Sabtu, 04 Mei 2013

Proses Menua


A.    Pengertian
Ada beberapa pengertian tentang menua diantaranya menurut Tim pengajar FKUI 1999, Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( termasuk infeksi ) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

Menurut Nugroho 2000, Menua adalah proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umum dialami pada semua makhluk hidup.

Sedangkan Menurut Shirley Rose Tyson 1999, Menua adalah suatu proses yang dimulai dari saat konsepsi dan ini merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan dan juga penurunan kemampuan dalam mengganti sel-sel yang rusak.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa menua adalah suatu proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah dan merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan dimana menghilangnya secara perlahan-lahan  kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.

B.     Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Proses menua pada lansia dapat mempengaruhi berbagai macam aspek yang meliputi aspek biologis, psikologis, social, spiritual.

Proses menua juga dipengaruhi oleh berbagai fakor antara lain faktor intrinsik dan ekstrinsik. Proses menua terjadi pada berbagai organ atau sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, kardio vaskuler, endokrin, pencernaan, musculoskeletal, perkemihan, persarafan dan sensori persepsi. 

Perubahan anatomis pada sistem pernapasan antara lain perubahan pada dinding dada sehingga akan terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Keadaan ini dapat mengakibatkan sudut epegastrik dan volume rongga dada relative mengecil, otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli serta penurunan elastisitas parenkim paru. Selain itu perubahan fisiologis system pernapasan akan mengakibatkan penurunan kekuatan gerak napas. Gangguan pendistribusian udara, gangguan transport gas dan gangguan perubahan ventilasi paru. Sehingga masalah yang dapat ditimbulkan antara lain asma, PPOK, TBC, Pneumoni, Carcinoma paru, Bronkhitis.

Pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada dinding media aorta, berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan klasifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Masalah yang dapat ditimbulkan pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, penyakit jantung koroner, perikarditis, gagal jantung, dll. Pada sistem endokrin terjadi penurunan hormon antara lain hormone GH, TSH, LH, FSH, dll yang dapat menimbulkan masalah antara lain DM, hipertiroid, hipotiroid, dsb.

Pada sistem pencernaan terjadi kehilangan gigi, kerusakan gigi, menurunnya produksi kelenjar saliva, sukar menelan, konstipasi, dsb. Selain itu juga terjadi penurunan pada sistem musculoskeletal antara lain berkurangnya kekuatan otot-otot pergerakan, berkurangnya koordinasi sehingga dapat menyebabkan fraktur, osteoporosis, rematik, dll.

Pada sistem perkemihan jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang karena gangguan jantung dan disebabkan juga oleh berkurangnya jumlah dan ukuran glomerulus yang merupakan tempat menfiltrasi plasma dan akhirnya dapat menimbulkan masalah seperti BPH ,tumor saluran kemih gagal ginjal dan sebagainya.

Pada sistem persarafan terjadi perubahan yaitu menurunya berat otak 10-20 % sehingga terjadi difisit memori dan menimbulkan masalah seperti dimensia konfulsi epilepsi, Parkinson dan lain-lain.

Pada sistem pendengaran terjadi resbiakusis ( hilangnya kemampua atau daya pendengaran ada telinga dalam ) , membran timpani menjadi atropi, terjadi pengumpulan serumen. Pada sistem pengelihatan perubahan yang terjadi adalah hilangnya respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi dan susah melihat alam cahaya gelap serta menurunya lapang pandang. Kemunduran-kemunduran yang telah disebutkan itu mempunyai dampak terhadap tingkah laku dan terhadap perasaan orang yang memasuki usia lanjut.

C.    Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
      Menurut Nugroho (2000), pendekatan yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok lansia antara lain :
1.  Pendekatan fisik, secara umum perawatan fisik bagi kelompok lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
a.       kelompok lansia yang masih aktif yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga unuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b.      Kelompok lansia yang pasif/tidak dapat bangun yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

2. Pendekatan psikis, perawat mempunyai peranan penting untuk melakukan pendekatan edukatif pada kelompok lansia antara lain, sebagai supoter, interpreter, dan menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hoby yang dimilikinya, mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya.

3. Pendekatan sosial, mengadakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu usaha perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama kelompok lansia yang berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para lansia.

4. Pendekatan spiritual, perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila lansia dalam keadaan sakit atau memdekati kematian.
Semua pendekatan diatas dapat dilakukan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada kelompok lansia. Dan pendekatan yang harus dilakukan harus berkesinambungan sesuai dengan keaadan lansia. Setiap perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia harus memahami semua konsep di atas agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat mencapi sasaran yang diharakan. Selanjutnya akan diurakan tentang konsep asuhan keperawatan kelompok lansia.




D.    Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Lansia
Pad sub Bab ini akan diuraikan tentang pengertian kelompok khusus dan asuhan keperawatan kelompok khusus, tujuan, sasaran, ruang lingkup kegiatan, prinsip dasar serta tahapan asuhan keperawatan kelompok.
1.      Pengertian kelompok khusus dan asuhan keperawatan kelompok khusus
Menurut Effendi (1998), kelompok khusus adalah seklompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik, mental, maupu sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan, dan asuhan keperawatan, karena ketidakampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya. Sedangkan asuhan keperawatan kelompok khusus adalah suatu upaya dibidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok- kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan serta rawan masalah kesehatan, yang dilaksanakan secara terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat kesehatannya. Mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif, yang ditujukan pada mereka yang tinggal di panti dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah melalui proses keperawatan.

2.      Tujuan asuhan keperawatan kelompok khusus
Tujuan asuhan keperawatan kelompok khusus terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum asuhan keperawatan kelompok khusus adalah meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergangtung terhadap orang lain. Sedangkan tujuan khususnya adalah agar kelompok khusus mampu :
a.       Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe kelompok.
b.      Menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.
c.       Menanggulangi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi berdasarkan rencana yang telah disusun bersama.
d.      Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatannya.
e.       Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
f.       Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuannya sendiri.
g.      Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan yankes masyarakat.

3.      Sasaran asuhan keperawatan kelompok khusus
Ada 2 sasaran pokok pembinaan kelompok khusus yaitu : melalui institusi yang menyelenggarakan yankes terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus yang ada di masyarakat yang terorganisir secara baik atau melalui posyandu, kelompok khusus dengan ciri khas tertentu, misalnya kelompok lansia, kelompok penderita kusta, TBC, dll.


4.      Ruang lingkup kegiatan asuhan keperawatan kelompok khusus
Kegiatan asuhan keperawatan kelompok khusus mencakup uapaya promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisasi sbb :
a.       Yankes dan keperawatan
b.      Penyuluhan kesehatan
c.       Bimbingan dan penyelesaian masalah terhadap anggota kelompok, kader kesehatan dan petugas panti.
d.      Penemuan kasus secara dini
e.       Melakukan rujukan medik dan kesehatan
f.       Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader dan petugas panti atau pusat-pusat rehabilitasi kelompok khusus
g.      Ahli teknoligi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada petugas panti dan kader kesehatan.

5.      Prinsip dasar asuhan keperawatan kelompok khusus
Yang menjadi prinsip dasar dalam asuhan keperawatan kelompok khusus adalah :
a.       Meningkatkan kemempuan dan kemandirian kelompok khusus dalam meningkatkan kesehatan mereka sendiri
b.      Menekankan pada upaya promotif dan prefentif dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
c.       Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan adalah proses keperawatan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.
d.      Melibatkan peran serta masyarakat khusunya petugas panti, kader kesehatan dan kelompok sebagai sasaran pelayanan
e.       Dilakukan di institusi pelayanan yang menyelenggarakan yankes kelompok khusus di masyarakat terhadap kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
f.       Ditekakan pada pembinaan prilaku penghuni panti, petugas panti, lingkungan panti bagi yang di institusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama kearah prilaku hidup sehat.

6.      Tahapan asuhan keperawatan kelompok khusus
Dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok khusus ada 4 tahapan yang dapat dilaksanakan yaitu tahap persiapan, perncanaan, perlaksanan dan penilai yang akan di uraikan sebagai berikut :
a.  Tahap persiapan, langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
1)  Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah
     panti atau pusat-pusat rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
2)  Mengadakan pendekatan sebagi penjajakan awal pembinaan kelompok khusus  
     terhadap institusi yang menyelengarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok
     khusus yang ada dimasyarakat.
3) Mengidentifikasi masalah kelompok khusus dimasyarakat dan dipanti atau institusi melaui pengumpulan data.
4)  Menganalisa data kelompok khusus untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah kesehatan dan keperawatan dimasyarakat dan di institusi.
5)  Melibatkan kader kesehatan dan petugas panti pada semua kegiatan persiapan


b. Tahap perencanaan, pada tahap ini bersama-sama petugas panti dan kader kesehatan menyusun rencana untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang menyangkut rencana kegiatan yang menguraikan tujuan sasaran, biaya, pelayanan dan kreteria hasil, jadwal kunjungan dan pengorganisasian kegiatan.

c.  Tahap pelaksanan, kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti, pelayanan kesehatan dan keperawatan, penyuluhan kesehatan, imunisasi, penemuan kasus dini dan rujukan bila dianggap perlu serta pencatatan dan pelaporan kegiatan.

d.  Tahap penilaian , menilai kegiatan berdasarkan atas kriteria hasil yang telah disusun. Penilaian dapat dilaksanakan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan secara keseluruhan. Penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Setelah menguraikan tahapan yang akan dilaksanakan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok khusus selanjutnya akan diuraikan langkah-langkah proses keperawatan kelompok khusus.

7.  Proses keperawatan kelompok khusus
Dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok khusus pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a.  Pengkajian, data yang perlu dikaji pada kelompok khusus mencakup identitas kelompok, masalah kesehatan, pemanfaatan fasilitas kesehatan, keikutsertaan dalam upaya kesehatan, status kesehatan kelompok, dan kondisi sanitasi lingkungan tempat tingal anggota kelompok.

b. Diagnosa, setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan masalah keperawatan kelompok. Diagnosa keperawatan kelompok didasarkan pada masalah kesehatan yang dijumpai pada kelompok dengan mempertimbangkan faktor resiko dan potensial terjadinya masalah. Selain itu juga didasarkan pada kemampuan kelompok dalam menyelesaikan masalah yang dapat dlihat dari segi sumber daya kelompok yang berkaitan dengan pinansial, pengetahuan, dukungan keluarga masing-masing anggota kelompok dan sebagainya.

c. Perencanaan, setelah masalah teridentifikasi dilanjutkan  dengan penentuan prioritas masalah dan rencana keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah yang perlu dipertimbangkan adalah sifat masalah yang dihadapi kelompok, tingkat bahaya yang mengancam kelompok , kemungkinan masalah dapat diatasi , berat ringannya masalah yang dihadapi kelompok, dan sumber daya yang tersedia dalam kelompok. Selanjutnya menyusun rencana keperawatan kelompok mencakup tujuan keperawatan yang ingin dicapai, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil. Dalam menyusun rencana tindakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1) Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun rencana keperawatan.
2) Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya baik berupa biaya tenaga sarana maupun waktu.
3)  Kerjasama lintas program dan lintas sektoral sehingga program pelayanan bersifat menyeluruh.

d.  Pelaksanaan, dalam pelaksaan asuhan keperawatan kelompok khusus hal yang perlu diperhatikan adalah :
1).  Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan, petugas atau pengurus panti atau kader kesehatan sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
2).  Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan keperawatan.
3).  Di institusi lebih ditekankan kepada penghuni panti, pengelola dan pengurus panti serta lingkungan panti.
4). Dimasyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan, pengurus kelompok dan keluarga.
Bila ada masalah yang tidak dapat ditanggulangi, maka dilakukan rujukan medis dan rujukan kesehatan
1.)    Adanya keterpaduan pelayanan dengan sektor lain
2.)    Dicatat dalam catatan perawatan yang telah ditetapkan

e.  Evaluasi, dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam perencanaan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan. Evaluasi dilakukan bersama-sama kelompok dan merupakan respon kelompok terhadap program kesehatan. Adapun jenis evaluasi terdiri dari evaluasi formatif untuk menilai aktivitas program tiap hari, dan evaluasi sumatif untuk menilai sejauh mana tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan.


DAFTAR PUSTAKA


Dongoes, E.Marlyn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 Jakarta : EGC

Luecennotte dkk. (1996). Gerontologic Nursing.st. Louis, Mobily Bear Book

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Soejono, Czeesne Heriawa dkk.(2000). Pedoman Pengolahan Kesehatan Pasien Geriatri untuk Dokter dan Perawat. Jakarta : FKUI (sumber asli diterbitkan 2000).

Tyson, Shirley Rose (1999). Gerontological Nursing Care. Philadelphia: WB Saunders Company. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar