarari referensi diagnosa terbarunya mba atau mas yang coment ahahha.
BalasHapus